4 Kerugian Apabila BTN Ganti Nama Jadi BPR, Bisa Ciptakan Persepsi Negatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait menyarankan agar PT Bank Tabungan Negara ( BTN ) untuk berganti nama. BTN sebaiknya berganti nama menjadi Bank Perumahan Rakyat (BPR).
"Bank Tabungan Negara pak, saya minta pikirkan (namanya) menjadi Bank Perumahan Rakyat," kata Maruarar, baru-baru ini.
Pergantian nama ini untuk bisa menunjukkan jati diri yang sesungguhnya dari Bank BTN. Maruarar atau akrab disapa Ara ini menilai, jati diri dan substansi dari Bank BTN adalah pembiayan daripada perumahan atau properti.
Managing Partner Inventure Yuswohady pun turut menyoroti usulan dari Maruarar tersebut. Menurut Yuswo ada sejumlah kerugian apabila nama BTN diganti dengan BPR.
Berikut kerugian apabila BTN sebagai bank yang namanya sudah melekat di masyarakat diganti dengan BPR;
1. Customer Disconnection
BTN telah memiliki heritage dan reputasi kuat sebagai salah satu bank dengan sejarah panjang sejak 1897. Mengganti nama dapat membuat sebagian konsumen kehilangan emotional connection dan kepercayaan yang sudah terbangun lama.
2. Menyempitkan Lingkup Bisnis
Selama ini BTN telah memposisikan diri sebagai end to end financial solution, yang melayani lebih dari sekedar KPR. Positioning ini bahkan dipertegas dengan rebranding BTN yang baru saja dilakukan per Maret 2024 ini dengan jargon "beyond mortgage" maka konsekuensinya BTN akan membatasi diri di bisnis pembiayaan perumahan tak lagi "beyond mortgage" yang menutup peluang-peluang bisnis yang lebih luas.
3. BPR Identik dengan Bank Kecil
Singkatan "BPR" sudah identik dengan Bank Perkreditan Rakyat yang skala operasinya lebih kecil. Hal ini berisiko menciptakan persepsi negatif tentang skala operasi BTN karena BTN akan dianggap seperti BPR yang berskala kecil. Kebingungan ini akan sangat mengganggu dan menyulitkan proses branding dan komunikasi brand identity ke depannya.
4. BTN Identik dengan Perumahan
Sesungguhnya di benak konsumen, brand name "BTN" sudah identik dengan perumahan tanpa harus ada kata "perumahan" di situ. Itu sebabnya renaming itu sesungguhnya tak perlu karena memiliki risiko blunder identitas yang cukup tinggi dan butuh dana besar untuk mengomunikasikannya.
Baca Juga: Lihat Foto: BTN Catat Pertumbuhan KUR Sebesar 101,5 Persen
Renaming adalam keputusan amat strategis sehingga dipikir masak-masak untung-ruginya. Meski demikian, Yuswohady beranggapan ada keuntungan apabila nama BTN diganti dengan BPR. Menurut dia bank tersebut dinilai akan lebih spesifik dan langsung mencerminkan fokus utama BTN sebagai bank yang melayani pembiayaan perumahan. "Ini dapat memperkuat brand sebagai bank yang melayani sektor perumahan sehingga lebih tajam ditangkap konsumen," kata dia.
Selain itu, perubahan nama ini akan membawa BTN kembali ke khitah dan memperkuat positioning sebagai bank perumahan dan tegas membedakan diri dari bank lain. "Karena tidak ada satupun bank di Indonesia yang secara khusus mengambil positioning ini," katanya.
"Bank Tabungan Negara pak, saya minta pikirkan (namanya) menjadi Bank Perumahan Rakyat," kata Maruarar, baru-baru ini.
Pergantian nama ini untuk bisa menunjukkan jati diri yang sesungguhnya dari Bank BTN. Maruarar atau akrab disapa Ara ini menilai, jati diri dan substansi dari Bank BTN adalah pembiayan daripada perumahan atau properti.
Managing Partner Inventure Yuswohady pun turut menyoroti usulan dari Maruarar tersebut. Menurut Yuswo ada sejumlah kerugian apabila nama BTN diganti dengan BPR.
Berikut kerugian apabila BTN sebagai bank yang namanya sudah melekat di masyarakat diganti dengan BPR;
1. Customer Disconnection
BTN telah memiliki heritage dan reputasi kuat sebagai salah satu bank dengan sejarah panjang sejak 1897. Mengganti nama dapat membuat sebagian konsumen kehilangan emotional connection dan kepercayaan yang sudah terbangun lama.
2. Menyempitkan Lingkup Bisnis
Selama ini BTN telah memposisikan diri sebagai end to end financial solution, yang melayani lebih dari sekedar KPR. Positioning ini bahkan dipertegas dengan rebranding BTN yang baru saja dilakukan per Maret 2024 ini dengan jargon "beyond mortgage" maka konsekuensinya BTN akan membatasi diri di bisnis pembiayaan perumahan tak lagi "beyond mortgage" yang menutup peluang-peluang bisnis yang lebih luas.
3. BPR Identik dengan Bank Kecil
Singkatan "BPR" sudah identik dengan Bank Perkreditan Rakyat yang skala operasinya lebih kecil. Hal ini berisiko menciptakan persepsi negatif tentang skala operasi BTN karena BTN akan dianggap seperti BPR yang berskala kecil. Kebingungan ini akan sangat mengganggu dan menyulitkan proses branding dan komunikasi brand identity ke depannya.
4. BTN Identik dengan Perumahan
Sesungguhnya di benak konsumen, brand name "BTN" sudah identik dengan perumahan tanpa harus ada kata "perumahan" di situ. Itu sebabnya renaming itu sesungguhnya tak perlu karena memiliki risiko blunder identitas yang cukup tinggi dan butuh dana besar untuk mengomunikasikannya.
Baca Juga: Lihat Foto: BTN Catat Pertumbuhan KUR Sebesar 101,5 Persen
Renaming adalam keputusan amat strategis sehingga dipikir masak-masak untung-ruginya. Meski demikian, Yuswohady beranggapan ada keuntungan apabila nama BTN diganti dengan BPR. Menurut dia bank tersebut dinilai akan lebih spesifik dan langsung mencerminkan fokus utama BTN sebagai bank yang melayani pembiayaan perumahan. "Ini dapat memperkuat brand sebagai bank yang melayani sektor perumahan sehingga lebih tajam ditangkap konsumen," kata dia.
Selain itu, perubahan nama ini akan membawa BTN kembali ke khitah dan memperkuat positioning sebagai bank perumahan dan tegas membedakan diri dari bank lain. "Karena tidak ada satupun bank di Indonesia yang secara khusus mengambil positioning ini," katanya.
(nng)