Buset, Utang BUMN Berbentuk Dolar Membengkak
Senin, 31 Agustus 2020 - 19:40 WIB
JAKARTA - Pemerintah harus bersiap dengan utang badan usaha milik negara (BUMN) . Pasalnya, seiring pandemi Covid-19 ini utang perseoran pelat merah terus membengkak.
Peneliti Indef Enny Sri Hartati mengatakan, utang BUMN berbentuk mata uang asing sudah mencapai 68%. Apalagi utang ini sudah jatuh tempo sehingga membuat perseroan pelat merah terbebani. ( Baca juga:Tiga Faktor Ini yang Bikin Pertamina Merugi Rp11 Triliun )
Saat ini, berdasarkan data Bank Indonesia tercatat, utang luar negeri (ULN) BUMN meningkat 22,9% menjadi USD58,9 miliar (sekitar Rp854 triliun, kurs Rp14.500) pada Juni 2020. Total ULN Indonesia sendiri mencapai USD408,6 miliar atau setara Rp5.924,7 triliun. Angka ini terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD199,3 miliar dan ULN sektor swasta termasuk BUMN sebesar USD209,3 miliar.
"Utang BUMN enggak hanya bayar utang gali lubang tutup lubang. Untuk BUMN naiknya sudah 68%. Dalam foreign currency ini menjadi masalah ada gejolak ekonomi seperti pandemi sekarang. Jadi persoalan yang harus ditangani ini begitu krusial," ujar Enny dalam rapat dengar dengan Komis VI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (31/8/2020).
Menurutnya, jika kinerja BUMN memiliki utang yang banyak bisa tidak memaksimalkan Pemulihan Ekonomi Nasional (PMN). Sementara, BUMN turut ikut serta dalam pemulihan itu.
"Apakah efektif di saat utang BUMN yang meningkat dalam Pemulihan Ekonomi Nasional," tandasnya. ( Baca juga:100 Dokter Gugur, Gus Nabil Minta Kemenkes Lakukan Evaluasi )
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan penyebab jumlah utang luar negeri (ULN) BUMN meningkat. Salah satunya, dikarenakan aksi korporasi.
Peneliti Indef Enny Sri Hartati mengatakan, utang BUMN berbentuk mata uang asing sudah mencapai 68%. Apalagi utang ini sudah jatuh tempo sehingga membuat perseroan pelat merah terbebani. ( Baca juga:Tiga Faktor Ini yang Bikin Pertamina Merugi Rp11 Triliun )
Saat ini, berdasarkan data Bank Indonesia tercatat, utang luar negeri (ULN) BUMN meningkat 22,9% menjadi USD58,9 miliar (sekitar Rp854 triliun, kurs Rp14.500) pada Juni 2020. Total ULN Indonesia sendiri mencapai USD408,6 miliar atau setara Rp5.924,7 triliun. Angka ini terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD199,3 miliar dan ULN sektor swasta termasuk BUMN sebesar USD209,3 miliar.
"Utang BUMN enggak hanya bayar utang gali lubang tutup lubang. Untuk BUMN naiknya sudah 68%. Dalam foreign currency ini menjadi masalah ada gejolak ekonomi seperti pandemi sekarang. Jadi persoalan yang harus ditangani ini begitu krusial," ujar Enny dalam rapat dengar dengan Komis VI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (31/8/2020).
Menurutnya, jika kinerja BUMN memiliki utang yang banyak bisa tidak memaksimalkan Pemulihan Ekonomi Nasional (PMN). Sementara, BUMN turut ikut serta dalam pemulihan itu.
"Apakah efektif di saat utang BUMN yang meningkat dalam Pemulihan Ekonomi Nasional," tandasnya. ( Baca juga:100 Dokter Gugur, Gus Nabil Minta Kemenkes Lakukan Evaluasi )
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan penyebab jumlah utang luar negeri (ULN) BUMN meningkat. Salah satunya, dikarenakan aksi korporasi.
(uka)
tulis komentar anda