Stimulus Belum Mujarab, Daya Beli Masih Kritis
Rabu, 02 September 2020 - 08:35 WIB
Menurut dia, indikasi pelemahan ekonomi terus berlanjut meskipun ada new normal. Apabila kondisi tersebut dibiarkan dan deflasi berlanjut maka ekonomi dipastikan masuk jurang resesi yang lebih dalam dibanding kuartal II/2020. "Ekonomi Indonesia bakal tertekan lebih dalam hingga 2020," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Core Piter Abdullah menilai terjadinya deflasi telah diperkirakan sebelumnya. Hal itu disebabkan menurunnya permintaan masyarakat. Di samping itu, kelompok menengah atas mayoritas lebih irit dan menunda belanja. "Di tengah pandemi saat ini, permintaan turun disebabkan oleh menurunnya daya beli sebagian masyarakat, sementara di sisi lain masyarakat menengah-atas menunda konsumsi," tuturnya. (Baca juga: Begini Suasana Pembatasan Aktivitas Warga Depok)
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, deflasi pada Agustus disebabkan oleh kelompok harga barang bergejolak. Secara spesifik, deflasi didorong oleh tiga komoditas, yaitu daging ayam ras, bawang merah, dan tomat.
"Dari sisi bawang merah, musim panen disertai dengan permintaan yang belum meningkat drastis mendorong adanya oversupply pada komoditas ini, sehingga harganya cenderung mengalami penurunan," jelasnya.
Sementara untuk komoditas daging ayam, pembatasan aktivitas ekonomi mendorong menurunnya permintaan akan daging ayam di UMKM-UMKM makanan, yang kemudian mendorong penurunan harga daging ayam.
Pada Agustus, inflasi inti cenderung mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu, dengan membukukan inflasi bulanan sebesar 0,29%, lebih tinggi dibanding inflasi inti pada bulan sebelumnya sebesar 0,16%. Sementara itu, inflasi tahunan masih mengalami perlambatan ke level 2,03%. Inflasi inti ditopang oleh pendidikan dan emas.
Secara umum, inflasi inti pada Agustus cenderung rendah karena daya beli yang belum membaik signifikan. Hal ini terjadi meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir Agustus, seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN, penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji kurang dari Rp5juta, serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil. (Lihat videonya: Kericuhan Warnai Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kesepuhan Cirebon)
"Secara keseluruhan, dengan tekanan inflasi yang rendah tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahan kuartal III/2020 ini," beber dia.
Yang bisa diharapkan, kata Josua, untuk meningkatkan daya beli masyarakat adalah memaksimalkan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran pemulihan ekonomi nasional serta pemberian stimulus lanjutan. (Kunthi Fahmar Sandy/Rina Anggraeni)
Dalam kesempatan yang sama, Ekonom Core Piter Abdullah menilai terjadinya deflasi telah diperkirakan sebelumnya. Hal itu disebabkan menurunnya permintaan masyarakat. Di samping itu, kelompok menengah atas mayoritas lebih irit dan menunda belanja. "Di tengah pandemi saat ini, permintaan turun disebabkan oleh menurunnya daya beli sebagian masyarakat, sementara di sisi lain masyarakat menengah-atas menunda konsumsi," tuturnya. (Baca juga: Begini Suasana Pembatasan Aktivitas Warga Depok)
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, deflasi pada Agustus disebabkan oleh kelompok harga barang bergejolak. Secara spesifik, deflasi didorong oleh tiga komoditas, yaitu daging ayam ras, bawang merah, dan tomat.
"Dari sisi bawang merah, musim panen disertai dengan permintaan yang belum meningkat drastis mendorong adanya oversupply pada komoditas ini, sehingga harganya cenderung mengalami penurunan," jelasnya.
Sementara untuk komoditas daging ayam, pembatasan aktivitas ekonomi mendorong menurunnya permintaan akan daging ayam di UMKM-UMKM makanan, yang kemudian mendorong penurunan harga daging ayam.
Pada Agustus, inflasi inti cenderung mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu, dengan membukukan inflasi bulanan sebesar 0,29%, lebih tinggi dibanding inflasi inti pada bulan sebelumnya sebesar 0,16%. Sementara itu, inflasi tahunan masih mengalami perlambatan ke level 2,03%. Inflasi inti ditopang oleh pendidikan dan emas.
Secara umum, inflasi inti pada Agustus cenderung rendah karena daya beli yang belum membaik signifikan. Hal ini terjadi meskipun pemerintah sudah meluncurkan beberapa stimulus lanjutan pada akhir Agustus, seperti pemberian gaji ke 13 bagi ASN, penyaluran subsidi gaji bagi pekerja dengan gaji kurang dari Rp5juta, serta pemberian banpres produktif bagi pelaku usaha mikro dan kecil. (Lihat videonya: Kericuhan Warnai Penobatan Sultan Sepuh XV Keraton Kesepuhan Cirebon)
"Secara keseluruhan, dengan tekanan inflasi yang rendah tersebut mengindikasikan tingkat konsumsi masyarakat cenderung masih dalam tren menurun dari awal tahun hingga pertengahan kuartal III/2020 ini," beber dia.
Yang bisa diharapkan, kata Josua, untuk meningkatkan daya beli masyarakat adalah memaksimalkan penyerapan belanja pemerintah termasuk anggaran pemulihan ekonomi nasional serta pemberian stimulus lanjutan. (Kunthi Fahmar Sandy/Rina Anggraeni)
(ysw)
tulis komentar anda