Kemenristek (Sampai) Turun Tangan Dukung Pelaku Usaha Kecil
Senin, 14 September 2020 - 14:36 WIB
JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek)/Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) mendorong kegiatan pemberdayaan masyarakat perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) untuk berinovasi mendukung usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) menjalankan ekonomi minim kontak (less contact economy).
Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung ekonomi agar tetap produktif di masa pandemi dengan mengutamakan teknologi informasi berbasis data base di era revolusi industri 4.0 . Ditambah lagi, less contact economy sebenarnya sudah berjalan sebelum pandemi, yakni melalui platform e-commerce.
"Peran dari perguruan tinggi dan UMKM sebagai dua aktor utama tidak bisa dilepaskan dari upaya kita membawa Indonesia menjadi negara berbasis inovasi. Perguruan tinggi diharapkan bisa terus melahirkan invensi atau temuan yang bisa menjadi terobosan untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat," ujar Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual Pengumuman Pemenang Pendanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Skema UKM Indonesia Bangkit Tahun 2020 di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Bambang berkaca pada perusahaan-perusahaan unicorn. Pada awalnya mereka merupakan bisnis UMKM berbasis teknologi, khususnya teknologi digital. Kemudian tumbuh menjadi perusahaan terbesar atau terkaya di dunia dengan kapitalisasi pasar yang sangat besar.
"Program pemberdayaan ini diharapkan bisa mendekatkan UMKM ke perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi bisa membawa bidang usaha berbasis teknologi ke market ataupun transaksi bisnis," tambahnya. ( Baca juga:PSBB Jakarta Dimulai, Apindo: Kesehatan Lebih Dulu Diselesaikan )
Selain itu, untuk komersialisasinya, perlu ada kerja sama atau sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. UMKM yang merupakan bagian dari industri diharapkan bisa berdaya saing, terlebih jika mereka bisa melahirkan produk atau jasa berbasis teknologi yang kemudian menjadi kebutuhan atau minat dari masyarakat.
"Program pemberdayaan UMKM ini bisa menciptakan nilai tambah sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar. Kita perlu SDM kreatif dan inovatif dan adanya ekosistem yang mendukung kebebasan berkreasi dan berusaha," papar Bambang. ( Baca juga:Ini Dia 20 Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI yang Baru Saja Dilantik Jokowi )
Dengan adanya situasi adaptasi kebiasaan baru ini, dia berharap agar perguruan tinggi bisa memberdayakan UMKM dengan ekonomi minim kontak, yang berarti juga menjalankan protokol Covid-19 yang mengutamakan social dan physical distancing.
"Yang saya minta, kepada para dosen perguruan tinggi, jangan benturkan kepentingan atau kebutuhan UMKM akan akses market dengan protokol Covid-19 itu sendiri. Dua-duanya harus eksis, sehingga cara mempertemukan keduanya tanpa merugikan satu sama lain adalah dengan less contact economy," tutur Bambang.
Lihat Juga: Diberdayakan oleh BRI, Petani Mangga Bondowoso Sukses Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup
Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung ekonomi agar tetap produktif di masa pandemi dengan mengutamakan teknologi informasi berbasis data base di era revolusi industri 4.0 . Ditambah lagi, less contact economy sebenarnya sudah berjalan sebelum pandemi, yakni melalui platform e-commerce.
"Peran dari perguruan tinggi dan UMKM sebagai dua aktor utama tidak bisa dilepaskan dari upaya kita membawa Indonesia menjadi negara berbasis inovasi. Perguruan tinggi diharapkan bisa terus melahirkan invensi atau temuan yang bisa menjadi terobosan untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat," ujar Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro dalam konferensi pers virtual Pengumuman Pemenang Pendanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Skema UKM Indonesia Bangkit Tahun 2020 di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Bambang berkaca pada perusahaan-perusahaan unicorn. Pada awalnya mereka merupakan bisnis UMKM berbasis teknologi, khususnya teknologi digital. Kemudian tumbuh menjadi perusahaan terbesar atau terkaya di dunia dengan kapitalisasi pasar yang sangat besar.
"Program pemberdayaan ini diharapkan bisa mendekatkan UMKM ke perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi bisa membawa bidang usaha berbasis teknologi ke market ataupun transaksi bisnis," tambahnya. ( Baca juga:PSBB Jakarta Dimulai, Apindo: Kesehatan Lebih Dulu Diselesaikan )
Selain itu, untuk komersialisasinya, perlu ada kerja sama atau sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri. UMKM yang merupakan bagian dari industri diharapkan bisa berdaya saing, terlebih jika mereka bisa melahirkan produk atau jasa berbasis teknologi yang kemudian menjadi kebutuhan atau minat dari masyarakat.
"Program pemberdayaan UMKM ini bisa menciptakan nilai tambah sehingga bisa memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang lebih besar. Kita perlu SDM kreatif dan inovatif dan adanya ekosistem yang mendukung kebebasan berkreasi dan berusaha," papar Bambang. ( Baca juga:Ini Dia 20 Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI yang Baru Saja Dilantik Jokowi )
Dengan adanya situasi adaptasi kebiasaan baru ini, dia berharap agar perguruan tinggi bisa memberdayakan UMKM dengan ekonomi minim kontak, yang berarti juga menjalankan protokol Covid-19 yang mengutamakan social dan physical distancing.
"Yang saya minta, kepada para dosen perguruan tinggi, jangan benturkan kepentingan atau kebutuhan UMKM akan akses market dengan protokol Covid-19 itu sendiri. Dua-duanya harus eksis, sehingga cara mempertemukan keduanya tanpa merugikan satu sama lain adalah dengan less contact economy," tutur Bambang.
Lihat Juga: Diberdayakan oleh BRI, Petani Mangga Bondowoso Sukses Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup
(uka)
tulis komentar anda