Pandemi Belum Terkendali, Dunia Usaha Dukung Operasi Yustisi
Selasa, 15 September 2020 - 06:35 WIB
JAKARTA - Langkah pemerintah menggelar operasi yustisi secara besar-besaran demi menegakkan aturan protokol kesehatan niscaya dilakukan demi menekan penyebaran virus Covid-19 . Langkah ini harus dilakukan mengingat rendahnya kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat, termasuk mengenakan masker saat masa transisi.
Dukungan ini di antaranya disampaikan kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Mereka menegaskan akan patuh pada peraturan yang diterapkan dan berharap pandemi bisa segera berakhir sehingga bisnis bisa kembali berjalan normal. (Baca: Berikut Sebaran Kasus Corona di 34 Provinsi)
Hingga kemarin kasus Covid-19 di Tanah Air terus bertambah. Teranyar, kasus bertambah 3.141 kasus sehingga akumulasi total positif Covid-19 sebanyak 221.523 orang. Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta kembali menjadi kontributor terbesar dengan 879 kasus, disusul Jawa Barat (203), Sulawesi Selatan (185), Jawa Tengah (171), Daerah Istimewa Aceh (153), dan Jawa Timur (143).
Wakil Ketua Kadin Bidang Ekonomi Kreatif Erik Hidayat menegaskan di masa adaptasi kebiasaan baru para pelaku usaha harus mengeluarkan biaya tambahan untuk penerapan protokol kesehatan. Langkah tersebut sudah menjadi bagian risiko bisnis dan harus dilakukan demi kenyaman dan keamanan pekerja, mitra, dan pembeli.
“Kami sadar kesehatan yang paling utama, terutama pekerja. Kami selalu comply apa pun yang diaturkan dunia usaha. Kami juga enggak bisa full untuk kapasitas tempat duduk. Ini hanya bagian kecil. Seminggu sekali (tempat kerja) disemprot disinfektan,” ungkapnya.
Di sisi lain, para pelaku usaha juga harus patuh pada peraturan yang diterapkan karena ada ancaman sanksi yang berat. Dia menyebut sanksi itu mulai dari penutupan tempat usaha selama tiga hari, administrasi Rp50-150 juta, dan pencabutan izin usaha. “Ini akan membuat pelaku usaha berhati-hati dan patuh karena uang sebesar Rp50 juta terhitung besar,” tandasnya. (Baca juga: Sunan Giri Pendakwah Pertama di Bumi Kalimantan)
Dia juga menegaskan selama vaksin belum ditemukan dan disuntikkan ke masyarakat, semua akan tetap waswas. Aktivitas pun tidak akan sepenuhnya normal, termasuk aktivitas bisnis. “Insya Allah jika vaksin ditemukan, bisnis di perkotaan hingga perdesaan bisa bangkit lagi,” pungkasnya.
Erik lantas menandaskan, pandemi ini membuat semua dalam ketidakpastian. Karena itu, sudah seharusnya pemerintah memberikan stimulus dan relaksasi terhadap pelaku usaha. Kadin meminta pemerintah agar memperbesar bantuan kepada pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hampir sektor usaha mengalami penurunan bisnis karena tidak berputarnya roda perekonomian.
Kadin pun mengajak semua pihak bersama-sama menghadapi pandemi, termasuk mengantisipasi ancaman resesi ekonomi. Kalangan pengusaha sendiri memanfaatkannya sebagai momentum mengalihkan bisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI). Sayangnya, dari 170 juta pengguna ponsel pintar, baru 7% yang memiliki literasi yang bagus untuk bisnis secara digital. “Memang tidak mudah melakukan adaptasi baru, apalagi pemanfaatan teknologi.”
Dukungan ini di antaranya disampaikan kalangan pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Mereka menegaskan akan patuh pada peraturan yang diterapkan dan berharap pandemi bisa segera berakhir sehingga bisnis bisa kembali berjalan normal. (Baca: Berikut Sebaran Kasus Corona di 34 Provinsi)
Hingga kemarin kasus Covid-19 di Tanah Air terus bertambah. Teranyar, kasus bertambah 3.141 kasus sehingga akumulasi total positif Covid-19 sebanyak 221.523 orang. Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta kembali menjadi kontributor terbesar dengan 879 kasus, disusul Jawa Barat (203), Sulawesi Selatan (185), Jawa Tengah (171), Daerah Istimewa Aceh (153), dan Jawa Timur (143).
Wakil Ketua Kadin Bidang Ekonomi Kreatif Erik Hidayat menegaskan di masa adaptasi kebiasaan baru para pelaku usaha harus mengeluarkan biaya tambahan untuk penerapan protokol kesehatan. Langkah tersebut sudah menjadi bagian risiko bisnis dan harus dilakukan demi kenyaman dan keamanan pekerja, mitra, dan pembeli.
“Kami sadar kesehatan yang paling utama, terutama pekerja. Kami selalu comply apa pun yang diaturkan dunia usaha. Kami juga enggak bisa full untuk kapasitas tempat duduk. Ini hanya bagian kecil. Seminggu sekali (tempat kerja) disemprot disinfektan,” ungkapnya.
Di sisi lain, para pelaku usaha juga harus patuh pada peraturan yang diterapkan karena ada ancaman sanksi yang berat. Dia menyebut sanksi itu mulai dari penutupan tempat usaha selama tiga hari, administrasi Rp50-150 juta, dan pencabutan izin usaha. “Ini akan membuat pelaku usaha berhati-hati dan patuh karena uang sebesar Rp50 juta terhitung besar,” tandasnya. (Baca juga: Sunan Giri Pendakwah Pertama di Bumi Kalimantan)
Dia juga menegaskan selama vaksin belum ditemukan dan disuntikkan ke masyarakat, semua akan tetap waswas. Aktivitas pun tidak akan sepenuhnya normal, termasuk aktivitas bisnis. “Insya Allah jika vaksin ditemukan, bisnis di perkotaan hingga perdesaan bisa bangkit lagi,” pungkasnya.
Erik lantas menandaskan, pandemi ini membuat semua dalam ketidakpastian. Karena itu, sudah seharusnya pemerintah memberikan stimulus dan relaksasi terhadap pelaku usaha. Kadin meminta pemerintah agar memperbesar bantuan kepada pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hampir sektor usaha mengalami penurunan bisnis karena tidak berputarnya roda perekonomian.
Kadin pun mengajak semua pihak bersama-sama menghadapi pandemi, termasuk mengantisipasi ancaman resesi ekonomi. Kalangan pengusaha sendiri memanfaatkannya sebagai momentum mengalihkan bisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi (TI). Sayangnya, dari 170 juta pengguna ponsel pintar, baru 7% yang memiliki literasi yang bagus untuk bisnis secara digital. “Memang tidak mudah melakukan adaptasi baru, apalagi pemanfaatan teknologi.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda