Oh Ternyata Ini, Alasan Bank Sentral Tahan Bunga Acuan
Kamis, 17 September 2020 - 19:47 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengambil keputusan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan pada angka 4,0%. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, salah satu pertimbangan utama dari BI untuk mempertahankan suku bunganya adalah dalam rangka menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
"Dengan terciptanya stabilitas nilai tukar maka akan mendorong terjaganya ekspektasi pelaku ekonomi, baik konsumen maupun pelaku usaha sehingga akan turut mendorong pemulihan ekonomi," kata Josua Pardede saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (17/9/2020).
Kata dia, BI tetap mendukung pemulihan perekonomian Indonesia melalui kebijakan quantitative easing (QE) di sektor perbankan, yang hingga saat ini sudah menyuntikkan likuiditas sebesar Rp662 triliun. ( Baca juga:Tawarkan Banyak Promo, Simpanan MNC Bank Cocok Jadi Investasi Dikala Pandemi )
"Tidak hanya dari kebijakan QE, BI juga mendukung pemulihan ekonomi Indonesia melalui bauran kebijakan lain, seperti dukungan kepada UMKM melalui perpanjangan periode pelonggaran GWM rupiah kepada bank yang menyalurkan kredit kepada UMKM dan sektor prioritas," katanya.
Dalam pengumumannya, BI menyatakan bahwa BI sudah melakukan intervensi di pasar primer sebesar Rp48,03 triliun dan skema burden sharing sebesar total Rp143,46 triliun. ( Baca juga:Tantang Keganasan Toyota Supra, Nissan Z is Back! )
"BI pun menyatakan bahwa pada tahun depan, akan melanjutkan koordinasi dengan pemerintah untuk pemulihan perekonomian, dengan melanjutkan kebijakan intervensi di pasar primer. Namun untuk skema burden sharing BI menyatakan bahwa itu hanya khusus dilakukan di tahun 2020," katanya.
"Dengan terciptanya stabilitas nilai tukar maka akan mendorong terjaganya ekspektasi pelaku ekonomi, baik konsumen maupun pelaku usaha sehingga akan turut mendorong pemulihan ekonomi," kata Josua Pardede saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (17/9/2020).
Kata dia, BI tetap mendukung pemulihan perekonomian Indonesia melalui kebijakan quantitative easing (QE) di sektor perbankan, yang hingga saat ini sudah menyuntikkan likuiditas sebesar Rp662 triliun. ( Baca juga:Tawarkan Banyak Promo, Simpanan MNC Bank Cocok Jadi Investasi Dikala Pandemi )
"Tidak hanya dari kebijakan QE, BI juga mendukung pemulihan ekonomi Indonesia melalui bauran kebijakan lain, seperti dukungan kepada UMKM melalui perpanjangan periode pelonggaran GWM rupiah kepada bank yang menyalurkan kredit kepada UMKM dan sektor prioritas," katanya.
Dalam pengumumannya, BI menyatakan bahwa BI sudah melakukan intervensi di pasar primer sebesar Rp48,03 triliun dan skema burden sharing sebesar total Rp143,46 triliun. ( Baca juga:Tantang Keganasan Toyota Supra, Nissan Z is Back! )
"BI pun menyatakan bahwa pada tahun depan, akan melanjutkan koordinasi dengan pemerintah untuk pemulihan perekonomian, dengan melanjutkan kebijakan intervensi di pasar primer. Namun untuk skema burden sharing BI menyatakan bahwa itu hanya khusus dilakukan di tahun 2020," katanya.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda