Gawat! Deflasi Lanjut Lagi, Ekonomi RI Bisa Depresi
Kamis, 01 Oktober 2020 - 09:28 WIB
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan September diperkirakan akan kembali mengalami deflasi sekitar -0,07% (month of month/mom) atau 1,40% (year on year/yoy). Jadi, kalau September betul-betul deflasi lagi, maka artinya deflasi terjadi sepanjang kuartal III tanpa terputus yang tandanya terjadi pelemahan daya beli cukup tajam bisa menyebabkan depresi ekonomi .
Rinciannya, IHK komponen harga bergejolak diperkirakan akan mengalami deflasi mempertimbangkan tren penurunan harga sebagian besar komoditas pangan sepanjang periode bulan September. Adapun, penurunan harga komoditas pada bulan September juga didukung sehubungan dengan masa panen raya memasuki bulan September.
"Penurunan harga di antaranya terjadi pada komoditas pangan beras (-0,4% mtm), daging ayam (-1,2% mtm), daging sapi (-0,3 persen mtm), telur ayam (-4,7% mtm), bawang merah (-4,3% mtm); cabai merah(-1,2% mtm), cabai rawit (-7,3% mtm), dan gula pasir (-1,3% mtm)," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (30/9/2020).
Sementara itu, inflasi dari sisi permintaan diperkirakan masih lemah dan terbatas sedemikian sehingga mendorong inflasi inti cenderung melambat ke kisaran 1,88% (yoy) dari bulan sebelumnya 2,03% (yoy). Tren penurunan harga emas sepanjang bulan September juga mendorong rendahnya inflasi inti.
Sedangkan, di tengah implementasi Pembatasan Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, konsumsi masyarakat pada kelompok kesehatan diperkirakan akan mendorong inflasi kelompok kesehatan. "Hingga akhir tahun, inflasi 2020 diperkirakan tetap rendah dan lebih rendah dari batas bawah target inflasi BI mempertimbangkan tingkat konsumsi masyarakat yang masih cenderung lemah hingga akhir tahun ini," tandasnya.
Rinciannya, IHK komponen harga bergejolak diperkirakan akan mengalami deflasi mempertimbangkan tren penurunan harga sebagian besar komoditas pangan sepanjang periode bulan September. Adapun, penurunan harga komoditas pada bulan September juga didukung sehubungan dengan masa panen raya memasuki bulan September.
"Penurunan harga di antaranya terjadi pada komoditas pangan beras (-0,4% mtm), daging ayam (-1,2% mtm), daging sapi (-0,3 persen mtm), telur ayam (-4,7% mtm), bawang merah (-4,3% mtm); cabai merah(-1,2% mtm), cabai rawit (-7,3% mtm), dan gula pasir (-1,3% mtm)," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (30/9/2020).
Baca Juga
Sementara itu, inflasi dari sisi permintaan diperkirakan masih lemah dan terbatas sedemikian sehingga mendorong inflasi inti cenderung melambat ke kisaran 1,88% (yoy) dari bulan sebelumnya 2,03% (yoy). Tren penurunan harga emas sepanjang bulan September juga mendorong rendahnya inflasi inti.
Sedangkan, di tengah implementasi Pembatasan Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta, konsumsi masyarakat pada kelompok kesehatan diperkirakan akan mendorong inflasi kelompok kesehatan. "Hingga akhir tahun, inflasi 2020 diperkirakan tetap rendah dan lebih rendah dari batas bawah target inflasi BI mempertimbangkan tingkat konsumsi masyarakat yang masih cenderung lemah hingga akhir tahun ini," tandasnya.
(nng)
tulis komentar anda