Ekspor Solar dengan Harga Murah ke Malaysia, Ini Penjelasan Lengkap Pertamina
Senin, 05 Oktober 2020 - 22:52 WIB
JAKARTA - Langkah PT Pertamina (Persero) yang mengekspor produk High Speed Diesel (HSD) ke Malaysia mendapat sorotan dari banyak pihak. Hal ini terkait adanya perbedaan harga HSD dalam negeri yang lebih mahal daripada harga BBM yang di ekspor.
(Baca Juga: Diskon BBM Pertalite Masuk ke Pulau Jawa Demi Langit Biru )
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Ignatius Tallulembang menjelaskan, Pertamina melakukan ekspor karena kilang Pertamina sudah dioperasikan pada kapasitas minimum 75% selama pandemi Covid-19. Dengan kapasitas tersebut masih menghasilkan solar berlebih karena rendahnya demand solar masa Covid-19, sehingga perlu dicarikan solusi.
"Konsumsi solar di dalam negeri rendah dan menurun drastis sehingga menyebabkan penampungan kita ini tidak mampu lagi. Jadi harus ambil keputusan dengan menyetop unit atau mencari solusi untuk memasarkan produk kita," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (5/10/2020).
Dia melanjutkan, untuk mengurangi risiko kerugian yang lebih besar dilakukan penjualan ekspor solar. Harga ekspor yang diterima market relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik karena kondisi mendesak.
(Baca Juga: Konsumsinya Makin Menyusut, Akankah BBM Premium Dihapus 2024? )
Pertama, kargo ekspor tersebut masuk kategori yang perlu segera dijual. Kedua, penjualan kargo mendesak ini sangat terbatas dilakukan, dalam kasus ini yang dijual 1 cargo (volume 30.000 KL) untuk menghindari stop operasi kilang.
"Kapasitas kilang tetap beroperasi pada pada kapasitas minimum supaya bisa menghasilkan produk-produk yang valuable," jelasnya.
(Baca Juga: Diskon BBM Pertalite Masuk ke Pulau Jawa Demi Langit Biru )
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Ignatius Tallulembang menjelaskan, Pertamina melakukan ekspor karena kilang Pertamina sudah dioperasikan pada kapasitas minimum 75% selama pandemi Covid-19. Dengan kapasitas tersebut masih menghasilkan solar berlebih karena rendahnya demand solar masa Covid-19, sehingga perlu dicarikan solusi.
"Konsumsi solar di dalam negeri rendah dan menurun drastis sehingga menyebabkan penampungan kita ini tidak mampu lagi. Jadi harus ambil keputusan dengan menyetop unit atau mencari solusi untuk memasarkan produk kita," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (5/10/2020).
Dia melanjutkan, untuk mengurangi risiko kerugian yang lebih besar dilakukan penjualan ekspor solar. Harga ekspor yang diterima market relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik karena kondisi mendesak.
(Baca Juga: Konsumsinya Makin Menyusut, Akankah BBM Premium Dihapus 2024? )
Pertama, kargo ekspor tersebut masuk kategori yang perlu segera dijual. Kedua, penjualan kargo mendesak ini sangat terbatas dilakukan, dalam kasus ini yang dijual 1 cargo (volume 30.000 KL) untuk menghindari stop operasi kilang.
"Kapasitas kilang tetap beroperasi pada pada kapasitas minimum supaya bisa menghasilkan produk-produk yang valuable," jelasnya.
(akr)
tulis komentar anda