Pertamina EP Asset 4 Beberkan Upaya Jaga Produksi di Tengah Pandemi

Rabu, 06 Mei 2020 - 12:11 WIB
Pekerja Pertamina EP Asset 4 tengah mengawasi peralatan di salah satu fasilitas produksi milik anak usaha PT Pertamian (Persero) tersebut. Foto/Ist
JAKARTA - Kinerja Asset 4 Pertamina EP hingga April 2020 tetap menunjukkan performa positif di tengah kondisi triple shock yang tengah melanda industri migas Indonesia. Triple shock tersebut yaitu melemahnya harga minyak dunia, tingginya nilai tukar dolar dan pandemi global Covid-19.

"Hal tersebut tentunya berdampak terhadap operasi kami di sektor hulu migas. Namun alhamdulillah dengan segala doa dan upaya, kami berhasil menyelesaikan pemboran sumur SKW-I03 di Sukowati Field dengan hasil uji produksi sumur ini memberikan kontribusi minyak sebesar 947 BOPD," ujar Asset 4 General Manager PT Pertamina EP Agus Amperianto melalui keterangan tertulis, Rabu (6/5/2020).

Adapun capaian produksi PEP Asset 4 hingga April 2020, untuk minyak mencapai 15.437 barel per Hari (BOPD) atau 99,11% terhadap target. Sementara untuk gas mencapai 171,76 Juta Kaki Kubik Gas Per Hari (MMSCFD) atau 103,47% terhadap target. Sumbangsih terbesar produksi untuk minyak tercatat berasal dari Lapangan Sukowati yaitu 8.696 BOPD. Dan sumbangsih terbesar produksi gas dari Lapangan Donggi Matindok yaitu 98,54 MMSCFD.

Secara terinci, capaian produksi April 2020 per field di Asset 4 terdiri dari Field Cepu (Minyak: 2.115 BOPD dan Gas: 55,40 MMSCFD); Field Poleng (Minyak: 2.660 BOPD dan Gas: 4,57 MMSCFD); Field Donggi Matindok (Kondensat: 894 BCPD dan Gas: 98.54 MMSCFD); Field Sukowati (Minyak: 8.696 BOPD dan Gas: 12,47 MMSCFD); Field Papua (Minyak: 999 BOPD dan Gas: 0,78 MMSCFD); Unitisasi Wakamuk (Minyak: 73 BOPD).



"Kami bersyukur capaian produksi kami masih bisa mengejar target yang ditetapkan. Dan strategi optimisme kami dalam menyelesaikan target produksi hingga akhir tahun 2020, mengingat harga minyak dunia tengah mengalami penurunan yang signifikan, salah satunya dengan mempertahankan produksi eksisting agar tidak banyak sumur yang mengalami low dan off serta mengoptimalkan produksi sumur tua," kata Agus.

Selain itu, lanjut Agus, pihaknya menerapkan cost leadership melalui evaluasi Rencana Kerja Bor/Work Over/Well Intervention berdasarkan keekonomian dengan sensitivitas harga minyak. "Dapat kami sampaikan juga, bahwa hingga akhir tahun 2020 kegiatan pemboran sumur baru sementara ditiadakan, pemboran ditunda ke tahun 2021, selain karena kondisi triple shock juga karena sedang dalam proses IPPKH dan penyiapan lokasi bor," jelasnya.

Selain fokus terhadap peningkatan produksi, pihaknya juga berupaya meningkatkan cadangan migas baru melalui kegiatan eksplorasi yang salah satunya kegiatan seismik di Papua telah selesai dilakukan di bulan Februari 2020, saat ini masih dalam tahap evaluasi untuk pengembangan lapangan lanjut di Papua.

"Selain itu, saat ini juga sedang berlangsung beberapa study inhouse GGRP untuk mendapatkan peluang-peluang baru di Field Cepu, Donggi Matindok, Sukowati dan Papua. Harapan kami, setelah kondisi ini berlalu, kami bisa catch up dengan rencana yang sudah ditetapkan dan bisa memenuhi target produksi migas secara nasional," terang Agus.

President Director PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menambahkan bahwa Pertamina EP optimis untuk bisa melalui masa sulit ini akibat penurunan harga minyak dunia yang terjadi dengan sangat cepat dalam kurun waktu hitungan hari.

"Apalagi Pertamina EP memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. Pertamina EP telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama," kata Nanang.

Nanang meminta para Field Manager dan General Manager di masing-masing asset sebagai perpanjangan tangan manajemen Pertamina EP untuk melakukan efisiensi beberapa program yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi. Pertamina EP tetap menjalankan WP&B dengan pelaksanaan seefektif mungkin.

"Tidak ada pembatasan biaya sepanjang setiap biaya yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan kinerja, produksi, cadangan, HSSE, dsb. Hal-Hal yang tidak berhubungan dengan produksi dan peningkatan cadangan dan sebagainya, ya kita tidak lakukan," jelasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More