Pekerja Didominasi SMA ke Bawah Sebabkan Produktivitas Rendah
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 20:12 WIB
JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengungkapkan alasan dan tujuan dibuatnya UU Cipta Kerja. Salah satunya adalah untuk meningkatkan produktivitas para pekerja Indonesia.
Menurut Ida, saat ini produktifitas dari para pekerja Indonesia sangat rendah. Bagaimana tidak, 87% dari total penduduk yang bekerja memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah. Dari angka tersebut, 39% memiliki pendidikan setingkat SD.
“Inilah yang menjadi penyebab produktifitas Indonesia tertinggal dari negara lainnya,” ujarnya dalam acara Manager Forum MNC ke-51 secara virtual, Jumat (23/10/2020).
( )
Sebagai gambaran lainnya, Ida menjelaskan jika sebagian besar pekerja ini justru memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sedangkan mereka yang menjadi pengangguran justru mereka yang memiliki pendidikan lebih baik yakni SMA ke atas hingga sarjana.
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pengangguran terbuka berdasarkan data tahun 2019, untuk tingkat pendidikan SD dan SMP adalah masing-masing 17% dan 16%.
Sementara untuk pendidikan SMA dan SMK masing-masing 28,2% dan 24,5%. Sedangkan bagi pendidikan Diploma hanya 3,1%. Sedangkan yang tingkat pendidikannya sarjana adalah sebesar 10,5%.
“Sementara yang menganggur didominasi dengan tingkat pendidikannya yang lebih bagus. SMA, SMK, Diploma dan Perguruan Tinggi. Yang bekerja tingkat pendidikannya rendah, yang nganggur justru mereka lebih baik pendidikannya,” jelasnya.
( )
Menurut Ida, karena tidak adanya linked and match maka pendidikan vokasi yang didapatkan tidak diterima di pasar kerja. Sementara yang bekerja, justru kompetensinya rendah karena pendidikan yang rendah.
“Karena pendidikan rendah menyebabkan kompetensinya rendah menyebabkan produktifitas rendah. Akibatnya di antara negara-negara ASEAN, kita berada di bawah rata-rata negara Asia,” jelas Ida.
Menurut Ida, saat ini produktifitas dari para pekerja Indonesia sangat rendah. Bagaimana tidak, 87% dari total penduduk yang bekerja memiliki tingkat pendidikan SMA ke bawah. Dari angka tersebut, 39% memiliki pendidikan setingkat SD.
“Inilah yang menjadi penyebab produktifitas Indonesia tertinggal dari negara lainnya,” ujarnya dalam acara Manager Forum MNC ke-51 secara virtual, Jumat (23/10/2020).
( )
Sebagai gambaran lainnya, Ida menjelaskan jika sebagian besar pekerja ini justru memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sedangkan mereka yang menjadi pengangguran justru mereka yang memiliki pendidikan lebih baik yakni SMA ke atas hingga sarjana.
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan, jumlah pengangguran terbuka berdasarkan data tahun 2019, untuk tingkat pendidikan SD dan SMP adalah masing-masing 17% dan 16%.
Sementara untuk pendidikan SMA dan SMK masing-masing 28,2% dan 24,5%. Sedangkan bagi pendidikan Diploma hanya 3,1%. Sedangkan yang tingkat pendidikannya sarjana adalah sebesar 10,5%.
“Sementara yang menganggur didominasi dengan tingkat pendidikannya yang lebih bagus. SMA, SMK, Diploma dan Perguruan Tinggi. Yang bekerja tingkat pendidikannya rendah, yang nganggur justru mereka lebih baik pendidikannya,” jelasnya.
( )
Menurut Ida, karena tidak adanya linked and match maka pendidikan vokasi yang didapatkan tidak diterima di pasar kerja. Sementara yang bekerja, justru kompetensinya rendah karena pendidikan yang rendah.
“Karena pendidikan rendah menyebabkan kompetensinya rendah menyebabkan produktifitas rendah. Akibatnya di antara negara-negara ASEAN, kita berada di bawah rata-rata negara Asia,” jelas Ida.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda