Bertransaksi Online Semakin Mudah
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 09:35 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 menyebabkan kepanikan di pasar keuangan. Industri lain juga sedang berusaha bangkit dari dampak situasi ini, misalnya travel, hospitality, FnB, otomotif, dan hiburan.
Dalam situasi seperti ini, banyak perusahaan dan brand menahan aktivitas pemasarannya untuk sementara waktu. Bahkan, beberapa menahan aktivitas tersebut hingga situasi mulai normal dan terkendali. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktivitas pemasaran secara umum. (Baca: Inilah Perkara-perkara yang Membinasakan Manusia)
Kirill Mankovski, Managing Director ADA (Analytic Data Advertising) perusahaan data dan kecerdasan buatan (AI) perancang bisnis digital dan solusi pemasaran menjelaskan, sebenarnya brand dapat memanfaatkan situasi ini untuk membentuk kebiasaan baru, serta mengubah channel komunikasi dan penjualannya ke ruang digital. Kebiasan baru yang terbentuk ini akan tetap bertahan meskipun situasi kembali normal.
"Minat berbelanja masyarakat Indonesia tidak hilang. Terutama untuk belanja online, minat tersebut justru tumbuh pesat selama situasi krisis ini berlangsung. Belanja online menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan, mulai dari harian hingga hobi," ungkapnya.
Belanja secara online kini sudah menjadi gaya hidup baru masyarakat di era pandemi seperti saat ini. Sesuai survei dari ADA, sejak social distancing diumumkan, penggunaan aplikasi belanja mengalami kenaikan hingga 300%. Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, juga aplikasi khusus jual-beli barang bekas. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada Maret lalu, hingga lebih dari 400%. (Baca juga: Kemenag Minta Guru Fokus pada Pendidikan Karakter Siswa)
Melihat minat belanja yang tidak reda, hal ini membuka peluang bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan lainnya. Apalagi, beberapa platform jual-beli online menganjurkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara cashless dengan memanfaat servis pembayaran seperti kartu kredit, transfer, atau e-wallet.
Bagi Kirill, ini merupakan saat yang tepat bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan untuk melakukan pemasaran. Para pemain di industri ini dapat memanfaatkan ruang digital untuk melakukan promosi kepada pengguna loyal, atau bahkan menjangkau pengguna baru. Pada saat seperti ini, mayoritas masyarakat cenderung memilih transaksi cashless demi menjaga kesehatan.
Di sisi lain, komunikasi pemasaran harus tetap dilakukan untuk menjaga posisi sebuah brand di benak konsumen. Dengan tetap menjaga posisi tersebut, akan lebih mudah bagi brand atau perusahaan untuk melakukan pemulihan bisnis pada saat situasi kembali normal.
Bagi para platform marketplace meskipun menyadari mereka tengah menjadi media pilihan masyarakat untuk berbelanja. Mereka terus berbenah memanfaatkan teknologi yang selama ini mereka andalkan untuk semakin memudahkan pengguna bertransaksi. Salah satunya Blibli yang baru saja berkolaborasi dengan layanan dompet digital DANA. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Jika Terinfeksi Flu)
Dalam situasi seperti ini, banyak perusahaan dan brand menahan aktivitas pemasarannya untuk sementara waktu. Bahkan, beberapa menahan aktivitas tersebut hingga situasi mulai normal dan terkendali. Hal ini menyebabkan berkurangnya aktivitas pemasaran secara umum. (Baca: Inilah Perkara-perkara yang Membinasakan Manusia)
Kirill Mankovski, Managing Director ADA (Analytic Data Advertising) perusahaan data dan kecerdasan buatan (AI) perancang bisnis digital dan solusi pemasaran menjelaskan, sebenarnya brand dapat memanfaatkan situasi ini untuk membentuk kebiasaan baru, serta mengubah channel komunikasi dan penjualannya ke ruang digital. Kebiasan baru yang terbentuk ini akan tetap bertahan meskipun situasi kembali normal.
"Minat berbelanja masyarakat Indonesia tidak hilang. Terutama untuk belanja online, minat tersebut justru tumbuh pesat selama situasi krisis ini berlangsung. Belanja online menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan, mulai dari harian hingga hobi," ungkapnya.
Belanja secara online kini sudah menjadi gaya hidup baru masyarakat di era pandemi seperti saat ini. Sesuai survei dari ADA, sejak social distancing diumumkan, penggunaan aplikasi belanja mengalami kenaikan hingga 300%. Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, juga aplikasi khusus jual-beli barang bekas. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada Maret lalu, hingga lebih dari 400%. (Baca juga: Kemenag Minta Guru Fokus pada Pendidikan Karakter Siswa)
Melihat minat belanja yang tidak reda, hal ini membuka peluang bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan lainnya. Apalagi, beberapa platform jual-beli online menganjurkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara cashless dengan memanfaat servis pembayaran seperti kartu kredit, transfer, atau e-wallet.
Bagi Kirill, ini merupakan saat yang tepat bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan untuk melakukan pemasaran. Para pemain di industri ini dapat memanfaatkan ruang digital untuk melakukan promosi kepada pengguna loyal, atau bahkan menjangkau pengguna baru. Pada saat seperti ini, mayoritas masyarakat cenderung memilih transaksi cashless demi menjaga kesehatan.
Di sisi lain, komunikasi pemasaran harus tetap dilakukan untuk menjaga posisi sebuah brand di benak konsumen. Dengan tetap menjaga posisi tersebut, akan lebih mudah bagi brand atau perusahaan untuk melakukan pemulihan bisnis pada saat situasi kembali normal.
Bagi para platform marketplace meskipun menyadari mereka tengah menjadi media pilihan masyarakat untuk berbelanja. Mereka terus berbenah memanfaatkan teknologi yang selama ini mereka andalkan untuk semakin memudahkan pengguna bertransaksi. Salah satunya Blibli yang baru saja berkolaborasi dengan layanan dompet digital DANA. (Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan Jika Terinfeksi Flu)
Lihat Juga :
tulis komentar anda