Bisnis Properti Lippo Karawaci Perlahan Mulai Pulih
Senin, 02 November 2020 - 17:51 WIB
JAKARTA - JAKARTA- PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) menyatakan bisnis properti perseroan pada kuartal III/2020 perlahan mulai pulih. Hal ini ditandai dengan kenaikan marketing sales perseroan pada kuartal III/2020 sebesar 304%.
“Kuartal ketiga sangat sukses untuk lini bisnis properti dengan marketing sales sebesar Rp1,2 triliun, atau kenaikan sebesar 304% yoy,” ujar CEO LPKR John Riady dalam siaran persnya, Senin (2/11/2020).
John berharap di tahun-tahun mendatang ketika perseroan melakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi, manajeman dapat menunjukkan kuartal ini sebagai titik balik lini bisnis properti. “Kami mengumumkan launching rumah tapak di Lippo Village untuk pertama kalinya setelah 4 tahun melalui launching Cendana Homes, yang mana terjual habis dalam hitungan jam. Meski pendapatan recurring kami terganggu oleh pandemi Covid-19, kami telah melihat bahwa bisnis properti perlahan lahan telah pulih dan mendekati normal,” jelasnya.
Lebih lanjut John menuturkan, meski dihadapi dengan pandemi Covid-19, pendapatan Real Estate Development meningkat sebesar 46,3% menjadi Rp2,37 triliun pada kuartal III/2020 dari Rp1,62 triliun di periode yang sama tahun lalu karena bisnis inti properti perseroan mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat dari Cikarang, pengakuan pendapatan di LPKR untuk serah terima di tower Hillcrest dan Fairview di Lippo Village, serta penjualan persediaan.
(Baca juga: Jeli Melihat Pasar, Rumah Tapak LPKR Diborong Generasi Milenial)
Menurut John, hingga kuartal III/2020 marketing sales LPKR meningkat 100% menjadi Rp2,28 triliun dari Rp1,14 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pada pilar Real Estate Management & Services, pendapatan kuartal III/2020 menunjukkan penurunan sebanyak 10,2% menjadi Rp6,15 triliun dari Rp6,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini dikarenakan rumah sakit, mal dan hotel terus dihadapkan dengan kondisi yang menantang akibat dari pandemi.
“Kasus baru Covid-19 yang terus meningkat di Indonesia pada kuartal III/2020 menyebabkan penutupan hotel yang berkepanjangan, pengunjung mal yang lebih sedikit dari yang sebelumnya diperkirakan, dan lebih banyaknya dilakukan penanganan Covid di lini bisnis rumah sakit dari pada pasien bisnis inti,” tutur John.
Secara konsolidasi, lanjut dia, pendapatan LPKR tidak mengalami perubahan. Pendapatan konsolidasi pada periode Januari-September 2020 sebesar Rp8,58 triliun dibandingkan dengan Rp8,56 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara untuk laba bruto LPKR mencatat ada kenaikan tipis menjadi Rp3,32 triliun di kuartal III/2020 dari Rp3,29 triliun pada kuartal III/2019. Laba bruto pada segmen Real Estate Development naik sebesar 71,2% menjadi Rp934 miliar. Sedangkan laba bruto lini bisnis Real Estate Management & Services (rumah sakit, mal dan yang lainnya) turun sebanyak 15,1% menjadi Rp2,32 triliun.
LPKR juga melaporkan EBITDA pada kuartal III/2020 naik 75,6% menjadi Rp1,58 triliun dari Rp902 miliar di kuartal III/2019. Meski demikian, EBITDA pada tahun 2020 sebagian besar dipengaruhi oleh implementasi standar PSAK 73 terkait biaya sewa. “Penerapan standar ini mengakibatkan penurunan pada biaya sewa dan kenaikan di biaya bunga,” tegas John.
“Kuartal ketiga sangat sukses untuk lini bisnis properti dengan marketing sales sebesar Rp1,2 triliun, atau kenaikan sebesar 304% yoy,” ujar CEO LPKR John Riady dalam siaran persnya, Senin (2/11/2020).
John berharap di tahun-tahun mendatang ketika perseroan melakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi, manajeman dapat menunjukkan kuartal ini sebagai titik balik lini bisnis properti. “Kami mengumumkan launching rumah tapak di Lippo Village untuk pertama kalinya setelah 4 tahun melalui launching Cendana Homes, yang mana terjual habis dalam hitungan jam. Meski pendapatan recurring kami terganggu oleh pandemi Covid-19, kami telah melihat bahwa bisnis properti perlahan lahan telah pulih dan mendekati normal,” jelasnya.
Lebih lanjut John menuturkan, meski dihadapi dengan pandemi Covid-19, pendapatan Real Estate Development meningkat sebesar 46,3% menjadi Rp2,37 triliun pada kuartal III/2020 dari Rp1,62 triliun di periode yang sama tahun lalu karena bisnis inti properti perseroan mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat dari Cikarang, pengakuan pendapatan di LPKR untuk serah terima di tower Hillcrest dan Fairview di Lippo Village, serta penjualan persediaan.
(Baca juga: Jeli Melihat Pasar, Rumah Tapak LPKR Diborong Generasi Milenial)
Menurut John, hingga kuartal III/2020 marketing sales LPKR meningkat 100% menjadi Rp2,28 triliun dari Rp1,14 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pada pilar Real Estate Management & Services, pendapatan kuartal III/2020 menunjukkan penurunan sebanyak 10,2% menjadi Rp6,15 triliun dari Rp6,85 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini dikarenakan rumah sakit, mal dan hotel terus dihadapkan dengan kondisi yang menantang akibat dari pandemi.
“Kasus baru Covid-19 yang terus meningkat di Indonesia pada kuartal III/2020 menyebabkan penutupan hotel yang berkepanjangan, pengunjung mal yang lebih sedikit dari yang sebelumnya diperkirakan, dan lebih banyaknya dilakukan penanganan Covid di lini bisnis rumah sakit dari pada pasien bisnis inti,” tutur John.
Secara konsolidasi, lanjut dia, pendapatan LPKR tidak mengalami perubahan. Pendapatan konsolidasi pada periode Januari-September 2020 sebesar Rp8,58 triliun dibandingkan dengan Rp8,56 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara untuk laba bruto LPKR mencatat ada kenaikan tipis menjadi Rp3,32 triliun di kuartal III/2020 dari Rp3,29 triliun pada kuartal III/2019. Laba bruto pada segmen Real Estate Development naik sebesar 71,2% menjadi Rp934 miliar. Sedangkan laba bruto lini bisnis Real Estate Management & Services (rumah sakit, mal dan yang lainnya) turun sebanyak 15,1% menjadi Rp2,32 triliun.
LPKR juga melaporkan EBITDA pada kuartal III/2020 naik 75,6% menjadi Rp1,58 triliun dari Rp902 miliar di kuartal III/2019. Meski demikian, EBITDA pada tahun 2020 sebagian besar dipengaruhi oleh implementasi standar PSAK 73 terkait biaya sewa. “Penerapan standar ini mengakibatkan penurunan pada biaya sewa dan kenaikan di biaya bunga,” tegas John.
(bai)
tulis komentar anda