Pertanyaan Besar! Kapan Ekonomi RI Bisa Sampai ke Kondisi Sebelum Pandemi?
Rabu, 04 November 2020 - 08:22 WIB
Menurut dia, inflasi 0,07 yang terjadi menurut catatan BPS di Oktober 2020 masih sangat kecil. Jika dikalkulasikan sejak awal tahun ini, inflasi masih sekitar 0,95%. Hingga Desember nanti, kenaikannya hanya mencapai sekitar 1,2% saja.
“Jadi itu paling rendah. Ini menggambarkan demand yang jelas masih sangat tertekan. Meskipun di kuartal III sudah lebih baik, tetap terjadi kontraksi. Bahkan, kuartal IV pun masih saya khawatirkan masih terjadi kontraksi,” ujarnya.
Faisal menilai dari segi kebijakan atau strategi pemulihan ekonomi nasional sudah cukup maksimal. Namun, apapun kebijakan atau stimulus yang diberikan dari sisi ekonomi, tidak akan bisa ekspansi sepanjang pandeminya masih ada.
“Yang bisa kita harapkan efek dari stimulus, bansos, segala macam kebijakan di sisi PEN, hanya untuk meredam supaya tidak drop, supaya tidak anjlok saja. Untuk pengusaha misalnya, sebagai survival mereka supaya tidak bangkrut. Tapi, tidak lantas bisa kita harapkan untuk mereka ekspansi, apalagi sebelum ada pandemi,” terang dia.
“Sepanjang pandemi masih ada, tekanan juga masih ada. Sepanjang pandemi masih ada, jangan harap kondisi pertumbuhan ekonomi akan balik seperti sebelum pandemi. PR terbesar pemerintah ya selesaikan dulu wabahnya, baru kita bisa berbicara masalah ekspansi ekonomi,” tukasnya.
Negara lain yang bisa kembali (bounce back) adalah yang sudah menyelesaikan pandemi. China misalnya, kontraksinya hanya terjadi di kuartal I. Di kuartal berikutnya sudah membaik. Pada kuartal III diprediksi akan lebih tinggi lagi. Bahkan, tahun depan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2019.
“Jadi itu paling rendah. Ini menggambarkan demand yang jelas masih sangat tertekan. Meskipun di kuartal III sudah lebih baik, tetap terjadi kontraksi. Bahkan, kuartal IV pun masih saya khawatirkan masih terjadi kontraksi,” ujarnya.
Faisal menilai dari segi kebijakan atau strategi pemulihan ekonomi nasional sudah cukup maksimal. Namun, apapun kebijakan atau stimulus yang diberikan dari sisi ekonomi, tidak akan bisa ekspansi sepanjang pandeminya masih ada.
“Yang bisa kita harapkan efek dari stimulus, bansos, segala macam kebijakan di sisi PEN, hanya untuk meredam supaya tidak drop, supaya tidak anjlok saja. Untuk pengusaha misalnya, sebagai survival mereka supaya tidak bangkrut. Tapi, tidak lantas bisa kita harapkan untuk mereka ekspansi, apalagi sebelum ada pandemi,” terang dia.
“Sepanjang pandemi masih ada, tekanan juga masih ada. Sepanjang pandemi masih ada, jangan harap kondisi pertumbuhan ekonomi akan balik seperti sebelum pandemi. PR terbesar pemerintah ya selesaikan dulu wabahnya, baru kita bisa berbicara masalah ekspansi ekonomi,” tukasnya.
Negara lain yang bisa kembali (bounce back) adalah yang sudah menyelesaikan pandemi. China misalnya, kontraksinya hanya terjadi di kuartal I. Di kuartal berikutnya sudah membaik. Pada kuartal III diprediksi akan lebih tinggi lagi. Bahkan, tahun depan diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2019.
(akr)
tulis komentar anda