Ini Dia Biang Kerok Penyebab Indonesia Alami Resesi
Kamis, 05 November 2020 - 12:25 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) resmi merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 yang mengalami minus 3,49%. Hal ini menandakan Indonesia resmi mengalami resesi pada tahun ini, setelah dua kuartal beruntun ekonominya tumbuh minus. ( Baca juga:Indonesia Resmi Resesi, BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III/2020 Minus 3,49% )
Pada kuartal II, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan minus 5,32%. Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan biang kerok Indonesia masih mengalami kontraksi ekonomi.
Salah satunya konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih minus 4,04%. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat yang lesu di tengah pandemi.
"Konsumsi rumah tangga, pada kuartal III-2020 secara year on year memang masih terkontraksi 4,04% tapi tidak sedalam kuartal II minus 5,52%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam video virtual, Kamis (5/11/2020).
Sambung dia, ada banyak indikator yang mencerminkan lemahnya pengeluaran rumah tangga. Mulai dari penjualan pakaian hingga bahan bakar yang mengalami penurunan.
"Industri tekstil dan pakaian jadi kontraksi 9,32%. Tetapi arahnya kontraksinya tidak dalam, untuk itu industri pengolahan secara keseluruhan terkontraksi 4,31% yang tidak sedalam pada kuartal kedua," katanya. ( Baca juga:Jika Biden Terpilih, Ini Harapan DPR Terkait Hubungan RI-AS )
Selain penjualan, indikator lain yang mengalami penurunan adalah jumlah penumpang transportasi umum, baik di darat, laut, maupun udara. Tingkat hunian kamar hotel yang sepi juga menjadi salah satu indikator.
Serta jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada kuartal III 2020 mencapai 474,62 ribu atau turun 89,18% dibanding periode sama pada tahun 2019. Sementara itu, indikator yang masih menunjukkan pertumbuhan adalah perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang naik 1,82%. Konsumsi listrik juga mengalami kenaikan.
Pada kuartal II, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan minus 5,32%. Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan biang kerok Indonesia masih mengalami kontraksi ekonomi.
Salah satunya konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih minus 4,04%. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat yang lesu di tengah pandemi.
"Konsumsi rumah tangga, pada kuartal III-2020 secara year on year memang masih terkontraksi 4,04% tapi tidak sedalam kuartal II minus 5,52%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam video virtual, Kamis (5/11/2020).
Sambung dia, ada banyak indikator yang mencerminkan lemahnya pengeluaran rumah tangga. Mulai dari penjualan pakaian hingga bahan bakar yang mengalami penurunan.
"Industri tekstil dan pakaian jadi kontraksi 9,32%. Tetapi arahnya kontraksinya tidak dalam, untuk itu industri pengolahan secara keseluruhan terkontraksi 4,31% yang tidak sedalam pada kuartal kedua," katanya. ( Baca juga:Jika Biden Terpilih, Ini Harapan DPR Terkait Hubungan RI-AS )
Selain penjualan, indikator lain yang mengalami penurunan adalah jumlah penumpang transportasi umum, baik di darat, laut, maupun udara. Tingkat hunian kamar hotel yang sepi juga menjadi salah satu indikator.
Serta jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada kuartal III 2020 mencapai 474,62 ribu atau turun 89,18% dibanding periode sama pada tahun 2019. Sementara itu, indikator yang masih menunjukkan pertumbuhan adalah perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang naik 1,82%. Konsumsi listrik juga mengalami kenaikan.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda