Meski Resesi, Tren Ekonomi Sulsel Terus Membaik
Kamis, 05 November 2020 - 18:50 WIB
MAKASSAR - Ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) terus mencatatkan pertumbuhan signifikan meski di tengah pandemi. Walaupun, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel telah mengumumkan provinsi ini juga resmi menjadi salah satu daerah yang mengalami resesi .
Tercatat, dari 34 provinsi di Indonesia, 32 diantaranya mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan III/2020. Ekonomi Sulsel pada periode yang sama terkontraksi sebesar 1,08%. Sementara, pada triwulan II/2020, ekonomi Sulsel juga tumbuh negatif 3,86%. Meski resesi, tapi tren pertumbuhan ekonomi Sulsel mulai membaik. Secara kuartalan (q to q), ekonomi Sulsel tercatat tumbuh 8,18%.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulsel pun terbilang mengalami perbaikan di triwulan III, yakni dari sisi Year on Year (YoY), dari -3,81% membaik menjadi -1,81%.
(Baca Juga: Tumbuh Signifikan di Tengah Pandemi, Ekspor Sulsel Paling Banyak ke Negara Ini)
"Dan yang menarik dan cukup memberi harapan, pertumbuhan ekonomi Sulsel dalam ukuran Q-to-Q, dari -0,41% telah meningkat tajam menjadi 8,18%. Pertumbuhan ini menunjukkan prospek positif ke depannya dan mungkin yang terbesar di Indonesia,” ujarnya, Kamis (5/11/2020).
Artinya, sambung Bupati Bantaeng dua periode ini, dalam tataran ukuran yang sangat dinamis saat-saat seperti sekarang ini, indikator pertumbuhan jangka pendek Q-to-Q dapat menjadi ukuran yang lebih akurat mengukur arah perkembangan perekonomian suatu daerah. Indikator tersebut menunjukkan adanya pergerakan aktivitas perekonomian yang cukup menjanjikan di Sulsel.
Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai PDRB Q-to-Q atas dasar harga konstan dari nilai Rp79,81 triliun menjadi Rp86,34 triliun, dengan sektor pertumbuhan terbesar sektor usaha terbesar transportasi dan pergudangan, 59,29%, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, 34,74%, dan sektor usaha jasa perusahaan 32,22%.
Sedangkan sektor usaha dengan ukuran pertumbuhan year on year, terbesar adalah sektor usaha infomasi dan komunikasi, 12,20%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 7,58%, dan sektor usaha pengadaan, 7,34%.
Secara keseluruhan, selama triwulan III terdapat delapan sektor usaha delapan dengan pertumbuhan positif dengan total pertumbuhan 4,48%. Dan sembilan sektor usaha masih tumbuh negatif dengan total pertumbuhan -3,85%.
Tercatat, dari 34 provinsi di Indonesia, 32 diantaranya mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan III/2020. Ekonomi Sulsel pada periode yang sama terkontraksi sebesar 1,08%. Sementara, pada triwulan II/2020, ekonomi Sulsel juga tumbuh negatif 3,86%. Meski resesi, tapi tren pertumbuhan ekonomi Sulsel mulai membaik. Secara kuartalan (q to q), ekonomi Sulsel tercatat tumbuh 8,18%.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulsel pun terbilang mengalami perbaikan di triwulan III, yakni dari sisi Year on Year (YoY), dari -3,81% membaik menjadi -1,81%.
(Baca Juga: Tumbuh Signifikan di Tengah Pandemi, Ekspor Sulsel Paling Banyak ke Negara Ini)
"Dan yang menarik dan cukup memberi harapan, pertumbuhan ekonomi Sulsel dalam ukuran Q-to-Q, dari -0,41% telah meningkat tajam menjadi 8,18%. Pertumbuhan ini menunjukkan prospek positif ke depannya dan mungkin yang terbesar di Indonesia,” ujarnya, Kamis (5/11/2020).
Artinya, sambung Bupati Bantaeng dua periode ini, dalam tataran ukuran yang sangat dinamis saat-saat seperti sekarang ini, indikator pertumbuhan jangka pendek Q-to-Q dapat menjadi ukuran yang lebih akurat mengukur arah perkembangan perekonomian suatu daerah. Indikator tersebut menunjukkan adanya pergerakan aktivitas perekonomian yang cukup menjanjikan di Sulsel.
Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai PDRB Q-to-Q atas dasar harga konstan dari nilai Rp79,81 triliun menjadi Rp86,34 triliun, dengan sektor pertumbuhan terbesar sektor usaha terbesar transportasi dan pergudangan, 59,29%, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, 34,74%, dan sektor usaha jasa perusahaan 32,22%.
Sedangkan sektor usaha dengan ukuran pertumbuhan year on year, terbesar adalah sektor usaha infomasi dan komunikasi, 12,20%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial 7,58%, dan sektor usaha pengadaan, 7,34%.
Secara keseluruhan, selama triwulan III terdapat delapan sektor usaha delapan dengan pertumbuhan positif dengan total pertumbuhan 4,48%. Dan sembilan sektor usaha masih tumbuh negatif dengan total pertumbuhan -3,85%.
tulis komentar anda