Bisnis Transportasi Udara Punya Peluang Take Off di Akhir Tahun
Jum'at, 06 November 2020 - 09:20 WIB
JAKARTA - Pandemi membuat semua sektor nyaris tak bergerak karena pembatasan sosial untuk menekan penyebaran virus Covid-19. Nah, dampak paling besar dirasakan sektor pariwisata, transportasi, penginapan, dan restoran.
Salah satu subsektor penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 3,49% pada kuartal III adalah transportasi dan pergudangan. Minusnya mencapai 16,7% secara tahunan (year on year/yoy). ( Baca juga:Duh, Banyak Pelaku Usaha Langgar Protokol Kesehatan )
Sedikitnya orang yang bergerak, baik untuk urusan dinas maupun plesiran, membuat jasa transportasi babak belur, terutama angkutan udara. Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Said Abdullah mengatakan, ada dua peluang dalam dua bulan ke depan ini untuk bisnis transportasi udara bangkit.
Pertama, di akhir tahun ada dua libur panjang untuk Hari Natal dan Tahun Baru. Biasanya, momen ini akan mendorong permintaan yang tinggi karena orang-orang akan berwisata. Apalagi, mereka telah lama berdiam diri di rumah.
“Peluang kedua adalah semakin banyaknya daerah daerah yang masuk zona hijau sehingga membuka kesempatan bagi warga untuk traveling, baik untuk bisnis maupun wisata,” ujarnya kepada SINDOnews, Kamis (5/11/2020).
Sebelum pandemi bisnis jasa angkutan udara sudah tertekan. Kondisi keuangan maskapai-maskapai semakin berdarah ketika pandemi Covid-19 melanda dunia.
Pemerintah Indonesia tak tinggal diam untuk membantu maskapai-maskapai bisa menjalankan usahanya. Said menerangkan pemerintah telah memberikan insentif sebesar Rp216 miliar. ( Baca juga:Ekonomi Resesi, tapi Indeks Naik: Saatnya Mengoleksi Saham Berfundamental Oke )
Rincian, subsidi untuk tarif pelayanan jasa penumpang udara atau passenger service charger (PSC) di 13 bandara, seperti Soekarno-Hatta, Kualanamu, dan I Gusti Ngurah Rai.
Salah satu subsektor penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang minus 3,49% pada kuartal III adalah transportasi dan pergudangan. Minusnya mencapai 16,7% secara tahunan (year on year/yoy). ( Baca juga:Duh, Banyak Pelaku Usaha Langgar Protokol Kesehatan )
Sedikitnya orang yang bergerak, baik untuk urusan dinas maupun plesiran, membuat jasa transportasi babak belur, terutama angkutan udara. Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Said Abdullah mengatakan, ada dua peluang dalam dua bulan ke depan ini untuk bisnis transportasi udara bangkit.
Pertama, di akhir tahun ada dua libur panjang untuk Hari Natal dan Tahun Baru. Biasanya, momen ini akan mendorong permintaan yang tinggi karena orang-orang akan berwisata. Apalagi, mereka telah lama berdiam diri di rumah.
“Peluang kedua adalah semakin banyaknya daerah daerah yang masuk zona hijau sehingga membuka kesempatan bagi warga untuk traveling, baik untuk bisnis maupun wisata,” ujarnya kepada SINDOnews, Kamis (5/11/2020).
Sebelum pandemi bisnis jasa angkutan udara sudah tertekan. Kondisi keuangan maskapai-maskapai semakin berdarah ketika pandemi Covid-19 melanda dunia.
Pemerintah Indonesia tak tinggal diam untuk membantu maskapai-maskapai bisa menjalankan usahanya. Said menerangkan pemerintah telah memberikan insentif sebesar Rp216 miliar. ( Baca juga:Ekonomi Resesi, tapi Indeks Naik: Saatnya Mengoleksi Saham Berfundamental Oke )
Rincian, subsidi untuk tarif pelayanan jasa penumpang udara atau passenger service charger (PSC) di 13 bandara, seperti Soekarno-Hatta, Kualanamu, dan I Gusti Ngurah Rai.
(uka)
tulis komentar anda