Ekonomi Resesi, tapi Indeks Naik: Saatnya Mengoleksi Saham Berfundamental Oke
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meski kondisi perekonomian berada dalam zona resesi , namun banyak pihak optimistis tahun depan akan menjadi tahun pemulihan. Apalagi, memasuki akhir tahun sektor belanja masyarakat diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan.
Pengamat pasar modal dari Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan zona resesi di dalam negeri dengan minus 3,49% masih dianggap lebih baik jika dibanding kuartal II. ( Baca juga:Ekonomi RI Resesi, Efek Penundaan Proyek Infrastruktur? )
“Diketahui memang pertumbuhan ekonomi masih minus 3,49%, tapi kita ketahui itu sudah berkurang atau lebih baik dibanding kuartal II. Dan kita optimistis tahun depan bisa lebih baik dan menjadi tahun pemulihan,” ujarnya pada diskusi di IDX TV Channel Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Libur panjang dan tahun baru akan menjadi penopang untuk memperkuat belanja domestik di dalam negeri. Selain itu, rencana pemerintah melakukan vaksinasi Covid-19 pada akhir tahun juga menjadi kabar yang menggembirakan. “Dengan faktor-faktor itu semua kita optimistis pertumbuhan bisa mencapai 3% atau di atas 3%. Tinggal melihat kondisi dan situasinya seperti apa. Kalau kita melihat sejumlah negara bahkan sudah mengalami pertumbuhan seperti China, pertumbuhan global tahun depan diharapkan menuju pulih,” ujarnya. ( Baca juga:Jokowi Disarankan Sambut Habib Rizieq, Ferdinand Hutahaean Anggap Lucu )
Kiswoyo juga menanggapi menguatnya IHSG 3% yang tembuh level 5.200 merupakan momen koresksi untuk membeli saham-saham yang berfundamental baik. “Level psikologis itu di angka 5.000, level atas di angka 5.900. Kita harapkan IHSG bisa tembus pada level di atas 5.250. Jika berada di level 5.250 akan menuju ke level atas. Karenanya ekonomi kita pulih tahun depan ini akan menjadi kabar menggembrikan juga bagi pasar saham kita,” pungkasnya.
Pengamat pasar modal dari Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan zona resesi di dalam negeri dengan minus 3,49% masih dianggap lebih baik jika dibanding kuartal II. ( Baca juga:Ekonomi RI Resesi, Efek Penundaan Proyek Infrastruktur? )
“Diketahui memang pertumbuhan ekonomi masih minus 3,49%, tapi kita ketahui itu sudah berkurang atau lebih baik dibanding kuartal II. Dan kita optimistis tahun depan bisa lebih baik dan menjadi tahun pemulihan,” ujarnya pada diskusi di IDX TV Channel Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Libur panjang dan tahun baru akan menjadi penopang untuk memperkuat belanja domestik di dalam negeri. Selain itu, rencana pemerintah melakukan vaksinasi Covid-19 pada akhir tahun juga menjadi kabar yang menggembirakan. “Dengan faktor-faktor itu semua kita optimistis pertumbuhan bisa mencapai 3% atau di atas 3%. Tinggal melihat kondisi dan situasinya seperti apa. Kalau kita melihat sejumlah negara bahkan sudah mengalami pertumbuhan seperti China, pertumbuhan global tahun depan diharapkan menuju pulih,” ujarnya. ( Baca juga:Jokowi Disarankan Sambut Habib Rizieq, Ferdinand Hutahaean Anggap Lucu )
Kiswoyo juga menanggapi menguatnya IHSG 3% yang tembuh level 5.200 merupakan momen koresksi untuk membeli saham-saham yang berfundamental baik. “Level psikologis itu di angka 5.000, level atas di angka 5.900. Kita harapkan IHSG bisa tembus pada level di atas 5.250. Jika berada di level 5.250 akan menuju ke level atas. Karenanya ekonomi kita pulih tahun depan ini akan menjadi kabar menggembrikan juga bagi pasar saham kita,” pungkasnya.
(uka)