Ekonom: Perbaikan Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal III Masih Rendah

Senin, 09 November 2020 - 05:35 WIB
Masih rendahnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan masih lemahnya sektor konsumsi rumah tangga akibat pandemi. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Perekonomian Indonesia resmi masuk jurang resesi pada kuartal III-2020 dimana ekonomi Indonesia terkontraksi 3,49 persen. Angka ini membaik dibandingkan kuartal II-2020 yang minus 5,32 persen.

Ekonom yang juga Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad mengatakan, meskipun angkanya berkurang, tetapi catatan ini masih cukup kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang merupakan mitra dagang Indonesia.

( )



Tauhid menyampaikan, China berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya dari kuartal II-2020 sebesar 3,2 persen dan kuartal III-2020 menjadi 4,9 persen.

Amerika Serikat meskipun masih negatif tetapi mengalami perbaikan sekitar 67,8 persen, Singapura 47,4 persen, Korea Selatan 51,9 persen, Vietnam 550 persen, Hong Kong 62,2 persen, Uni Eropa 71,9 persen.

"Jadi, kalau kemarin BPS menyampaikan ada satu yang kurang bahwa perbaikan ekonomi kita jauh lebih lambat dibandingkan negara-negara mitra dagang kita, meskipun pada negara-negara yang sama-sama kondisinya masih negatif maupun negara-negara yang sudah duluan positif seperti China dan Vietnam," ujar Tauhid dalam video conference, Minggu (8/11/2020).

( )

Tauhid menambahkan, masih rendahnya perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh dua hal yang memiliki proporsi paling besar, yaitu sektor konsumsi rumah tangga dan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

"Konsumsi rumah tangga itu memberikan sumbangan pada kuartal III-2020 sebesar Rp57,31 persen, PMTB 31,12 persen. Meskipun keduanya mengalami perbaikan di kuartal III tetapi sesungguhnya masih negatif kalaupun di angka persentase tidak banyak perubahan berarti dari kuartal II ke kuartal III," katanya.

Dia menduga, masih lemahnya konsumsi rumah tangga yang merupakan proporsi terbesar dalam PDB, disebabkan bahwa konsumsi makanan dan minuman yang masih rendah sekaligus menunjukkan bahwa masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

"Padahal kita sama-sama tahu bahwa bansos sudah diberikan sebanyak hampir lebih 176,38 persen di posisi 2 November 2020 dan saya kira ini sudah paling tinggi dan dianggap berhasil dan pencapaian sekitar 86 persen," ucapnya.
(ind)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More