BPH Migas Proyeksi Daya Serap BBM Bakal Anjlok 12,5%
Minggu, 10 Mei 2020 - 19:07 WIB
JAKARTA - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memprediksi terjadi penurunan realisasi bahan bakar minyak (BBM) tahun ini karena dampak pandemi Covid-19. Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa mengatakan, selama masa pandemi Covid-19 daya serap BBM di Indonesia mengalami pelemahan.
Adapun pada tahun ini pihaknya memproyeksikan pelemahan pertumbuhan realisasi BBM sebesar 12,5% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Laju pertumbuhan realisasi Jenis BBM Tertentu (JBT) 2020 dibandingkan 2019 diproyeksikan 7,8%. Sementara laju pertumbuhan realisasi jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP) 2020 dibandingkan dengan 2019 terkoreksi -15,3%.
Lebih lanjut terang dia, laju pertumbuhan jenin BBM umum (JBU) 2020 dibandingkan dengan 2019 akan lebih rendah 13,4%. "Kalau tidak segera selesai Covid-19 ini sampai akhir tahun, maka dampak perekonomian sangat besar. Dimana pertumbuhan ekonomi sangat minimal," katanya.
Dia mengungkapkan, saat ini harga minyak dunia menyentuh angka minus USD37 dolar per barrel pun, tidak ada negara yang berminat membelinya.
“Bahkan dijual minus pun, belum tentu masih ada yang mau beli. Kenapa minus karena dia produksi di kilangnya, kemudian di simpan di berbagai depot maupun di kapal, tapi kan lebih gede biaya penyimpanan (minyak) tadi,” terangnya.
Ia pun memperkirakan, jika permasalahan Covid-19 ini tidak bisa ditangani pemerintah dengan cepat, maka akan berdampak luar biasa terhadap perekonomian nasional. “Kalau itu selesai industri bisa jalan dan akan mengkonsumsi BBM,” pungkasnya.
Adapun pada tahun ini pihaknya memproyeksikan pelemahan pertumbuhan realisasi BBM sebesar 12,5% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Laju pertumbuhan realisasi Jenis BBM Tertentu (JBT) 2020 dibandingkan 2019 diproyeksikan 7,8%. Sementara laju pertumbuhan realisasi jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP) 2020 dibandingkan dengan 2019 terkoreksi -15,3%.
Lebih lanjut terang dia, laju pertumbuhan jenin BBM umum (JBU) 2020 dibandingkan dengan 2019 akan lebih rendah 13,4%. "Kalau tidak segera selesai Covid-19 ini sampai akhir tahun, maka dampak perekonomian sangat besar. Dimana pertumbuhan ekonomi sangat minimal," katanya.
Dia mengungkapkan, saat ini harga minyak dunia menyentuh angka minus USD37 dolar per barrel pun, tidak ada negara yang berminat membelinya.
“Bahkan dijual minus pun, belum tentu masih ada yang mau beli. Kenapa minus karena dia produksi di kilangnya, kemudian di simpan di berbagai depot maupun di kapal, tapi kan lebih gede biaya penyimpanan (minyak) tadi,” terangnya.
Ia pun memperkirakan, jika permasalahan Covid-19 ini tidak bisa ditangani pemerintah dengan cepat, maka akan berdampak luar biasa terhadap perekonomian nasional. “Kalau itu selesai industri bisa jalan dan akan mengkonsumsi BBM,” pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda