Ekspor Bisa Pulih Lebih Cepat Seiring Membaiknya Permintaan di China
Senin, 16 November 2020 - 14:04 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang bulan Oktober 2020 sebesar USD3,61 miliar. Angka surplus ini sesuai dengan prediksi melihat masih rendahnya permintaan bahan baku industri di dalam negeri.
Impor bahan baku yang turun 5% dibandingkan bulan September 2020 atau minus USD415,7 juta mencerminkan produsen masih menahan kenaikan produksi karena daya beli konsumen masih turun.
"Data ini sejalan dengan indeks penjualan riil BI yang terkontraksi 8,7% pada bulan September. Indeks keyakinan konsumen pun masih menurun dari 83,4 menjadi 79 pada Oktober," kata Ekonom Indef, Bhima Yudhistira saat dihubungi, Senin (16/11/2020).
( )
Menurut dia, selama konsumen kelas menengah dan atas masih menahan belanja, maka industri tidak berani menambah stok pasokan bahan baku termasuk bahan baku impor.
Selain itu dari sisi impor barang konsumsi juga mengalami minus 7,58% dibanding bulan sebelumnya. "Padahal pelaku usaha kan biasanya stok impor barang konsumsi untuk mempersiapkan Harbolnas 11.11 pada bulan berikutnya," ungkap dia.
( )
Selain itu, penjualan lewat e-commerce meskipun naik tapi belum bisa mengimbangi penurunan tajam pada ritel konvensional. "Ini berarti konsumsi memang belum pulih," kata dia.
Sementara dari kinerja ekspor non migas ada kenaikan 3,54% secara month to month. Ekspor disupport oleh perbaikan permintaan di China yang naik 8,9% dibanding bulan sebelumnya.
(Lihat juga grafis: Negara-negara ASEAN, China dan Jepang Bersatu Siap Kuasai Ekonomi )
Porsi ekspor ke China juga merangkak menjadi 18,6% dari total ekspor. Sementara di ASEAN terjadi pembalikan arah dengan pertumbuhan kinerja ekspor yang positif 8,45%.
"Ini kabar baiknya ada pemulihan ekspor yang lebih cepat, meskipun tetap perlu dicermati bahwa surplus masih disebabkan impor yang menurun cukup dalam karena aktivitas di dalam negeri belum pulih. Kita berharap ada perbaikan kualitas surplus perdagangan pada akhir tahun tersisa," beber dia.
Impor bahan baku yang turun 5% dibandingkan bulan September 2020 atau minus USD415,7 juta mencerminkan produsen masih menahan kenaikan produksi karena daya beli konsumen masih turun.
"Data ini sejalan dengan indeks penjualan riil BI yang terkontraksi 8,7% pada bulan September. Indeks keyakinan konsumen pun masih menurun dari 83,4 menjadi 79 pada Oktober," kata Ekonom Indef, Bhima Yudhistira saat dihubungi, Senin (16/11/2020).
( )
Menurut dia, selama konsumen kelas menengah dan atas masih menahan belanja, maka industri tidak berani menambah stok pasokan bahan baku termasuk bahan baku impor.
Selain itu dari sisi impor barang konsumsi juga mengalami minus 7,58% dibanding bulan sebelumnya. "Padahal pelaku usaha kan biasanya stok impor barang konsumsi untuk mempersiapkan Harbolnas 11.11 pada bulan berikutnya," ungkap dia.
( )
Selain itu, penjualan lewat e-commerce meskipun naik tapi belum bisa mengimbangi penurunan tajam pada ritel konvensional. "Ini berarti konsumsi memang belum pulih," kata dia.
Sementara dari kinerja ekspor non migas ada kenaikan 3,54% secara month to month. Ekspor disupport oleh perbaikan permintaan di China yang naik 8,9% dibanding bulan sebelumnya.
(Lihat juga grafis: Negara-negara ASEAN, China dan Jepang Bersatu Siap Kuasai Ekonomi )
Porsi ekspor ke China juga merangkak menjadi 18,6% dari total ekspor. Sementara di ASEAN terjadi pembalikan arah dengan pertumbuhan kinerja ekspor yang positif 8,45%.
"Ini kabar baiknya ada pemulihan ekspor yang lebih cepat, meskipun tetap perlu dicermati bahwa surplus masih disebabkan impor yang menurun cukup dalam karena aktivitas di dalam negeri belum pulih. Kita berharap ada perbaikan kualitas surplus perdagangan pada akhir tahun tersisa," beber dia.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda