Dipicu Pandemi, Penjualan Produk IKM Fesyen Muslim Anjlok 80%
Senin, 11 Mei 2020 - 09:27 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan penjualan produk industri kecil dan menengah (IKM) fesyen muslim anjlok 60-80%. Penurunan ini dipicu adanya pandemi Covid-19.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, hampir seluruh IKM fesyen busana muslim terdampak korona dan merumahkan karyawan. “Akibat Covid-19, kapasitas produksi mereka menurun, berimbas pada penurunan stok dan omzetnya. Hampir 70-80% market mereka drop,” kata Gati dalam video conference di Jakarta, akhir pekan lalu.
Imbas pasar dan permintaan yang menurun, banyak pula IKM mengalihkan produksinya ke produk masker atau alat pelindung diri (APD). “Tapi ini hanya sesaat. Karena semua bikin masker atau APD, maka bahan baku jadi susah,” ujarnya.
Oleh sebab itu, persoalan pasokan bahan baku harus menjadi perhatiaan. Pihaknya pun akan mulai bekerja sama dengan pelaku usaha industri besar untuk pemenuhan bahan baku produk fesyen IKM. Kendati pasarnya menurun, Gati menyebut, ada pula IKM fesyen muslim berjualan secara online memiliki kenaikan signifikan sampai 600% lantaran memiliki spesifikasi produk berbeda. Sebab itu, komersialisasi dan distrubusi produk fesyen muslim perlu didorong selama pandemi agar cepat sampai di konsumen, salah satunya melalui pameran atau visual exhibition.
Kemenperin menggandeng Shopee untuk mendorong pemasaran produk fesyen muslim di tengah pandemi lewat kampanye bersama beli produk lokal fesyen muslim #LebaranUntukSemua. “Saya maunya kenaikan (penjualan) 1.000%, tapi kita nanti melihat juga kemampuan IKM. Paling tidak, kunjungan orang-orang yang mau beli busana muslim saat Ramadan itu 25 kali menurut Shoppe sehingga itu sangat menjanjikan,” katanya.
Head of Public Policy and Government Relations Shopee Radityo Triatmojo mengatakan, dengan kerja sama dan kenaikan kunjungan pengguna Shoppe hingga 25 kali lipat ini diharapkan bisa menjadi kesempatan bagi para IKM untuk mendapatkan lagi pasarnya. “Kami bersama pemerintah menyediakan kesempatan dengan kampanye ini, serta mengoptimalisasi IKM dan menjaga daya beli masyarakat sehingga ekonomi tak terbengkalai,” katanya.
Dia menyebut, pengumpulan produk fesyen muslim telah mencapai hingga tiga kali lipat dari yang biasa karena penjual yang terdampak dengan kondisi saat ini sehingga beralih ke platform online.
Hal itu diamini Vice President Brand Elzatta and Dauky, Tika Latifa. Tika mengatakan pandemi merupakan situasi tak mudah bagi pelaku bisnis. “Dua bulan menjelang Ramadan, biasanya merupakan periode panen rayanya Elzatta. Tapi, dengan kondisi ini kami tak bisa visited store dan harus beralih ke online,” katanya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta masyarakat agar selalu mendukung IKM dengan membeli produk mereka, termasuk produk busana muslim. Sebab, hal ini akan berdampak besar ke sektor pendukungnya termasuk penjahit, logistik, dan lainnya. “Pada akhirnya, akan menjaga ketahanan ekonomi di tengah kondisi Covid-19 dan menghindari PHK,” kataya.
Industri fesyen muslim yang juga merupakan bagian dari industri pakaian telah berkontribusi besar terhadap perekonomian dalam negeri. Kemenperin mencatat, kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang tahun 2019 mencapai USD8,3 miliar. Sementara pada periode Januari hingga Februari tahun 2020 ekspor industri pakaian senilai USD1,38 miliar. (Sudarsono)
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, hampir seluruh IKM fesyen busana muslim terdampak korona dan merumahkan karyawan. “Akibat Covid-19, kapasitas produksi mereka menurun, berimbas pada penurunan stok dan omzetnya. Hampir 70-80% market mereka drop,” kata Gati dalam video conference di Jakarta, akhir pekan lalu.
Imbas pasar dan permintaan yang menurun, banyak pula IKM mengalihkan produksinya ke produk masker atau alat pelindung diri (APD). “Tapi ini hanya sesaat. Karena semua bikin masker atau APD, maka bahan baku jadi susah,” ujarnya.
Oleh sebab itu, persoalan pasokan bahan baku harus menjadi perhatiaan. Pihaknya pun akan mulai bekerja sama dengan pelaku usaha industri besar untuk pemenuhan bahan baku produk fesyen IKM. Kendati pasarnya menurun, Gati menyebut, ada pula IKM fesyen muslim berjualan secara online memiliki kenaikan signifikan sampai 600% lantaran memiliki spesifikasi produk berbeda. Sebab itu, komersialisasi dan distrubusi produk fesyen muslim perlu didorong selama pandemi agar cepat sampai di konsumen, salah satunya melalui pameran atau visual exhibition.
Kemenperin menggandeng Shopee untuk mendorong pemasaran produk fesyen muslim di tengah pandemi lewat kampanye bersama beli produk lokal fesyen muslim #LebaranUntukSemua. “Saya maunya kenaikan (penjualan) 1.000%, tapi kita nanti melihat juga kemampuan IKM. Paling tidak, kunjungan orang-orang yang mau beli busana muslim saat Ramadan itu 25 kali menurut Shoppe sehingga itu sangat menjanjikan,” katanya.
Head of Public Policy and Government Relations Shopee Radityo Triatmojo mengatakan, dengan kerja sama dan kenaikan kunjungan pengguna Shoppe hingga 25 kali lipat ini diharapkan bisa menjadi kesempatan bagi para IKM untuk mendapatkan lagi pasarnya. “Kami bersama pemerintah menyediakan kesempatan dengan kampanye ini, serta mengoptimalisasi IKM dan menjaga daya beli masyarakat sehingga ekonomi tak terbengkalai,” katanya.
Dia menyebut, pengumpulan produk fesyen muslim telah mencapai hingga tiga kali lipat dari yang biasa karena penjual yang terdampak dengan kondisi saat ini sehingga beralih ke platform online.
Hal itu diamini Vice President Brand Elzatta and Dauky, Tika Latifa. Tika mengatakan pandemi merupakan situasi tak mudah bagi pelaku bisnis. “Dua bulan menjelang Ramadan, biasanya merupakan periode panen rayanya Elzatta. Tapi, dengan kondisi ini kami tak bisa visited store dan harus beralih ke online,” katanya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta masyarakat agar selalu mendukung IKM dengan membeli produk mereka, termasuk produk busana muslim. Sebab, hal ini akan berdampak besar ke sektor pendukungnya termasuk penjahit, logistik, dan lainnya. “Pada akhirnya, akan menjaga ketahanan ekonomi di tengah kondisi Covid-19 dan menghindari PHK,” kataya.
Industri fesyen muslim yang juga merupakan bagian dari industri pakaian telah berkontribusi besar terhadap perekonomian dalam negeri. Kemenperin mencatat, kinerja ekspor industri pakaian jadi sepanjang tahun 2019 mencapai USD8,3 miliar. Sementara pada periode Januari hingga Februari tahun 2020 ekspor industri pakaian senilai USD1,38 miliar. (Sudarsono)
(ysw)
tulis komentar anda