Pelan-Pelan, Menteri ESDM Mau Tinggalkan Energi Fosil
Jum'at, 20 November 2020 - 17:47 WIB
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menghadiri rangkaian Pertemuan ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) ke-38 yang dilaksanakan secara virtual, Kamis hingga Jumat (19/11-20/11).
Dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Vietnam sebagai tuan rumah, Menteri Arifin menyampaikan perlunya transisi energi ASEAN yang tidak hanya berfokus pada peralihan bahan bakar fosil ke energi terbarukan , namun juga peralihan ke pilihan energi dan teknologi yang lebih bersih serta terjangkau. ( Baca juga:RI Butuh Cadangan Energi Melimpah, Menteri ESDM: Perlu Eksplorasi Sangat Masif )
Adapun salah satu inisiatif utama Indonesia terkait kerja sama transisi energi ASEAN adalah memprakarsai pendirian Clean Coal Technology, Centre of Excellence (CCT COE). Fasilitas ini direncanakan berlokasi di Sentra Teknologi Batubara Palimanan, Jawa Barat.
"Indonesia berharap kerja sama dalam ASEAN Forum on Coal dapat menjadi think tank untuk mempromosikan penggunaan clean coal technology bersamaan dengan pergerakan ASEAN ke arah transisi energi yang lebih bersih dan ekonomi rendah karbon," ujar Menteri Arifin dalam keterangan tertulis, Jumat (20/11/2020).
Keberadaan CCT COE penting untuk meningkatkan kerja sama internasional, termasuk kolaborasi penelitian dan pengembangan dan transfer teknologi, tidak hanya untuk Indonesia namun negara anggota ASEAN lainnya. Dukungan dari seluruh negara anggota ASEAN dan tiga negara mitra wicara AMEM+3 (Jepang, Korea, dan RRT) diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan CCT COE dan meningkatkan kemampuannya dalam hal keahlian, fasilitas, dan sumber daya.
Dalam rangkaian pertemuan ini, para Menteri Energi ASEAN juga bertemu dengan Menteri East Asia Summit Energy Minister Meeting (EAS-EMM) yang meliputi AMEM+3 ditambah Amerika Serikat, Australia, India, Selandia Baru, dan Rusia. Pertemuan AMEM38 juga menghadirkan organisasi internasional International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (IRENA) untuk melihat perspektif energi global dan kaitannya dengan kawasan ASEAN.
Target penurunan intensitas energi ASEAN sebesar 20% pada tahun 2020, telah dicapai lebih dini pada tahun 2018 sebesar 21%. Pencapaian ini membuat ASEAN optimistis dapat meraih target baru pengurangan intensitas energi sebesar 32% pada tahun 2025.
Sementara itu, ASEAN masih menghadapi tantangan dalam usaha meraih target bauran energi terbarukan, yang pada tahun 2018 sebesar 13,9% dari total suplai energi primer. Angka ini masih cukup jauh dari target 23% pada tahun 2025, namun ASEAN bersepakat menambahkan target kapasitas terpasang energi terbarukan di pembangkit tenaga listrik mencapai 35% tahun 2025.
Menteri ESDM juga dijadwalkan menghadiri secara virtual ASEAN Energy Business Forum (AEBF) Jumat sore tadi. AEBF merupakan forum yang mempertemukan pelaku usaha energi ASEAN melalui seminar dan business matching. ( Baca juga:Daihatsu Ayla Seruduk CBR1000RR SP, Pengemudi Ganti dengan Rumah dan Mobil )
Salah satu agenda AEBF adalah dialog pejabat setingkat menteri dengan para CEO perusahaan energi untuk berbagi pandangan dan dukungan dalam rangka meningkatkan konektivitas energi, pemanfaatan energi dan digitalisasi, termasuk upaya pencapaian target energi ASEAN.
Sebagai informasi, salah satu rangkaian dalam acara ini adalah penganugerahan ASEAN Energy Award (AEA). Indonesia meraih berbagai penghargaan di ajang ini, setelah melalui tahapan seleksi yang ketat. Penghargaan tersebut meliputi kategori Energi Terbarukan, Efisiensi Energi dan Konservasi, dan Individu sebagai Manager Energi.
Dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Vietnam sebagai tuan rumah, Menteri Arifin menyampaikan perlunya transisi energi ASEAN yang tidak hanya berfokus pada peralihan bahan bakar fosil ke energi terbarukan , namun juga peralihan ke pilihan energi dan teknologi yang lebih bersih serta terjangkau. ( Baca juga:RI Butuh Cadangan Energi Melimpah, Menteri ESDM: Perlu Eksplorasi Sangat Masif )
Adapun salah satu inisiatif utama Indonesia terkait kerja sama transisi energi ASEAN adalah memprakarsai pendirian Clean Coal Technology, Centre of Excellence (CCT COE). Fasilitas ini direncanakan berlokasi di Sentra Teknologi Batubara Palimanan, Jawa Barat.
"Indonesia berharap kerja sama dalam ASEAN Forum on Coal dapat menjadi think tank untuk mempromosikan penggunaan clean coal technology bersamaan dengan pergerakan ASEAN ke arah transisi energi yang lebih bersih dan ekonomi rendah karbon," ujar Menteri Arifin dalam keterangan tertulis, Jumat (20/11/2020).
Keberadaan CCT COE penting untuk meningkatkan kerja sama internasional, termasuk kolaborasi penelitian dan pengembangan dan transfer teknologi, tidak hanya untuk Indonesia namun negara anggota ASEAN lainnya. Dukungan dari seluruh negara anggota ASEAN dan tiga negara mitra wicara AMEM+3 (Jepang, Korea, dan RRT) diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan CCT COE dan meningkatkan kemampuannya dalam hal keahlian, fasilitas, dan sumber daya.
Dalam rangkaian pertemuan ini, para Menteri Energi ASEAN juga bertemu dengan Menteri East Asia Summit Energy Minister Meeting (EAS-EMM) yang meliputi AMEM+3 ditambah Amerika Serikat, Australia, India, Selandia Baru, dan Rusia. Pertemuan AMEM38 juga menghadirkan organisasi internasional International Energy Agency (IEA) dan International Renewable Energy Agency (IRENA) untuk melihat perspektif energi global dan kaitannya dengan kawasan ASEAN.
Target penurunan intensitas energi ASEAN sebesar 20% pada tahun 2020, telah dicapai lebih dini pada tahun 2018 sebesar 21%. Pencapaian ini membuat ASEAN optimistis dapat meraih target baru pengurangan intensitas energi sebesar 32% pada tahun 2025.
Sementara itu, ASEAN masih menghadapi tantangan dalam usaha meraih target bauran energi terbarukan, yang pada tahun 2018 sebesar 13,9% dari total suplai energi primer. Angka ini masih cukup jauh dari target 23% pada tahun 2025, namun ASEAN bersepakat menambahkan target kapasitas terpasang energi terbarukan di pembangkit tenaga listrik mencapai 35% tahun 2025.
Menteri ESDM juga dijadwalkan menghadiri secara virtual ASEAN Energy Business Forum (AEBF) Jumat sore tadi. AEBF merupakan forum yang mempertemukan pelaku usaha energi ASEAN melalui seminar dan business matching. ( Baca juga:Daihatsu Ayla Seruduk CBR1000RR SP, Pengemudi Ganti dengan Rumah dan Mobil )
Salah satu agenda AEBF adalah dialog pejabat setingkat menteri dengan para CEO perusahaan energi untuk berbagi pandangan dan dukungan dalam rangka meningkatkan konektivitas energi, pemanfaatan energi dan digitalisasi, termasuk upaya pencapaian target energi ASEAN.
Sebagai informasi, salah satu rangkaian dalam acara ini adalah penganugerahan ASEAN Energy Award (AEA). Indonesia meraih berbagai penghargaan di ajang ini, setelah melalui tahapan seleksi yang ketat. Penghargaan tersebut meliputi kategori Energi Terbarukan, Efisiensi Energi dan Konservasi, dan Individu sebagai Manager Energi.
(uka)
tulis komentar anda