Libur Dikurangi Nggak Ngaruh, Orang Kaya Juga Masih Ogah Jalan-jalan

Senin, 23 November 2020 - 13:31 WIB
Dipangkasnya jumlah libur akhir tahun dinilai tak akan berdampak pada geliat ekonomi mengingat masih belum normalnya jumlah perjalanan wisata. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas pagi ini menginstruksikan agar jumlah libur akhir tahun dikurangi. Ekonom Indef Bhima Yudistira menilai keputusan ini tidak akan berdampak banyak pada ekonomi Indonesia.

(Baca Juga: Pemerintah Putuskan Pangkas Libur Akhir Tahun) "Masih kecil pengaruhnya karena masyarakat kelas menengah ke atas juga memang masih membatasi diri untuk berlibur. Kekhawatiran Covid-19 masih cukup tinggi," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (23/11/2020).

Bhima mengatakan, biasanya libur panjang memang dimanfaatkan kelas menengah atas untuk pergi berlibur ke luar kota, bahkan luar negeri. Akan tetapi, menurutnya situasu tahun ini sepertinya berbeda. Aktivitas perjalanan diperkirakannya masih belum normal, apalagi perjalanan keluar negeri yang masih dibatasi. "Jadinya spending untuk tiket, hotel dan restoran juga masih rendah," kata BHima.



Sebelumnya, dalam rapat terbatas pagi tadi, Presiden memutuskan untuk memangkas libur akhir tahun 2020. Presiden Jokowi bahkan meminta agar keputusan ini segera dikoordinasikan dengan kementerian dan lembaga terkait.

(Baca Juga: Libur Panjang Akhir Tahun, Tingkat Hunian Hotel Bisa Capai 80%)

"Berkaitan dengan masalah libur cuti bersama akhir tahun, libur pengganti cuti bersama Hari Raya Idul Fitri, Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan," kata Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy seusai rapat terbatas tersebut.
(fai)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More