Butuh 8 Juta Ton Limbah Sampah Serbuk Gergaji Kayu untuk Maksimalkan PLTU

Rabu, 25 November 2020 - 19:44 WIB
PT PLN (Persero) mencatat, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan bisa bekerja secara maksimal bila tersedianya serbuk gergaji kayu sebanyak 8 juta ton pertahun. Foto/Dok
JAKARTA - PT PLN (Persero) mencatat, pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan bisa bekerja secara maksimal bila tersedianya serbuk gergaji kayu sebanyak 8 juta ton pertahun. Serbuk gergaji kayu merupakan limbah sampah yang nantinya dikonversikan dengan batu bara guna mengoperasikan PLTU.

Direktur Mega Proyek PT PLN Ikhsan Asaad mengatakan, pemanfaatan limbah sampah tersebut untuk menggantikan sebanyak lima persen batu bara dalam pembangkit. Langkah ini juga seiring dengan upaya perseroan untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% pada 2025.

(Baca Juga: Era Baru Pengembangan PLTU Ramah Lingkungan )

Manajemen perseroan optimis bila target EBT sebesar 23% pada 2025 akan tercapai. Optimis itu seiring dengan sejumlah langkah strategis yang telah disusun oleh manajemen perseroan plat merah tersebut.



Ikhsan mengatakan, untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% di tahun 2025, PLN memiliki dasar strategis dalam melakukan mengembangkan EBT. Karena itu, pihaknya optimis untuk mengejar target tersebut.

"Sebagai BUMN yang ditugaskan pemerintah, PLN tentunya juga berkomitmen untuk mencapai target EBT 23 persen pada 2025. Sampai saat ini jumlah pelanggan pln mencapai 77 juta pelanggan dengan kapasitas pembangkit terpasang 63.000 Megawatt," ujar Ikhsan dalam RDP bersama Komisi VII DPR, Rabu (25/11/2020).

Adapun langkah dasar strategis PLN dalam mengembangkan EBT di antaranya, pertama, pembangunan pembangkit EBT perlu mempertimbangkan keselarasan supply dan demand. Di mana, potensi ketersediaan sumber energi setempat (resource based) keekonomian menjamin adanya reliability, sekuriti dan sustainability.

(Baca Juga: Co-Firing Solusi Sampah untuk Pembangkit Listrik, Genjot Target Bauran Energi )

Kedua, penambahan pembangkit EBT akan diprioritaskan dan diakselerasi pada daerah-daerah yang masih menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) impor sebagai bahan bakar pembangkit diesel. Manajemen perseroan menilai, hal ini diharapkan akan menurunkan biaya pokok produksi listrik sehingga dapat mengurangi subsidi atau kompensasi dari pemerintah.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More