Tahun 2050, Konsumsi BBM RI Bisa Tembus 3,97 Juta Barel per Hari
Rabu, 02 Desember 2020 - 11:56 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan akan meningkat dari 1,66 juta barel per hari menjadi 3,97 juta barel per hari pada 2050 atau naik sebesar 139 persen. Adapun proyeksi ini berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Sedangkan untuk konsumsi gas juga diperkirakan mengalami peningkatan lebih besar lagi dari 6.000 MMSCFD menjadi 26.000 MMSCFD pada tahun 2050 atau naik 298 persen. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan energi perlu ditingkatkan produksi migas di dalam negeri sehingga tidak banjir impor.
Dia mengatakan sesungguhnya potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar, karena dari 128 cekungan migas yang dimiliki, baru 20 cekungan yang sudah berproduksi. Bahkan, masih terdapat 68 cekungan yang belum dieksplorasi. Namun demikian sektor industri migas membutuhkan nilai investasi yang besar dengan teknologi yang sulit.
"Perlu disadari bahwa industri migas adalah industri yang membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tinggi, dan high risk. Melihat peran strategis dari sub sektor migas, maka atas arahan Bapak Presiden (Joko Widodo), sub sektor migas tidak hanya sebagai revenue generator namun untuk menjadi penggerak roda perekonomian nasional (economic driven)," ujar Arifin, Rabu( 2/12/2020).
Peran sub sektor migas tersebut, tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan energi untuk transportasi maupun kelistrikan, namun juga berperan sebagai bahan baku dalam dalam pengembangan Industri. Dalam mendorong hal tersebut, Arifin menyebut, berbagai kebijakan telah diambil oleh pemerintah, antara lain penurunan harga gas, untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan, serta flexibility fiscal term untuk meningkatkan daya tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.
Dalam sambutannya, di acara International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Menteri ESDM juga menegaskan bahwa, dunia saat ini tengah mengutamakan pemenuhan energi bersih dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT), tak terkecuali dengan Indonesia. "Akselerasi pengembangan energi bersih menjadi tantangan kita," katanya.
Di mana, untuk mendukung komitmen global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), pemerintah menargetkan 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi nasional tahun 2025, serta komitmen pengurangan emisi GRK pada tahun 2030 hingga 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan pihak internasional. Namun akselerasi pengembangan EBT ini tidak meninggalkan peran sektor migas. Meskipun secara prosentase bauran energi migas menurun, namun secara nominal justru meningkat.
Sedangkan untuk konsumsi gas juga diperkirakan mengalami peningkatan lebih besar lagi dari 6.000 MMSCFD menjadi 26.000 MMSCFD pada tahun 2050 atau naik 298 persen. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan energi perlu ditingkatkan produksi migas di dalam negeri sehingga tidak banjir impor.
Baca Juga
Dia mengatakan sesungguhnya potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar, karena dari 128 cekungan migas yang dimiliki, baru 20 cekungan yang sudah berproduksi. Bahkan, masih terdapat 68 cekungan yang belum dieksplorasi. Namun demikian sektor industri migas membutuhkan nilai investasi yang besar dengan teknologi yang sulit.
"Perlu disadari bahwa industri migas adalah industri yang membutuhkan investasi yang besar, teknologi yang tinggi, dan high risk. Melihat peran strategis dari sub sektor migas, maka atas arahan Bapak Presiden (Joko Widodo), sub sektor migas tidak hanya sebagai revenue generator namun untuk menjadi penggerak roda perekonomian nasional (economic driven)," ujar Arifin, Rabu( 2/12/2020).
Peran sub sektor migas tersebut, tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan energi untuk transportasi maupun kelistrikan, namun juga berperan sebagai bahan baku dalam dalam pengembangan Industri. Dalam mendorong hal tersebut, Arifin menyebut, berbagai kebijakan telah diambil oleh pemerintah, antara lain penurunan harga gas, untuk mendorong tumbuhnya industri, pelonggaran perpajakan, serta flexibility fiscal term untuk meningkatkan daya tarik investasi migas serta meningkatkan keekonomian pengembangan lapangan.
Dalam sambutannya, di acara International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Menteri ESDM juga menegaskan bahwa, dunia saat ini tengah mengutamakan pemenuhan energi bersih dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT), tak terkecuali dengan Indonesia. "Akselerasi pengembangan energi bersih menjadi tantangan kita," katanya.
Di mana, untuk mendukung komitmen global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), pemerintah menargetkan 23 persen energi terbarukan dalam bauran energi nasional tahun 2025, serta komitmen pengurangan emisi GRK pada tahun 2030 hingga 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan pihak internasional. Namun akselerasi pengembangan EBT ini tidak meninggalkan peran sektor migas. Meskipun secara prosentase bauran energi migas menurun, namun secara nominal justru meningkat.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda