Jangan Tergiur Promosi, Ini yang Harus Dilakukan Sebelum Membeli Rumah
Rabu, 16 Desember 2020 - 14:11 WIB
JAKARTA - Ketika ingin membeli rumah , pastikan Anda menemukan berbagai penawaran menarik dari para pengembang. Beragam promosi yang ditawarkan biasanya dari cicilan uang muka, undian berhadiah, hingga harga yang terjangkau tentu akan membuat siapa pun tergiur.
Jika ada promosi seperti itu, jangan langsung tergiur untuk membelinya. Sebaiknya Anda perhatikan dahulu beberapa hal penting agar tidak menimbulkan rasa penyesalan di kemudian hari. Terlebih, banyak pengembang sekarang yang menawarkan hunian murah dengan desain minimalis di kisaran harga yang relatif terjangkau, yakni di bawah Rp500 juta. (Baca: Minat Pembelian Properti Kelas Menengah Mulai Naik)
Hunian berukuran mungil dengan dengan luas bangunan dan luas tanah (LB/LT) tipe 30/60 hingga 50/90 tengah menjadi tren tersendiri di kalangan milenial. Karena banyak diburu, beberapa dari pengembang ada yang menawarkan ukuran lebih mungil demi mendapatkan harga jual yang lebih murah.
"Banyak kaum milenial yang sengaja menjatuhkan pilihan kepada hunian berukuran mungil karena mereka ingin sesuatu yang praktis tidak perlu repot mengurus rumah," ungkap arsitek dari DFORM Austrio Kanigoro.
Tentunya para milenial ini menurut pria yang akrab disapa Trio, berpikir bisa mengembangkannya dengan renovasi. Kita harus perhitungkan dahulu dari segi biaya dan apakah luas tanah sisa yang tersedia mencukupi untuk penambahan ruang. Selain itu, masalah dana jangan sampai luput dari perhitungan. Anda harus memiliki perbandingan biaya yang diperlukan untuk renovasi dengan membeli rumah langsung yang lebih luas.
"Milenial saat ini tidak pernah mempermasalahkan besaran lahan. Mereka malah memilih yang lebih kecil dan fokus terhadap keuntungan memiliki hunian walaupun luasnya terbatas," ujar Trio. (Baca juga: Peneliti UI Beberkan Hasil Riset PJJ Selama Pandemi Covid-19)
Beberapa pengembang rumah mungil ternyata membangun sistem rumah kopel, yaitu dua rumah yang menempel dalam satu dinding. Tetapi, rumah kopel bisa berisiko ketika tetangga sebelah rumah hendak melakukan renovasi bangunan. "Kecenderungan rumah yang dibangun dengan sistem kopel ini lebih berisiko bocor dan rembes. Jadi, sebelum membeli rumah pastikan dahulu spesifikasi bangunan secara detail dan lakukan survei rumah yang hendak dibeli," tambahnya.
Tidak hanya detail mengecek fisik bangunan, sebelum menentukan hunian idaman sebaiknya cek reputasi pengembang. Lakukan riset terlebih dahulu rekam jejak pengembang lewat proyek yang pernah mereka tangani sebelumnya. Anda pun bisa mengecek lewat keanggotaan pengembang di asosiasinya seperti Real Estate Indonesia (REI) dan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi).
"Pengembang yang baik tentunya punya rekam jejak yang mumpuni. Semua perusahaan tentunya memiliki rekam jejak digital, jadi konsumen harus berani menanyakan dokumen perizinan pada pengembang. Kunci paling aman ketika pengembang sudah bisa menunjukkan izin mendirikan bangunan (IMB)," papar Trio. (Baca juga: Masker Wajah Mirip Power Ranger Cegah Infeksi Covid-19)
Setelah memastikan pengembang perumahan yang dipilih aman, akses dan lokasi menjadi faktor penting untuk pertimbangan ketika memilih hunian. Banyak rumah yang harganya miring alias murah dengan ukuran kecil, tetapi lokasinya jauh dari pusat kota.
"Kalau pun jauh dari pusat kota yang paling penting daerah tersebut memiliki potensi untuk berkembang seperti banyaknya pembangunan area komersil dan akses transportasi seperti tol, jalur kereta, dan mungkin terintegrasi dengan jalur light rail transit (LRT)," tuturnya.
Saat ini, kawasan industri seperti Cikarang, Karawang, dan Cakung berkembang cukup pesat walaupun cukup jauh dari pusat kota. Namun, apabila hunian yang dipilih jauh dari pusat kota, pastikan wilayah tersebut memiliki fasilitas pendidikan, kesehatan, dan juga tempat berbelanja yang tidak terlalu jauh dari rumah. (Aprilia S Andyna)
Jika ada promosi seperti itu, jangan langsung tergiur untuk membelinya. Sebaiknya Anda perhatikan dahulu beberapa hal penting agar tidak menimbulkan rasa penyesalan di kemudian hari. Terlebih, banyak pengembang sekarang yang menawarkan hunian murah dengan desain minimalis di kisaran harga yang relatif terjangkau, yakni di bawah Rp500 juta. (Baca: Minat Pembelian Properti Kelas Menengah Mulai Naik)
Hunian berukuran mungil dengan dengan luas bangunan dan luas tanah (LB/LT) tipe 30/60 hingga 50/90 tengah menjadi tren tersendiri di kalangan milenial. Karena banyak diburu, beberapa dari pengembang ada yang menawarkan ukuran lebih mungil demi mendapatkan harga jual yang lebih murah.
"Banyak kaum milenial yang sengaja menjatuhkan pilihan kepada hunian berukuran mungil karena mereka ingin sesuatu yang praktis tidak perlu repot mengurus rumah," ungkap arsitek dari DFORM Austrio Kanigoro.
Tentunya para milenial ini menurut pria yang akrab disapa Trio, berpikir bisa mengembangkannya dengan renovasi. Kita harus perhitungkan dahulu dari segi biaya dan apakah luas tanah sisa yang tersedia mencukupi untuk penambahan ruang. Selain itu, masalah dana jangan sampai luput dari perhitungan. Anda harus memiliki perbandingan biaya yang diperlukan untuk renovasi dengan membeli rumah langsung yang lebih luas.
"Milenial saat ini tidak pernah mempermasalahkan besaran lahan. Mereka malah memilih yang lebih kecil dan fokus terhadap keuntungan memiliki hunian walaupun luasnya terbatas," ujar Trio. (Baca juga: Peneliti UI Beberkan Hasil Riset PJJ Selama Pandemi Covid-19)
Beberapa pengembang rumah mungil ternyata membangun sistem rumah kopel, yaitu dua rumah yang menempel dalam satu dinding. Tetapi, rumah kopel bisa berisiko ketika tetangga sebelah rumah hendak melakukan renovasi bangunan. "Kecenderungan rumah yang dibangun dengan sistem kopel ini lebih berisiko bocor dan rembes. Jadi, sebelum membeli rumah pastikan dahulu spesifikasi bangunan secara detail dan lakukan survei rumah yang hendak dibeli," tambahnya.
Tidak hanya detail mengecek fisik bangunan, sebelum menentukan hunian idaman sebaiknya cek reputasi pengembang. Lakukan riset terlebih dahulu rekam jejak pengembang lewat proyek yang pernah mereka tangani sebelumnya. Anda pun bisa mengecek lewat keanggotaan pengembang di asosiasinya seperti Real Estate Indonesia (REI) dan Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi).
"Pengembang yang baik tentunya punya rekam jejak yang mumpuni. Semua perusahaan tentunya memiliki rekam jejak digital, jadi konsumen harus berani menanyakan dokumen perizinan pada pengembang. Kunci paling aman ketika pengembang sudah bisa menunjukkan izin mendirikan bangunan (IMB)," papar Trio. (Baca juga: Masker Wajah Mirip Power Ranger Cegah Infeksi Covid-19)
Setelah memastikan pengembang perumahan yang dipilih aman, akses dan lokasi menjadi faktor penting untuk pertimbangan ketika memilih hunian. Banyak rumah yang harganya miring alias murah dengan ukuran kecil, tetapi lokasinya jauh dari pusat kota.
"Kalau pun jauh dari pusat kota yang paling penting daerah tersebut memiliki potensi untuk berkembang seperti banyaknya pembangunan area komersil dan akses transportasi seperti tol, jalur kereta, dan mungkin terintegrasi dengan jalur light rail transit (LRT)," tuturnya.
Saat ini, kawasan industri seperti Cikarang, Karawang, dan Cakung berkembang cukup pesat walaupun cukup jauh dari pusat kota. Namun, apabila hunian yang dipilih jauh dari pusat kota, pastikan wilayah tersebut memiliki fasilitas pendidikan, kesehatan, dan juga tempat berbelanja yang tidak terlalu jauh dari rumah. (Aprilia S Andyna)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda