Industri Peternakan Masih Terkendala Rantai Pasok Produk Pertanian
Kamis, 17 Desember 2020 - 21:03 WIB
JAKARTA - Peternakan adalah salah satu sektor strategis sebagai penyumbang ketersediaan pangan melalui protein hewani. Sebagai perusahaan yang memproduksi bahan pangan, PT Widodo Makmur Perkasa (WMP) terus mengupayakan penyediaan pangan berkualitas sehingga berdampak langsung pada keberlangsungan hidup masyarakat.
Mengacu pada data statistik Meat and Livestock Australia, pemenuhan daging sapi nasional tahun 2020, dari produksi domestik sebesar 43%, Australian boxed beef 9%, Australian Cattle (lot-feed) 21%, Australian boxed beef offal 6%, Indian imports 13%, dan other suppliers imports 8%.
Pemilik sekaligus CEO PT Widodo Makmur Perkasa, Tumiyana, mengatakan perseroan memiliki beberapa strategi untuk mempertahankan pasar di industri peternakan. Industri peternakan sebaiknya berupaya untuk membuka sumber penyediaan sapi bisa dari sumber negara lain. Mengacu pada data FAS/USDA, populasi sapi antara Australia dan Brasil, yakni Australia 23,69 juta ekor atau 2,40% populasi dunia dan Brasil 244,14 juta ekor atau 24,72%. Dengan begitu peluang mendapatkan sapi ada beberapa alternatif.
Kemudian, meningkatkan kualitas genetik sapi dan pengembangan peternak mandiri. Di sektor unggas, WMP melalui Widodo Makmur Unggas (WMU) memastikan penyediaan produk daging ayam yang mengutamakan keamanan pangan dalam kualitas terbaik dan harga yang terjangkau. Tak lupa secara konsisten WMU beserta seluruh WMP Group berkomitmen untuk melakukan pengembangan agropreneur muda sebagai ujung tombak pertanian yang berkelanjutan.
Menurut Tumiyana, kendala yang paling utama dihadapi adalah rantai pasok atau supply chain produk pertanian di Indonesia yang masih sangat terbatas dalam hal pengawasan (monitoring) dan evaluasi (evaluation). Oleh karena itu, WMP berusaha untuk melakukan manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien.
“Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai dan tentunya berdampak ke semua pihak termasuk Grup Widodo Makmur Perkasa, namun berkat manajemen yang baik maka proyeksi hanya turun sekitar 15%,” kata Tumiyana saat menjadi pembicara daring di Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan 2020 dalam rangka Dies Natalis Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (17/12/2020).
Dengan berkolaborasi, ditambahkan Tumiyana, berarti melaksanakan peran sebagai corporate citizen yang bertanggung jawab, bukan hanya dalam skema kerja sama tetapi dengan sesungguhnya bersama-sama bekerja mewujudkan kesejahteraan bagi peternak dan masyarakat dimana WMP dan segenap anak perusahaannya menjadi jembatannya.
Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2019, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada pada urutan ke-16 di dunia atau sebesar USD1,2 triliun, meningkat 4,97% secara tahunan atau year on year (yoy) dari tahun 2018 sebesar USD1,14 triliun, dan menjadi yang tertinggi di tingkatan negara ASEAN. Perekonomian Indonesia telah tumbuh stabil selama 5 tahun terakhir, didorong oleh pertumbuhan kelas menengah serta pengeluaran konsumsi dengan lebih dari 49% konsumsi adalah konsumsi rumah tangga.
Mengacu pada data statistik Meat and Livestock Australia, pemenuhan daging sapi nasional tahun 2020, dari produksi domestik sebesar 43%, Australian boxed beef 9%, Australian Cattle (lot-feed) 21%, Australian boxed beef offal 6%, Indian imports 13%, dan other suppliers imports 8%.
Pemilik sekaligus CEO PT Widodo Makmur Perkasa, Tumiyana, mengatakan perseroan memiliki beberapa strategi untuk mempertahankan pasar di industri peternakan. Industri peternakan sebaiknya berupaya untuk membuka sumber penyediaan sapi bisa dari sumber negara lain. Mengacu pada data FAS/USDA, populasi sapi antara Australia dan Brasil, yakni Australia 23,69 juta ekor atau 2,40% populasi dunia dan Brasil 244,14 juta ekor atau 24,72%. Dengan begitu peluang mendapatkan sapi ada beberapa alternatif.
Kemudian, meningkatkan kualitas genetik sapi dan pengembangan peternak mandiri. Di sektor unggas, WMP melalui Widodo Makmur Unggas (WMU) memastikan penyediaan produk daging ayam yang mengutamakan keamanan pangan dalam kualitas terbaik dan harga yang terjangkau. Tak lupa secara konsisten WMU beserta seluruh WMP Group berkomitmen untuk melakukan pengembangan agropreneur muda sebagai ujung tombak pertanian yang berkelanjutan.
Menurut Tumiyana, kendala yang paling utama dihadapi adalah rantai pasok atau supply chain produk pertanian di Indonesia yang masih sangat terbatas dalam hal pengawasan (monitoring) dan evaluasi (evaluation). Oleh karena itu, WMP berusaha untuk melakukan manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien.
“Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai dan tentunya berdampak ke semua pihak termasuk Grup Widodo Makmur Perkasa, namun berkat manajemen yang baik maka proyeksi hanya turun sekitar 15%,” kata Tumiyana saat menjadi pembicara daring di Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan 2020 dalam rangka Dies Natalis Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (17/12/2020).
Dengan berkolaborasi, ditambahkan Tumiyana, berarti melaksanakan peran sebagai corporate citizen yang bertanggung jawab, bukan hanya dalam skema kerja sama tetapi dengan sesungguhnya bersama-sama bekerja mewujudkan kesejahteraan bagi peternak dan masyarakat dimana WMP dan segenap anak perusahaannya menjadi jembatannya.
Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2019, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada pada urutan ke-16 di dunia atau sebesar USD1,2 triliun, meningkat 4,97% secara tahunan atau year on year (yoy) dari tahun 2018 sebesar USD1,14 triliun, dan menjadi yang tertinggi di tingkatan negara ASEAN. Perekonomian Indonesia telah tumbuh stabil selama 5 tahun terakhir, didorong oleh pertumbuhan kelas menengah serta pengeluaran konsumsi dengan lebih dari 49% konsumsi adalah konsumsi rumah tangga.
Lihat Juga :
tulis komentar anda