Sekarang, Defisit APBN Dianggap Sebagai Isu Remahan

Senin, 21 Desember 2020 - 22:19 WIB
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan, hingga 30 November 2020, Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit hingga Rp 883,7 triliun. Kenaikan defisit yang sangat besar dibanding tahun lalu ini menggambarkan bahwa Covid-19 memengaruhi kondisi perekonomian dan keuangan negara.

Defisit itu sekitar 5,6% terhadap produk domestik bruto (PDB). Dengan demikian, pencapaian defisit APBN masih lebih kecil dibanding outlook akhir tahun yang sebesar 6,34% terhadap PDB. ( Baca juga:Cukai Rokok Naik, Menkeu Sebut Petani Tembakau Bakal Sejahtera )

Menurut Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah, dengan realisasi anggaran yang belum mencapai 100% maka wajar bila realisasi defisit juga lebih rendah dari yang direncanakan dalam APBN.

"Pemerintah masih ada waktu satu bulan untuk meningkatkan realisasi belanja. Sehingga defisit APBN-nya akan meningkat mendekati target 6%," katanya saat dihubungi di Jakarta, Senin (21/12/2020). ( Baca juga:Masih Pandemi, Masyarakat Dilarang Berkerumun Saat Natal dan Tahun Baru )

Menurut piter, realisasi anggaran dan defisit bukanlah isu besar. Di tengah pandemi saat ini, isu utama adalah sejauh mana efektivitas dari stimulus fiskal dalam menanggulangi pandemi.

"Selain itu membantu masyarakat terdampak dan meningkatkan ketahanan dunia usaha, itu adalah perkara yang lebih penting," ucap dia.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More