PLTU USC Adopsi Roadmap Penurunan Emisi
Minggu, 10 Januari 2021 - 21:26 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kembali menegaskan, pentingnya pemasangan teknologi Ultra Super-critical (USC) pada PLTU berkapasitas besar. Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar menyebutkan, penerapan teknologi USC telah masuk dalam peta jalan (road map) penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor energi.
PLTU USC yang kini sedang dibangun antara lain, PLTU Jawa 9 & 10, PLTU Jawa Tengah (Batang), dan PLTU Jawa 4 (Tanjung Jati B), kesemuanya berstandar negara-negara maju dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
“Bukan sebagai standar, tapi semacam roadmap (peta jalan.red) penggunaan PLTU di Indonesia,” ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, akhir pekan.
(Baca Juga: Penerapan Teknologi Maju Dukung PLTU Ramah Lingkungan )
Sebelumnya, Wanhar pernah menjelaskan bahwa teknologi USC termasuk Clean Coal Technology (CCT), yang dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) karena memiliki efisiensi sebesar 40%. USC juga menghasilkan intensitas emisi GRK lebih rendah dari PLTU lainnya, seperti PLTU Subcritical dan PLTU Supercritical.
“Arti dari efisiensi 40% itu adalah kemampuan dari PLTU USC untuk mengkonversi sebanyak 40 % dari setiap energi yang terkandung di dalam batu bara yang digunakan oleh PLTU USC menjadi energi listrik (kWh),” jelasnya.
Pada PLTU USC juga sudah dilengkapi dengan peralatan pengendalian pencemaran udara, sehingga emisi yang dihasilkan dapat memenuhi Baku Mutu Emisi. “Beberapa negara telah menerapkan teknologi ini salah satunya adalah Jepang,” ujar Wanhar.
Berdasarkan data New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), penggunaan teknologi USC pada PLTU mampu menghasilkan efisiensi sebesar 40% dan intensitas emisi CO2 sebesar ± 820 gram per kWh. Selain itu konsumsi bahan bakar batubara semakin kecil, sekitar 320-340 gram per kWh saja.
Diuraikan Wanhar lagi, pembangunan PLTU Sistem Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) harus menggunakan Boiler teknologi USC. Namun, tidak untuk PLTU di luar Sistem Jamali, mengingat kapasitasnya masih kelas 50-300 MW.
PLTU USC yang kini sedang dibangun antara lain, PLTU Jawa 9 & 10, PLTU Jawa Tengah (Batang), dan PLTU Jawa 4 (Tanjung Jati B), kesemuanya berstandar negara-negara maju dalam OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).
“Bukan sebagai standar, tapi semacam roadmap (peta jalan.red) penggunaan PLTU di Indonesia,” ungkapnya kepada wartawan di Jakarta, akhir pekan.
(Baca Juga: Penerapan Teknologi Maju Dukung PLTU Ramah Lingkungan )
Sebelumnya, Wanhar pernah menjelaskan bahwa teknologi USC termasuk Clean Coal Technology (CCT), yang dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) karena memiliki efisiensi sebesar 40%. USC juga menghasilkan intensitas emisi GRK lebih rendah dari PLTU lainnya, seperti PLTU Subcritical dan PLTU Supercritical.
“Arti dari efisiensi 40% itu adalah kemampuan dari PLTU USC untuk mengkonversi sebanyak 40 % dari setiap energi yang terkandung di dalam batu bara yang digunakan oleh PLTU USC menjadi energi listrik (kWh),” jelasnya.
Pada PLTU USC juga sudah dilengkapi dengan peralatan pengendalian pencemaran udara, sehingga emisi yang dihasilkan dapat memenuhi Baku Mutu Emisi. “Beberapa negara telah menerapkan teknologi ini salah satunya adalah Jepang,” ujar Wanhar.
Berdasarkan data New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), penggunaan teknologi USC pada PLTU mampu menghasilkan efisiensi sebesar 40% dan intensitas emisi CO2 sebesar ± 820 gram per kWh. Selain itu konsumsi bahan bakar batubara semakin kecil, sekitar 320-340 gram per kWh saja.
Diuraikan Wanhar lagi, pembangunan PLTU Sistem Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) harus menggunakan Boiler teknologi USC. Namun, tidak untuk PLTU di luar Sistem Jamali, mengingat kapasitasnya masih kelas 50-300 MW.
Lihat Juga :
tulis komentar anda