IHSG Terkoreksi, Asing Justru Antusias Beli Saham
Jum'at, 15 Januari 2021 - 12:48 WIB
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin mulai menunjukkan tanda-tanda koreksi tipis 0,11%. Kendati demikian, nett buy asing sudah mencapai Rp9,39 triliun.
Head of Research Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa IHSG berada dalam posisi rawan terkoreksi. "Kita melihat technical correction ketika indeks nampak reli. Tren di awal tahun reli kenaikan IHSG cukup panjang, rawan koreksi memang benar," ucap Alfred dalam IDX Channel Market Opening Live di Jakarta, Jumat (15/1/2021).
( )
Lantaran saat ini sudah di penghujung pekan, secara teknis, banyak koreksi di akhir pekan. Dari potensinya, di sisi asing banyak menjadi katalis, maka IHSG bisa tutup positif di level 6.400-an.
"Valuasi IHSG mengalami kenaikan, meski dari sisi performa fundamental, kenaikannya tidak bisa pulih cepat 100%. Banyak kenaikan valuasi di IHSG-nya, tapi tidak bisa dipungkiri banyak katalis yang mendorong," tambah Alfred.
( )
Positioning emerging market seperti Indonesia punya nilai tambah dalam fase recovery ini. "Kita lihat di awal tahun, animo asing cukup kuat. Asing mulai melihat kondisi 2021 sangat kondusif untuk emerging market. Rupiah di awal tahun bisa di bawah 14.000. Ini membuat valuasi short term sedikit lebih tinggi," ucapnya. Ke depannya, dengan percepatan fundamental atau kenaikan emiten, nampak akan kembali normal untuk valuasinya.
Head of Research Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa IHSG berada dalam posisi rawan terkoreksi. "Kita melihat technical correction ketika indeks nampak reli. Tren di awal tahun reli kenaikan IHSG cukup panjang, rawan koreksi memang benar," ucap Alfred dalam IDX Channel Market Opening Live di Jakarta, Jumat (15/1/2021).
( )
Lantaran saat ini sudah di penghujung pekan, secara teknis, banyak koreksi di akhir pekan. Dari potensinya, di sisi asing banyak menjadi katalis, maka IHSG bisa tutup positif di level 6.400-an.
"Valuasi IHSG mengalami kenaikan, meski dari sisi performa fundamental, kenaikannya tidak bisa pulih cepat 100%. Banyak kenaikan valuasi di IHSG-nya, tapi tidak bisa dipungkiri banyak katalis yang mendorong," tambah Alfred.
( )
Positioning emerging market seperti Indonesia punya nilai tambah dalam fase recovery ini. "Kita lihat di awal tahun, animo asing cukup kuat. Asing mulai melihat kondisi 2021 sangat kondusif untuk emerging market. Rupiah di awal tahun bisa di bawah 14.000. Ini membuat valuasi short term sedikit lebih tinggi," ucapnya. Ke depannya, dengan percepatan fundamental atau kenaikan emiten, nampak akan kembali normal untuk valuasinya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda