Lelang Frekuensi 5G Dibatalkan, Kepercayaan Investor Bisa Turun
Selasa, 26 Januari 2021 - 21:43 WIB
JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) membatalkan lelang frekuensi 2,3 GHz yang dilakukan pada Desember 2020. Padahal dalam proses lelang tersebut telah dimenangkan oleh tiga operator seluler.
Pengamat telekomunikasi yang juga Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, pemerintah perlu memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada masyarakat terkait alasan penghentian lelang frekuensi 2,3 GHz agar tidak menimbulkan prasangka buruk oleh masyarakat.
"Kita sudah sekian kali melakukan lelang, tetapi ini kali pertama lelang dihentikan. Padahal pemenang sudah ditetapkan secara resmi oleh panita seleksi, tinggal tanda tangan menteri," ujarnya ketika dihubungi Sindo, Selasa (26/1/2021). ( Baca juga:Kominfo Akhirnya Hentikan Proses Seleksi Frekuensi 2,3GHz )
Heru melanjutkan, pembatalan lelang tersebut tentu dipantau dunia internasional sehingga berhubungan dengan kepercayaan investor luar negeri.
"Lelang ini dilakukan tahun 2020. Artinya, semua operator sudah berhitung, termasuk punya perencanaan. Ini perlu penjelasan yang lebih rinci bagi masyarakat terutama investor," ungkapnya.
Menurut dia, frekeunsi menjadi salah satu alat kompetisi bagi operator sehingga tiap operator akan berlomba-lomba mendapatkan frekuensi sebanyak-banyak. Apalagi kebutuhan masyarakat akan internet semakin tinggi.
"Sehingga kalau dibatalkan, operator akan berhitung lagi. Proses negosiasi akan diulang lagi, apakah akan ada revisi atau tidak. Kalau misalnya konsolidasinya seperti apa kita belum tahu," tuturnya. ( Baca juga:Main Twitter, Bos Volkswagen AG Langsung Sindir Elon Musk )
Dia menuturkan, sebenarnya kehadiran 5G tidak terlalu berpengaruh kepada operator karena 2,3 GHz bukan frekuensi yang cocok untuk 5G saat ini. Bahkan di beberapa negara jaringan 5G digunakan pada frekuensi 3,5 GHz dan 2,5-2,6 GHz.
"Sebenarnya 5G adalah sebuah evolusi. Jadi sebuah keniscayaan untuk teknologi agar bergerak ke 5G. Cuma apakah sekarang tepat?" tandasnya.
Pengamat telekomunikasi yang juga Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, pemerintah perlu memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada masyarakat terkait alasan penghentian lelang frekuensi 2,3 GHz agar tidak menimbulkan prasangka buruk oleh masyarakat.
"Kita sudah sekian kali melakukan lelang, tetapi ini kali pertama lelang dihentikan. Padahal pemenang sudah ditetapkan secara resmi oleh panita seleksi, tinggal tanda tangan menteri," ujarnya ketika dihubungi Sindo, Selasa (26/1/2021). ( Baca juga:Kominfo Akhirnya Hentikan Proses Seleksi Frekuensi 2,3GHz )
Heru melanjutkan, pembatalan lelang tersebut tentu dipantau dunia internasional sehingga berhubungan dengan kepercayaan investor luar negeri.
"Lelang ini dilakukan tahun 2020. Artinya, semua operator sudah berhitung, termasuk punya perencanaan. Ini perlu penjelasan yang lebih rinci bagi masyarakat terutama investor," ungkapnya.
Menurut dia, frekeunsi menjadi salah satu alat kompetisi bagi operator sehingga tiap operator akan berlomba-lomba mendapatkan frekuensi sebanyak-banyak. Apalagi kebutuhan masyarakat akan internet semakin tinggi.
"Sehingga kalau dibatalkan, operator akan berhitung lagi. Proses negosiasi akan diulang lagi, apakah akan ada revisi atau tidak. Kalau misalnya konsolidasinya seperti apa kita belum tahu," tuturnya. ( Baca juga:Main Twitter, Bos Volkswagen AG Langsung Sindir Elon Musk )
Dia menuturkan, sebenarnya kehadiran 5G tidak terlalu berpengaruh kepada operator karena 2,3 GHz bukan frekuensi yang cocok untuk 5G saat ini. Bahkan di beberapa negara jaringan 5G digunakan pada frekuensi 3,5 GHz dan 2,5-2,6 GHz.
"Sebenarnya 5G adalah sebuah evolusi. Jadi sebuah keniscayaan untuk teknologi agar bergerak ke 5G. Cuma apakah sekarang tepat?" tandasnya.
(uka)
tulis komentar anda