Airlangga: Target Penyaluran B30 di 2021 Sebesar 9,2 juta Kiloliter

Sabtu, 06 Februari 2021 - 23:59 WIB
foto/ilustrasi/SINDOnews
JAKARTA - Target pemerintah terhadap pengembangan biodiesel melalui skema program mandatori B30 pada 2021 cukup agresif. Alokasi penyalurannya diproyeksi mencapai 9,2 juta kiloliter (KL).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, target realisasi B30 pada 2021 adalah komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas harga CPO. Dengan begitu, target bauran energi yang berasal dari energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 yang ditetapkan dalam kebijakan energi nasional akan dapat tercapai. ( Baca juga:Airlangga Hartarto: Industri Kelapa Sawit Bantu Empaskan Kemiskinan )

"Pemerintah berkomitmen mendukung program B30 di 2021 dengan target alokasi penyaluran sebesar 9,2 juta kiloliter. Komitmen ini bertujuan menjaga stabilitas harga CPO dengan tujuan (agar) target bauran energi yang berasal dari energi baru terbarukan pada 2025 sebagaimana yang ditetapkan dalam kebijakan energi nasional akan dapat tercapai," kata dia Sabtu (6/2/2021).

Program B30 dinilai menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbon dioksida di tahun 2020. Karena itu program ini akan terus dijalankan.



Program biodiesel diluncurkan pemerintah pada Januari 2020 untuk mendorong penggunaan bahan bakar nabati (BBN) melalui program biodiesel. Saat ini, pemerintah mengandalkan crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel untuk menghasilkan B30 sebagai bahan bakar pengganti solar.

Manajer Riset Traction Energy Asia Ricky Amukti mengatakan, keberlanjutan program B30 bukan tanpa risiko. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan, program B30 berpotensi menyebabkan defisit pasokan CPO pada 2023 karena meningkatnya permintaan CPO untuk memenuhi permintaan dari sektor biodiesel.

Status defisit pasokan CPO akan tiba lebih cepat jika produksi bauran biodiesel semakin tinggi. Potensi defisit ini mengancam kawasan hutan karena ekspansi lahan perkebunan sawit untuk memenuhi permintaan pasokan bahan baku biodiesel.

"Maka itu yang kami tawarkan adalah menggunakan minyak jelantah sebagai komplementer program biodiesel. Tidak untuk menggantikan CPO tetapi untuk melengkapi. Hal ini selain baik untuk lingkungan, baik juga untuk kesehatan dan ekonomi di masyarakat," ujarnya.

Lebih jauh, konsumsi minyak goreng Indonesia tahun 2019 sebesar 13 juta ton atau 16,2 juta KL, dan berpotensi menjadi biodiesel sebesar 3,24 juta KL. Sementara minyak jelantah yang dikumpulkan di Indonesia tahun 2019 sebesar 3 juta KL, dari rumah tangga dan perkotaan sebesar 1,6 juta KL. ( Baca juga:Temui Ketum PP Pemuda Muhammadiyah, Abu Janda Sampaikan Permintaan Maaf )

Dari sekitar 3 juta KL minyak jelantah, hanya kurang dari 570.000 KL yang dimanfaatkan sebagai biodiesel maupun untuk kebutuhan lainnya. Sebagian besar digunakan untuk minyak goreng daur ulang dan ekspor.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More