Masuk dalam Jajaran Emiten Besar, BSI Bertugas Jaga Agama hingga Harta
Kamis, 25 Februari 2021 - 08:55 WIB
JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk dengan kode saham BRIS masuk dalam jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kapitalisasi pasar merupakan nilai pasar dari hasil perkalian harga saham per lembar dengan jumlah saham yang ada (outstanding share).
Berdasarkan data dari equity daily trading publication BEI, per 24 Februari 2021, nilai kapitalisasi pasar PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp115 triliun. Angka kapitalisasi pasar ini mengalami kenaikan dibandingkan pada saat BRIS melakukan IPO sebesar Rp4,96 triliun.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi berharap, dengan masuknya BSI sebagai 10 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, bisa menjadikan saham BRIS primadona. ( Baca juga:Bank Syariah Indonesia Pimpin Sindikasi Proyek Preservasi Jalintim Sumatera )
"Selain itu kami berharap prestasi ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di bursa,” ujar Hery dalam keterangan tertulis, Kamis (25/2/2021).
Harga saham BRIS sendiri per tanggal 24 Februari 2021 adalah Rp2.820 atau naik hampir lima kali lipat dibandingkan pada saat IPO sebesar Rp510 rupiah per saham. Jumlah saham BRIS setelah penggabungan tercatat sebesar 41 miliar saham.
Sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara, BSI merupakan bank dengan total aset terbesar ketujuh di Indonesia, yaitu sebesar Rp240 triliun. Total pembiayaan Bank BSI sampai Desember 2020 mencapai Rp157 triliun dengan total DPK sebesar Rp210 triliun. Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.300 jaringan kantor, sekitar 2.400 jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
BSI berkomitmen menjadi lembaga perbankan yang modern dan inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi prinsip syariah.
"Selain itu, Bank Syariah Indonesia juga berkomitmen menjadi bank yang dipilih nasabah karena memiliki produk yang kompetitif dan layanan yang prima sesuai dengan kebutuhan nasabah," ucap Hery. ( Baca juga:Terjun di Bisnis Otomotif, Xiaomi Gerilya Dekati Produsen Mobil Otonom )
Bank BSI dijalankan sesuai dengan prinsip maqashid syariah, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan, dan menjaga harta. Bank BSI tidak hanya fokus untuk menggarap commercial finance tetapi juga social finance. Optimalisasi pembayaran zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) menggunakan metode digital merupakan salah satu strategi Bank BSI untuk memberikan kemudahan sekaligus manfaat dan kebaikan bagi masyarakat.
Komposisi pemegang saham BSI saat ini adalah adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 24,91%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,29%, DPLK BRI 1,83%, BNI Life Insurance 0,01% dan publik 5,01%.
Berdasarkan data dari equity daily trading publication BEI, per 24 Februari 2021, nilai kapitalisasi pasar PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp115 triliun. Angka kapitalisasi pasar ini mengalami kenaikan dibandingkan pada saat BRIS melakukan IPO sebesar Rp4,96 triliun.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi berharap, dengan masuknya BSI sebagai 10 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar, bisa menjadikan saham BRIS primadona. ( Baca juga:Bank Syariah Indonesia Pimpin Sindikasi Proyek Preservasi Jalintim Sumatera )
"Selain itu kami berharap prestasi ini semakin mendorong dan menginspirasi sektor keuangan dan perusahaan keuangan syariah untuk melantai di bursa,” ujar Hery dalam keterangan tertulis, Kamis (25/2/2021).
Harga saham BRIS sendiri per tanggal 24 Februari 2021 adalah Rp2.820 atau naik hampir lima kali lipat dibandingkan pada saat IPO sebesar Rp510 rupiah per saham. Jumlah saham BRIS setelah penggabungan tercatat sebesar 41 miliar saham.
Sebagai bank hasil penggabungan tiga bank syariah milik Himbara, BSI merupakan bank dengan total aset terbesar ketujuh di Indonesia, yaitu sebesar Rp240 triliun. Total pembiayaan Bank BSI sampai Desember 2020 mencapai Rp157 triliun dengan total DPK sebesar Rp210 triliun. Dari sisi jaringan, Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.300 jaringan kantor, sekitar 2.400 jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia.
BSI berkomitmen menjadi lembaga perbankan yang modern dan inklusif dalam memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi prinsip syariah.
"Selain itu, Bank Syariah Indonesia juga berkomitmen menjadi bank yang dipilih nasabah karena memiliki produk yang kompetitif dan layanan yang prima sesuai dengan kebutuhan nasabah," ucap Hery. ( Baca juga:Terjun di Bisnis Otomotif, Xiaomi Gerilya Dekati Produsen Mobil Otonom )
Bank BSI dijalankan sesuai dengan prinsip maqashid syariah, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan, dan menjaga harta. Bank BSI tidak hanya fokus untuk menggarap commercial finance tetapi juga social finance. Optimalisasi pembayaran zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) menggunakan metode digital merupakan salah satu strategi Bank BSI untuk memberikan kemudahan sekaligus manfaat dan kebaikan bagi masyarakat.
Komposisi pemegang saham BSI saat ini adalah adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 50,95%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 24,91%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,29%, DPLK BRI 1,83%, BNI Life Insurance 0,01% dan publik 5,01%.
(uka)
tulis komentar anda