Berawal dari Rumah Petak di Gang Kecil, Pengusaha Ini Kini Bisa Pekerjakan 45 Karyawan
Kamis, 04 Maret 2021 - 14:08 WIB
Bisnis kuliner memang tidak ada habisnya. Sebagai sebuah bangsa yang terkenal akan kekayaan kulinernya, masyarakat Indonesia bisa dikategorikan sebagai foodie.
Sajian kuliner berbahan ayam masih menjadi penganan favorit sepanjang masa. Bahkan ayam sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Salah satunya ialah variasi ayam geprek yang tengah menjadi tren beberapa waktu belakangan.
Tak salah jika Riyadi, pemilik Ayam Geprek Madu Surabaya ini sukses merintis bisnis kuliner ayam gepreknya. Riyadi mulai membangun bisnis ini sejak 2016 silam. Ide bisnis ini muncul ketika ia bersama istrinya, Warti berkunjung ke kota Solo. Di sana, ia menemukan kedai makan yang menjual ayam geprek. “Saya sempat bingung melihatnya, karena konsepnya kok seperti ini. Hanya ayam krispi yang diulek dengan sambal bawang, tapi kok rasanya enak. Saya kagum sendiri. Dari situ, muncul ide untuk mencoba jualan di Surabaya,” katanya.
Tentunya ide bisnis itu tidak diwujudkan mentah-mentah oleh laki-laki kelahiran Surabaya, 20 Juni 1985 ini. Riyadi berkeinginan untuk menghadirkan ayam geprek yang tidak hanya sekedar ayam yang digeprek. Riyadi kemudian menemukan ide untuk membuat Ayam Geprek Madu. “Dalam menjalankan usaha, inovasi itu memang perlu. Sedangkan ciri khas harus ada, apalagi jika ingin usahanya terus berkembang,” ujarnya.
Tepat setelah bisnis aksesoris handphone yang ditekuni sebelumnya gulung tikar, Riyadi berdua dengan istrinya mulai membangun bisnis kuliner ayam geprek ini. Riyadi dan istrinya benar-benar merintis usaha ini dari bawah. Bermodalkan rumah petak yang masuk ke gang kecil di area Gubeng Masjid, Riyadi membuka warung Ayam Geprek Madu. Berdua mereka pun berbagi tugas. “Istri saya bagian masaknya, saya bagian antar makanannya untuk kirim pesanan ke pelanggan,” katanya.
Bak gayung bersambut, ayam geprek madu Riyadi rupanya banyak diminati masyarakat. “Apalagi saat itu masih jarang ada yang jual ayam geprek. Masyarakat Surabaya sendiri juga suka makanan pedas. Sedangkan hampir setiap hari mereka selalu makan nasi dan ayam. Alhamdulillah, banyak yang respon positif,” katanya. Ayam Geprek Madu Riyadi pun terus berkembang. Melihat animo masyarakat yang sangat tinggi, memasuki tahun kedua, Riyadi sudah mulai melebarkan sayapnya dengan membuka beberapa cabang.
Masih di tahun yang sama, Riyadi berhasil membuka tujuh cabang ayam geprek madu di Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan membuka cabang di kota-kota lainnya, seperti Sidoarjo dan Malang. “Di luar Kota Surabaya sudah ada empat sekarang. Ya senang bisa ikut buka lapangan pekerjaan buat orang lain juga,” tuturnya.
Di sisi lain, bisnis ayam geprek madu Riyadi terus berkembang pesat seiring dengan bergabungnya ia menjadi mitra merchant GrabFood, layanan pesan antar makanan berbasis online. Menurutnya, sejak terdaftar di sana, permintaan Ayam Geprek Madu meningkat pesat. “Dari situ kami sangat terbantu. Dari awalnya saya antar-antar sendiri dari warung yang di rumah. Pastinya sangat repot. Sampai akhirnya bisa buka cabang, banyak driver yang berdatangan,” katanya.
Selain itu, ia juga banyak menerima pesanan untuk acara besar. Bahkan dalam satu minggu, dipastikan ada permintaan dalam jumlah yang tidak sedikit sekaligus. Karena itu, dalam sehari, Riyadi bisa menghabiskan 100 kg ayam. “Dari seluruh total omzet, 90 persen nya datang dari GrabFood. Kami berterima kasih karena sangat dibantu oleh pihak Grab, mereka juga menyemangati saya untuk terus mempertahankan dan mengembangkan kuliner khas seperti ini,” ucapnya.
Sajian kuliner berbahan ayam masih menjadi penganan favorit sepanjang masa. Bahkan ayam sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Indonesia. Salah satunya ialah variasi ayam geprek yang tengah menjadi tren beberapa waktu belakangan.
Tak salah jika Riyadi, pemilik Ayam Geprek Madu Surabaya ini sukses merintis bisnis kuliner ayam gepreknya. Riyadi mulai membangun bisnis ini sejak 2016 silam. Ide bisnis ini muncul ketika ia bersama istrinya, Warti berkunjung ke kota Solo. Di sana, ia menemukan kedai makan yang menjual ayam geprek. “Saya sempat bingung melihatnya, karena konsepnya kok seperti ini. Hanya ayam krispi yang diulek dengan sambal bawang, tapi kok rasanya enak. Saya kagum sendiri. Dari situ, muncul ide untuk mencoba jualan di Surabaya,” katanya.
Tentunya ide bisnis itu tidak diwujudkan mentah-mentah oleh laki-laki kelahiran Surabaya, 20 Juni 1985 ini. Riyadi berkeinginan untuk menghadirkan ayam geprek yang tidak hanya sekedar ayam yang digeprek. Riyadi kemudian menemukan ide untuk membuat Ayam Geprek Madu. “Dalam menjalankan usaha, inovasi itu memang perlu. Sedangkan ciri khas harus ada, apalagi jika ingin usahanya terus berkembang,” ujarnya.
Tepat setelah bisnis aksesoris handphone yang ditekuni sebelumnya gulung tikar, Riyadi berdua dengan istrinya mulai membangun bisnis kuliner ayam geprek ini. Riyadi dan istrinya benar-benar merintis usaha ini dari bawah. Bermodalkan rumah petak yang masuk ke gang kecil di area Gubeng Masjid, Riyadi membuka warung Ayam Geprek Madu. Berdua mereka pun berbagi tugas. “Istri saya bagian masaknya, saya bagian antar makanannya untuk kirim pesanan ke pelanggan,” katanya.
Bak gayung bersambut, ayam geprek madu Riyadi rupanya banyak diminati masyarakat. “Apalagi saat itu masih jarang ada yang jual ayam geprek. Masyarakat Surabaya sendiri juga suka makanan pedas. Sedangkan hampir setiap hari mereka selalu makan nasi dan ayam. Alhamdulillah, banyak yang respon positif,” katanya. Ayam Geprek Madu Riyadi pun terus berkembang. Melihat animo masyarakat yang sangat tinggi, memasuki tahun kedua, Riyadi sudah mulai melebarkan sayapnya dengan membuka beberapa cabang.
Masih di tahun yang sama, Riyadi berhasil membuka tujuh cabang ayam geprek madu di Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan membuka cabang di kota-kota lainnya, seperti Sidoarjo dan Malang. “Di luar Kota Surabaya sudah ada empat sekarang. Ya senang bisa ikut buka lapangan pekerjaan buat orang lain juga,” tuturnya.
Di sisi lain, bisnis ayam geprek madu Riyadi terus berkembang pesat seiring dengan bergabungnya ia menjadi mitra merchant GrabFood, layanan pesan antar makanan berbasis online. Menurutnya, sejak terdaftar di sana, permintaan Ayam Geprek Madu meningkat pesat. “Dari situ kami sangat terbantu. Dari awalnya saya antar-antar sendiri dari warung yang di rumah. Pastinya sangat repot. Sampai akhirnya bisa buka cabang, banyak driver yang berdatangan,” katanya.
Selain itu, ia juga banyak menerima pesanan untuk acara besar. Bahkan dalam satu minggu, dipastikan ada permintaan dalam jumlah yang tidak sedikit sekaligus. Karena itu, dalam sehari, Riyadi bisa menghabiskan 100 kg ayam. “Dari seluruh total omzet, 90 persen nya datang dari GrabFood. Kami berterima kasih karena sangat dibantu oleh pihak Grab, mereka juga menyemangati saya untuk terus mempertahankan dan mengembangkan kuliner khas seperti ini,” ucapnya.
tulis komentar anda