Harga Cabai Rawit Merah Meroket, Impor Masih Ditahan
Minggu, 14 Maret 2021 - 23:10 WIB
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan komoditas strategis termasuk cabai rawit . Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan, tidak ada impor untuk merespons kenaikan harga cabai yang terjadi dua bulan terakhir. Koordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit telah dilakukan.
"Kami sudah berkoodinasi dengan Badan Ketahanan Pangan, BUMN yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Paguyuban Pedagang dan Pengelola Pasar Induk Kramat Jati, serfrta dengan para Champion Cabai Indonesia," ujar Prihasto di Jakarta, Minggu (14/3/2021).
Berbagai upaya jangka pendek yang dapat dilakukan untuk menstabilkan pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit dibahas dalam rakor tersebut. BKP menggelar pasar cabai murah di 34 titik yang berlangsung dari tanggal 8-20 Maret.
"Kita akan mendukung pendistribusian cabai dengan fasilitasi sarana distribusi yang dimiliki. Selain itu Ditjen Horti juga menyusun perjanjian kerjasama dengan RNI dalam upaya stabilisasi pasokan ini.
Kata dia, PT Rajawali Nusindo (RN) yang tidak lain adalah anak Perusahaan PT RNI berperan sebagai off taker yang menjembatani antara Champion/Pertani cabai dengan Pasar Induk Kramat Jati. "PT RN juga dapat memfasilitasi petani dalam mencarikan pembeli dan memanfaatkan infrastruktur yang dimilikinya di seluruh Indonesia," bebernya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia, Abdul Hamid. Saat dihubungi melalui telephone, Hamid mengatakan, bahwa Pemerintah dihimbau untuk menahan diri agar tidak impor cabai.
Anggota AACI dan mitra nya di berbagai daerah menyampaikan bahwa kini cabai mulai panen. Terutama dari dataran tinggi seperti Kabupaten Bandung, Sukabumi, Magelang, Temanggung , Kediri dan Blitar dan siap masuk ke pasar. Diperkirakan mulai akhir Maret atau awal April pasokan akan bertambah dan harga akan stabil.
"Komitmen AACI bersama pemerintah ke depannya akan memperbaiki sistem budidaya petani dengan optimalisasi teknologi sebagai upaya peningkatan produktivitas," tutup Hamid.
"Kami sudah berkoodinasi dengan Badan Ketahanan Pangan, BUMN yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Paguyuban Pedagang dan Pengelola Pasar Induk Kramat Jati, serfrta dengan para Champion Cabai Indonesia," ujar Prihasto di Jakarta, Minggu (14/3/2021).
Berbagai upaya jangka pendek yang dapat dilakukan untuk menstabilkan pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit dibahas dalam rakor tersebut. BKP menggelar pasar cabai murah di 34 titik yang berlangsung dari tanggal 8-20 Maret.
"Kita akan mendukung pendistribusian cabai dengan fasilitasi sarana distribusi yang dimiliki. Selain itu Ditjen Horti juga menyusun perjanjian kerjasama dengan RNI dalam upaya stabilisasi pasokan ini.
Kata dia, PT Rajawali Nusindo (RN) yang tidak lain adalah anak Perusahaan PT RNI berperan sebagai off taker yang menjembatani antara Champion/Pertani cabai dengan Pasar Induk Kramat Jati. "PT RN juga dapat memfasilitasi petani dalam mencarikan pembeli dan memanfaatkan infrastruktur yang dimilikinya di seluruh Indonesia," bebernya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia, Abdul Hamid. Saat dihubungi melalui telephone, Hamid mengatakan, bahwa Pemerintah dihimbau untuk menahan diri agar tidak impor cabai.
Anggota AACI dan mitra nya di berbagai daerah menyampaikan bahwa kini cabai mulai panen. Terutama dari dataran tinggi seperti Kabupaten Bandung, Sukabumi, Magelang, Temanggung , Kediri dan Blitar dan siap masuk ke pasar. Diperkirakan mulai akhir Maret atau awal April pasokan akan bertambah dan harga akan stabil.
"Komitmen AACI bersama pemerintah ke depannya akan memperbaiki sistem budidaya petani dengan optimalisasi teknologi sebagai upaya peningkatan produktivitas," tutup Hamid.
(akr)
tulis komentar anda