Ekonomi RI Berkali-kali Terguncang, Menkeu: Momentum untuk Reformasi
Senin, 15 Maret 2021 - 15:41 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani bercerita mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang ternyata banyak mengalami shock atau guncangan besar, di mana ekonomi terus mendapatkan tekanan baik dari dalam maupun luar negeri.
"Dalam kurun warktu 1990-2020 bagimana perekonomian Indonesia dipengaruhi beberapa kali shock cukup dalam. Pertama, krisis keuangan terjadi di Indonesia menyebabkan kontraksi hingga 13% dalam perekonomian kita. Pada saat itu tidak hanya pemulihan ekonomi, tapi reform perekonomiam luar biasa," kata Sri Mulyani saat rapat virtual dengan DPR, Senin (15/3/2021).
Kemudian menghadapi krisis keuangan global pada tahun 2008-2009. Meski, waktu itu perekonomian relatif resilient dengan perekonomian terdampak penurunan ekonomi Indonesia sedikit di bawah 5%.
"Tapi momentum dari shock global digunakan untuk melakukan reform terutama sektor keuangan, kemudian OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), serta bagaimana memperkuat jaring pengaman sektor keuangan kita," tuturnya.
Kemudian yang terbaru di tahun 2020, Indonesia dihadapkan pada krisis pandemi Covid-19 yang menyebabkan kontraksi cukup dalam di kuartal kedua hingga keempat. Walaupun, saat ini posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur pulih hingga hampir mencapai 0% atau netral. "Kita berharap akselerasi terjadi dan kita akan gunakan shock ini dengan menggunakan momentum reform," bebernya.
Untuk itu, kata Menkeu, diperlukan transformasi ekonomi yang merupakan poin penting dalam reformasi. Salah satu tujuannya adalah mendorong industri manufaktur yang mampu menciptakan nilai tambah tinggi di atas produktivtas dan inovasi yang makin baik. "Oleh karena itu tidak hanya merefrom dari sektor manufaktur tapi persiapan sisi SDM dan policy investasi kita," tandasnya.
"Dalam kurun warktu 1990-2020 bagimana perekonomian Indonesia dipengaruhi beberapa kali shock cukup dalam. Pertama, krisis keuangan terjadi di Indonesia menyebabkan kontraksi hingga 13% dalam perekonomian kita. Pada saat itu tidak hanya pemulihan ekonomi, tapi reform perekonomiam luar biasa," kata Sri Mulyani saat rapat virtual dengan DPR, Senin (15/3/2021).
Baca Juga
Kemudian menghadapi krisis keuangan global pada tahun 2008-2009. Meski, waktu itu perekonomian relatif resilient dengan perekonomian terdampak penurunan ekonomi Indonesia sedikit di bawah 5%.
"Tapi momentum dari shock global digunakan untuk melakukan reform terutama sektor keuangan, kemudian OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan), serta bagaimana memperkuat jaring pengaman sektor keuangan kita," tuturnya.
Kemudian yang terbaru di tahun 2020, Indonesia dihadapkan pada krisis pandemi Covid-19 yang menyebabkan kontraksi cukup dalam di kuartal kedua hingga keempat. Walaupun, saat ini posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia berangsur pulih hingga hampir mencapai 0% atau netral. "Kita berharap akselerasi terjadi dan kita akan gunakan shock ini dengan menggunakan momentum reform," bebernya.
Untuk itu, kata Menkeu, diperlukan transformasi ekonomi yang merupakan poin penting dalam reformasi. Salah satu tujuannya adalah mendorong industri manufaktur yang mampu menciptakan nilai tambah tinggi di atas produktivtas dan inovasi yang makin baik. "Oleh karena itu tidak hanya merefrom dari sektor manufaktur tapi persiapan sisi SDM dan policy investasi kita," tandasnya.
(ind)
tulis komentar anda