Propan Raya Beri Sembako Gratis ke Puluhan Ribu Tukang Cat
Selasa, 19 Mei 2020 - 20:36 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 memaksa pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dampaknya, roda perekonomian dan aktivitas masyarakat menjadi terhambat, termasuk para tukang cat. Kondisi ini disikapi Propan dengan menggelar aksi #PropanPeduliTukangCat.
Akibat pandemi Covid-19, para tukang cat tidak dipekerjakan sementara waktu karena proyek pembangunan harus dihentikan. Jikalau masih bisa bekerja, penghasilan mereka tak
sebanding lantaran jumlah pekerja di proyek sangat dibatasi. Bahkan, mereka harus bergiliran bekerja sehingga membuat mereka tidak bisa bekerja setiap hari.
Agu, mandor proyek gedung sekolahan di Bumi Serpong Damai, menjelaskan bahwa dari ratusan tukang, kini hanya tersisa 25 tukang yang dipekerjakan.
"Berat, karena jumlah tukang harus dikurangi. Tapi mau bagaimana lagi? Kami juga coba ikuti peraturan pemerintah saja, biar proyek masih jalan. Mau dihentikan pun enggak mungkin, karena kami punya target juga," ucapnya.
Hal senada disampaikan Rizki, tukang di proyek perumahan daerah Serpong. Menurutnya, pandemi membuat situasi mereka kian terjepit.
"Kami kan hanya tukang harian. Enggak kerja, ya enggak punya uang. Di sini yang kerja dibatasi, hanya 5 orang per harinya. Itu pun harus bergiliran. Jujur, penghasilan saat ini enggak mencukupi buat makan sehari-hari. Padahal, kami juga ada keluarga di kampung," ucapnya.
Nasib lebih miris dialami oleh Agus, pemilik workshop furnitur di daerah Joglo, Jakarta. Agus mengaku sudah 2 bulan menganggur.
"Orderan tidak ada. Sudah bingung, kapan corona selesai. Uang juga sudah habis. Entah, mau makan apa ke depannya. Mau ngutang ke teman pun nasibnya sama saja. Padahal, sebentar lagi juga mau Lebaran. Boro-boro mau beli baju, buat makan saja belum tentu ada," terang Agus, yang berusaha tegar walau matanya berkaca-kaca.
Akibat pandemi Covid-19, para tukang cat tidak dipekerjakan sementara waktu karena proyek pembangunan harus dihentikan. Jikalau masih bisa bekerja, penghasilan mereka tak
sebanding lantaran jumlah pekerja di proyek sangat dibatasi. Bahkan, mereka harus bergiliran bekerja sehingga membuat mereka tidak bisa bekerja setiap hari.
Agu, mandor proyek gedung sekolahan di Bumi Serpong Damai, menjelaskan bahwa dari ratusan tukang, kini hanya tersisa 25 tukang yang dipekerjakan.
"Berat, karena jumlah tukang harus dikurangi. Tapi mau bagaimana lagi? Kami juga coba ikuti peraturan pemerintah saja, biar proyek masih jalan. Mau dihentikan pun enggak mungkin, karena kami punya target juga," ucapnya.
Hal senada disampaikan Rizki, tukang di proyek perumahan daerah Serpong. Menurutnya, pandemi membuat situasi mereka kian terjepit.
"Kami kan hanya tukang harian. Enggak kerja, ya enggak punya uang. Di sini yang kerja dibatasi, hanya 5 orang per harinya. Itu pun harus bergiliran. Jujur, penghasilan saat ini enggak mencukupi buat makan sehari-hari. Padahal, kami juga ada keluarga di kampung," ucapnya.
Nasib lebih miris dialami oleh Agus, pemilik workshop furnitur di daerah Joglo, Jakarta. Agus mengaku sudah 2 bulan menganggur.
"Orderan tidak ada. Sudah bingung, kapan corona selesai. Uang juga sudah habis. Entah, mau makan apa ke depannya. Mau ngutang ke teman pun nasibnya sama saja. Padahal, sebentar lagi juga mau Lebaran. Boro-boro mau beli baju, buat makan saja belum tentu ada," terang Agus, yang berusaha tegar walau matanya berkaca-kaca.
tulis komentar anda