Bertemu Pengelola BUMN China, Erick Belajar Cara Reformasi Perusahaan Pelat Merah

Jum'at, 02 April 2021 - 21:06 WIB
Pertemuan antara delegasi Indonesia yang diwakili tiga menteri dan pemerintah China di Fujian. Foto/Ist
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir dalam kunjungan kerjanya ke Wuyi, China, melakukan pertemuan dengan Vice Chairman dari State-Owned Asset Supervision and Administration (SASAC), Ren Hongbin. Keduanya membahas peningkatan kerja sama BUMN antarkedua negara.

SASAC adalah instansi pemerintah China yang mengelola 97 BUMN negara tersebut. Pertemuan tersebut juga dimanfaatkan Erick untuk belajar bagaimana otoritas setempat mereformasi dan mentransformasi BUMN-nya sehingga lebih efisien.

"Saya bertemu dengan mereka untuk mempelajari bagaimana China berhasil mereformasi dan mentransformasi BUMN mereka untuk menjadi lebih efisien, memberikan kontribusi yang maksimal untuk masyarakat, dan menjadi pemain kelas dunia," ujar Erick dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (2/4/2021).

Dia mencatat, BUMN Indonesia dan BUMN China mempunyai misi dan visi yang sama untuk masing-masing negaranya. Sama dengan perseroan pelat merah, BUMN China dinilai mampu memberikan kontribusi ke masyarakat selain membantu peningkatan penerimaan negara.

Meski begitu, dia menegaskan ada perbedaan antara SASAC dan BUMN dalam negeri. "Bayangkan, dalam daftar 500 perusahaan dari Fortune Global 2020, 48 diantaranya BUMN China yang dikelola SASAC. Sedangkan BUMN kita sendiri baru ada 2 di daftar itu, BRI dan Mandiri," ujarnya.



Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan dialog dan membuat platform kerja sama BUMN antarkedua negara yang lebih konkrit. Untuk mewujudkan kerja sama yang berkelanjutan, SASAC mengundang Kementerian BUMN dan BUMN Indonesia untuk melakukan pertemuan rutin dengan mereka dan BUMN China.

Selanjutnya, SASAC dan Kementerian BUMN akan meninjau beberapa proyek kerja sama di sektor ketenagalistrikan dan kerja sama investasi perikanan kelas dunia untuk wilayah Timur Indonesia.

Selain itu, Erick juga bertemu dengan perwakilan dari CBL yang merupakan konsorsium Tiongkok yang terdiri dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), Brunp, dan Lygend. Konsorsium ini bermitra dengan konsorsium BUMN yang terdiri dari MIND ID, Pertamina, PLN, dan Antam untuk pengembangan EV Battery.

"Saya ingin memastikan bahwa CBL berkomitmen untuk kerja sama ini dan segera menindaklanjuti nota kesepahaman yang telah ditandatangani sebelumnya," tuturnya.

Erick menegaskan, proyek investasi ini didukung penuh oleh pemerintah karena akan memberikan nilai tambah yang besar bagi sektor pertambangan dalam negeri. Skema kerja sama ini tidak hanya membuat Indonesia menjadi pasar, tapi dengan transfer teknologi, Indonesia diyakini akan menjadi pemain EV Battery kelas dunia.
(fai)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More