Indonesia Menuju Ekonomi Terbesar Dunia
Jum'at, 16 April 2021 - 05:57 WIB
Dia pun menggambarkan, pada saat itu penduduk usia produktif sebanyak 47 persen dan 73 persen penduduk Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan, serta sebanyak 70 persen merupakan kelompok kelas menengah.
“Income per kapita kita mencapai USD23.199 yang berarti kita masuk dalam middle upper class dan tentu kita berharap struktur perekonomian kita akan didukung oleh struktur perekonomian yang memiliki daya kompetensi dan memiliki nilai tambah tinggi,” papar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa kue perekonomian tanah air akan bergeser, di mana mayoritas produksi berasal dari sektor jasa yang memiliki daya saing tinggi dan tidak lagi sektor jasa informal yang memiliki daya tambah rendah.
“Ini bukan hanya sebuah visi cita-cita tapi sekaligus merupakan suatu road map bagi kita untuk mencapai tidak hanya impian tapi cita-cita yang harus disiapkan,” ujar dia.
Namun dia menggariskan, untuk bisa mencapai cita-cita tersebutm, adalah sejumlah prasyarat yang mesti dipenuhi. Apa saja? Pertama, membangun infrastruktur yang layak menjadi penyokong mobilitas dan mendorong pembangunan; kedua, penguatan SDM melalui riset, program kesehatan, dan perlindungan sosial.
Selanjutnya, keempat, Indonesia harus terus mampu, tidak hanya mengadopsi namun juga inverter dari teknologi; kelima, sektor publik seperti birokrasi harus terus diperbaiki kualitasnya; kelima, pengelolaan tata ruang yang baik dan didukung oleh sistem yang integratif; serta keenam sumber daya ekonomi dan keuangan dengan APBN sehat.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani menilai, untuk menjadi negara besar, maka Indonesia perlu memperluas kawasan pemasaran. Diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dunia saat ini bergeser, dan Asia menjadi pendorong ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia yang berada di kawasan ASEAN harus mampu memainkan perannya.
“Bicara dari sisi pasar itu tidak hanya pasar dalam negeri. Pasar kawasan regional pun kalau kita pintar memainkannya bisa mendapat manfaat yang besar. Banyak potensi. Untuk regional saja kalau kita bisa tandatangani perjanjian bilateral dengan mereka. Jadi, kalau kita bisa memainkan peran, tentu besar potensinya,” ungkapnya.
Haryadi menegaskan soal pentingnya peningkatan SDM untuk menopang agar Indonesia menjadi negara besar dunia. Dengan demikian, Indonesia harus bisa menguasai pasar baik dalam negeri dan regional hingga global. Hal itu perlu ditingkatkan dengan pembenahan sistem pendidikan yang saat ini sudah mulai ditata dengan baik melalui pendidikan vokasi. Dengan demikian akan tercipta SDM yang siap pakai di dunia industri.
“Mengarah pada pendidikan vokasi pengetahuan terapan itu akan mempercepat jadi tenaga kerja produktif. Sebelumnya, dari 4.000 perguruan tinggi hanya 10 persen yang pendidikan vokasi. Sekarang diberi perhatian lebih besar pada yang terapan. Ini akan mempercepat penyiapan tenaga kerja mereka yang bisa langsung dipakai,” tambahnya.
“Income per kapita kita mencapai USD23.199 yang berarti kita masuk dalam middle upper class dan tentu kita berharap struktur perekonomian kita akan didukung oleh struktur perekonomian yang memiliki daya kompetensi dan memiliki nilai tambah tinggi,” papar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa kue perekonomian tanah air akan bergeser, di mana mayoritas produksi berasal dari sektor jasa yang memiliki daya saing tinggi dan tidak lagi sektor jasa informal yang memiliki daya tambah rendah.
“Ini bukan hanya sebuah visi cita-cita tapi sekaligus merupakan suatu road map bagi kita untuk mencapai tidak hanya impian tapi cita-cita yang harus disiapkan,” ujar dia.
Namun dia menggariskan, untuk bisa mencapai cita-cita tersebutm, adalah sejumlah prasyarat yang mesti dipenuhi. Apa saja? Pertama, membangun infrastruktur yang layak menjadi penyokong mobilitas dan mendorong pembangunan; kedua, penguatan SDM melalui riset, program kesehatan, dan perlindungan sosial.
Selanjutnya, keempat, Indonesia harus terus mampu, tidak hanya mengadopsi namun juga inverter dari teknologi; kelima, sektor publik seperti birokrasi harus terus diperbaiki kualitasnya; kelima, pengelolaan tata ruang yang baik dan didukung oleh sistem yang integratif; serta keenam sumber daya ekonomi dan keuangan dengan APBN sehat.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani menilai, untuk menjadi negara besar, maka Indonesia perlu memperluas kawasan pemasaran. Diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dunia saat ini bergeser, dan Asia menjadi pendorong ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia yang berada di kawasan ASEAN harus mampu memainkan perannya.
“Bicara dari sisi pasar itu tidak hanya pasar dalam negeri. Pasar kawasan regional pun kalau kita pintar memainkannya bisa mendapat manfaat yang besar. Banyak potensi. Untuk regional saja kalau kita bisa tandatangani perjanjian bilateral dengan mereka. Jadi, kalau kita bisa memainkan peran, tentu besar potensinya,” ungkapnya.
Haryadi menegaskan soal pentingnya peningkatan SDM untuk menopang agar Indonesia menjadi negara besar dunia. Dengan demikian, Indonesia harus bisa menguasai pasar baik dalam negeri dan regional hingga global. Hal itu perlu ditingkatkan dengan pembenahan sistem pendidikan yang saat ini sudah mulai ditata dengan baik melalui pendidikan vokasi. Dengan demikian akan tercipta SDM yang siap pakai di dunia industri.
“Mengarah pada pendidikan vokasi pengetahuan terapan itu akan mempercepat jadi tenaga kerja produktif. Sebelumnya, dari 4.000 perguruan tinggi hanya 10 persen yang pendidikan vokasi. Sekarang diberi perhatian lebih besar pada yang terapan. Ini akan mempercepat penyiapan tenaga kerja mereka yang bisa langsung dipakai,” tambahnya.
tulis komentar anda