Tiga Langkah Mudah Memastikan Transaksi Online Aman dan Nyaman
Minggu, 09 Mei 2021 - 21:52 WIB
JAKARTA - Beredar kabar panas soal bocornya tiket pesanan hotel yang dilakukan salah satu eks petinggi FPI, Munarman , di Traveloka. Tangkapan layar sejumlah tiket pesan hotel yang biasanya dikirim lewat email pengguna, ini diunggah sebuah akun Twitter hingga memantik pro dan kontra warganet. Bocornya data pribadi membuat publik ketar-ketir, amankah pesan tiket pesawat dan hotel via aplikasi perjalanan wisata? Mengingat, data dan rekam jejak transaksi seolah dengan mudah dipublikasikan ke jagat maya tanpa izin pemilik akun.
Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah telah menyampaikan klarifikasi dan hasil investigasi internal terkait dugaan kebocoran data pengguna. “Kami (juga) tak ada sangkut pautnya dengan beredarnya informasi bukti pemesanan terkait salah satu konsumen (Munarman),” kata Reza melalui pernyataan resmi, Minggu (10/5/2021).
Traveloka berkomitmen melindungi data pribadi konsumen dengan menerapkan sistem keamanan ketat sekaligus berlapis. “Termasuk prosedur fisik, teknis, maupun organisasi untuk mencegah akses, pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, penyalinan, modifikasi, pembuangan, atau risiko serupa lain yang dapat merugikan konsumen,’’ imbuhnya.
Menyoal ini, Pengamat Sekuriti dan Finansial Vaksincom, Alfons Tanujaya menyampaikan ulasan. Di era digital, transaksi via aplikasi tak terhindarkan karena membuat hidup jadi lebih efisien. Terkait keamanan akun aplikasi, ada tiga pihak yang patut disorot. Pertama, penyedia aplikasi. Mereka wajib mengamankan data. Data adalah amanat bukan berkat. Amanat harus dijaga sebaik-baiknya.
Kedua, pemerintah. Mereka harus menerapkan satu standar dalam mengelola sekaligus mengamankan data. “Saat ini menurut saya belum ada badan khusus yang mengelola data pribadi untuk kemudian menjadi ‘wasit.’ Ia punya kewenangan untuk menerapkan sanksi jika terjadi pelanggaran. Tata kelolanya menggunakan ISO: 270001 agar lebih terstruktur dan jelas,” urai Alfons, dalam interviu virtual, pada Jumat (7/5/2021).
Ketiga pengguna. Mereka yang terpenting karena kerap jadi korban dengan kerugian terbesar. Nama akun dan kata sandi kerap bocor. Riwayat transaksi dan data penting lainnya lantas dipublikasikan pihak yang tak bertanggung jawab. Karenanya, Alfons mengingatkan inisiatif mengamankan data diri juga perlu tumbuh dari pihak konsumen. Itu bisa dimulai dengan mengindahkan dua hal sebelum mengunduh aplikasi layanan ke gadget.
Pertama, pilih aplikasi yang punya layanan bagus dan menerapkan setidaknya two factors authentication (autentikasi dua faktor). “Jangan merasa aman dengan user name dan password saja. Autentikasi dua faktor adalah perlindungan standar yang memberi keamanan tambahan andai nama pengguna dan kata sandi bocor. Kedua, perhatikan rekam jejak aplikasi tersebut,” Alfons menyarankan. Setelahnya, ia membagikan tiga tips agar Anda dapat bertransaksi dengan aman dan nyaman lewat aplikasi.
Pertama, pastikan aplikasi ini memiliki setidaknya autentikasi dua faktor. Dengan ini, data Anda menjadi lebih sulit diretas. “Mengapa penting melindungi data diri? Di era digital, data diri yang tersimpan di jalur digital lebih berharga daripada minyak bumi. Akses ini mudah dicuri jika hanya mengandalkan user name dan password,” cetus Alfons.
Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah telah menyampaikan klarifikasi dan hasil investigasi internal terkait dugaan kebocoran data pengguna. “Kami (juga) tak ada sangkut pautnya dengan beredarnya informasi bukti pemesanan terkait salah satu konsumen (Munarman),” kata Reza melalui pernyataan resmi, Minggu (10/5/2021).
Traveloka berkomitmen melindungi data pribadi konsumen dengan menerapkan sistem keamanan ketat sekaligus berlapis. “Termasuk prosedur fisik, teknis, maupun organisasi untuk mencegah akses, pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, penyalinan, modifikasi, pembuangan, atau risiko serupa lain yang dapat merugikan konsumen,’’ imbuhnya.
Menyoal ini, Pengamat Sekuriti dan Finansial Vaksincom, Alfons Tanujaya menyampaikan ulasan. Di era digital, transaksi via aplikasi tak terhindarkan karena membuat hidup jadi lebih efisien. Terkait keamanan akun aplikasi, ada tiga pihak yang patut disorot. Pertama, penyedia aplikasi. Mereka wajib mengamankan data. Data adalah amanat bukan berkat. Amanat harus dijaga sebaik-baiknya.
Kedua, pemerintah. Mereka harus menerapkan satu standar dalam mengelola sekaligus mengamankan data. “Saat ini menurut saya belum ada badan khusus yang mengelola data pribadi untuk kemudian menjadi ‘wasit.’ Ia punya kewenangan untuk menerapkan sanksi jika terjadi pelanggaran. Tata kelolanya menggunakan ISO: 270001 agar lebih terstruktur dan jelas,” urai Alfons, dalam interviu virtual, pada Jumat (7/5/2021).
Ketiga pengguna. Mereka yang terpenting karena kerap jadi korban dengan kerugian terbesar. Nama akun dan kata sandi kerap bocor. Riwayat transaksi dan data penting lainnya lantas dipublikasikan pihak yang tak bertanggung jawab. Karenanya, Alfons mengingatkan inisiatif mengamankan data diri juga perlu tumbuh dari pihak konsumen. Itu bisa dimulai dengan mengindahkan dua hal sebelum mengunduh aplikasi layanan ke gadget.
Pertama, pilih aplikasi yang punya layanan bagus dan menerapkan setidaknya two factors authentication (autentikasi dua faktor). “Jangan merasa aman dengan user name dan password saja. Autentikasi dua faktor adalah perlindungan standar yang memberi keamanan tambahan andai nama pengguna dan kata sandi bocor. Kedua, perhatikan rekam jejak aplikasi tersebut,” Alfons menyarankan. Setelahnya, ia membagikan tiga tips agar Anda dapat bertransaksi dengan aman dan nyaman lewat aplikasi.
Pertama, pastikan aplikasi ini memiliki setidaknya autentikasi dua faktor. Dengan ini, data Anda menjadi lebih sulit diretas. “Mengapa penting melindungi data diri? Di era digital, data diri yang tersimpan di jalur digital lebih berharga daripada minyak bumi. Akses ini mudah dicuri jika hanya mengandalkan user name dan password,” cetus Alfons.
tulis komentar anda