Mengenal Bisnis Layanan Pendukung Haji dan Umrah
Selasa, 25 Mei 2021 - 18:13 WIB
JAKARTA - Bisnis layanan pendukung (service provider) Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dinilai sangat potensial. Terlebih rencana pembukaan ibadah haji untuk jemaah luar Arab Saudi, dan rencana Arab Saudi menaikkan kuota jemaah umrah dari 8 juta menjadi 30 juta per tahun pada 2030.
Bisnis ini antara lain mencakup pelayanan penginapan (hotel), tiket pesawat, dan land arrangement (LA) segala keperluan haji dan umrah di Tanah Suci, Mekah, Arab Saudi.
“Bisnis service provider perjalanan haji dan umrah sangat potensial. Kebutuhan para jamaah yang datang dari berbagai negara ke Tanah Suci hampir tiada henti sepanjang tahun,” tutur President Director PT Arsy BuanaTravelindo (ABT), Saipul Bahri dalam keterangan di Jakarta.
Menurut dia, total penduduk muslim Indonesia mencapai 215 juta atau 87% dari populasi dan 24% dari total dunia. Setiap tahun, dalam kondisi normal, sebanyak 221 ribu jemaah haji asal Indonesia berangkat ke Arab Saudi. Dari jumlah itu, sebanyak 204 ribu merupakan haji reguler dan sisanya 17 ribu haji VIP.
Jumlah pendaftar haji, kata dia, terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga lama antrean terus bertambah. Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), antrean terlama dialami calon jemaah haji Kalimantan Selatan, yakni 34 tahun, sedangkan terpendek Maluku, 12 tahun.
Saat ini, dia menuturkan, terdapat 323 PIHK dan 1.016 PPIU. Mereka adalah mitra bisnis dari perusahaan layanan pendukung haji dan umrah seperti ABT.
Dia menambahkan, Arab Saudi sempat menutup haji dan umrah pada 2020, akibat pandemi Covid-19. Namun, tahun ini, Arab Saudi telah membuka ibadah haji dari luar negeri, dengan sejumlah persyaratan.
Salah satunya vaksinasi Covid-19. Hal ini, kata dia biasanya akan diikuti oleh pembukaan kembali ibadah umrah. Selain itu, dia menuturkan, Arab Saudi memiliki agenda untuk memacu sektor wisata, di samping minyak mentah.
Bisnis ini antara lain mencakup pelayanan penginapan (hotel), tiket pesawat, dan land arrangement (LA) segala keperluan haji dan umrah di Tanah Suci, Mekah, Arab Saudi.
“Bisnis service provider perjalanan haji dan umrah sangat potensial. Kebutuhan para jamaah yang datang dari berbagai negara ke Tanah Suci hampir tiada henti sepanjang tahun,” tutur President Director PT Arsy BuanaTravelindo (ABT), Saipul Bahri dalam keterangan di Jakarta.
Baca Juga
Menurut dia, total penduduk muslim Indonesia mencapai 215 juta atau 87% dari populasi dan 24% dari total dunia. Setiap tahun, dalam kondisi normal, sebanyak 221 ribu jemaah haji asal Indonesia berangkat ke Arab Saudi. Dari jumlah itu, sebanyak 204 ribu merupakan haji reguler dan sisanya 17 ribu haji VIP.
Jumlah pendaftar haji, kata dia, terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga lama antrean terus bertambah. Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), antrean terlama dialami calon jemaah haji Kalimantan Selatan, yakni 34 tahun, sedangkan terpendek Maluku, 12 tahun.
Saat ini, dia menuturkan, terdapat 323 PIHK dan 1.016 PPIU. Mereka adalah mitra bisnis dari perusahaan layanan pendukung haji dan umrah seperti ABT.
Dia menambahkan, Arab Saudi sempat menutup haji dan umrah pada 2020, akibat pandemi Covid-19. Namun, tahun ini, Arab Saudi telah membuka ibadah haji dari luar negeri, dengan sejumlah persyaratan.
Salah satunya vaksinasi Covid-19. Hal ini, kata dia biasanya akan diikuti oleh pembukaan kembali ibadah umrah. Selain itu, dia menuturkan, Arab Saudi memiliki agenda untuk memacu sektor wisata, di samping minyak mentah.
tulis komentar anda