Erick Thohir: Corona Bikin Si Kaya Makin Kaya, Si Miskin Tambah Ambyar!
Selasa, 15 Juni 2021 - 09:00 WIB
JAKARTA - Ketimpangan sosial dan ekonomi di Indonesia semakin lebar akibat pandemi Covid-19 diperparah konsep kesejahteraan ekonomi belum terimplementasikan secara merata. Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut, pandemi dituntut untuk menggenjot penggunaan teknologi, namun disisi lain kesejahteraan ekonomi kalangan akar rumput masih menjadi tugas pemerintah.
"Indonesia itu dituntut maju, dituntut modern, tapi apa artinya maju dan modern? Tapi kultur dan budaya kita berubah, Indonesia dituntut 4.0, sekarang ada 5G, teknologi dimana-mana, apa artinya buat rakyat kita cari kerja? Kita bicara juga yang namanya Indonesia sejahtera secara ekonomi, tapi kenyataannya yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, dimana kesejahteraan kita," ujar Erick, Selasa (15/6/2021).
Mantan Bos Inter Milan itu menegaskan, pemerintah melalui BUMN harus mengambil peran utama untuk mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dimana, BUMN harus menjadi lokomotif penyeimbangan perekonomian nasional.
Bahkan, motor penggerak untuk korporasi swasta dan pemerintah daerah. Artinya, program-program perseroan negara baik berdimensi bisnis dan pelayanan publik mampu memberi kesejahteraan yang seimbang. "Buat apa kita punya banyak BUMN, tetapi tadi, mematikan persaingan kepada daerah ataupun pengusaha swasta," katanya.
Dia mengakui, pandemi Covid-19 memberi pukulan berarti bagi kinerja perusahaan negara. Tercatat, 90 persen BUMN yang terdampak pandemi. Meski begitu, krisis kesehatan dan ekonomi tidak menjadi alasan manajemen perusahaan berdiam diri. Namun, menjadikan pandemi sebagai momentum untuk mengambil langkah pembaharuan.
"Tidak beda sama swasta dan BUMN, 90 persen (BUMN) terdampak karena Covid-19, kalau kita lihat labanya menurun, tetapi justru itu menjadi bagian yang tepat pada saat ini bahwa BUMN ini sudah saatnya kita upgrade. Buat apa 143 BUMN, toh devidenhya cuman dari 10 BUMN," kata dia.
"Indonesia itu dituntut maju, dituntut modern, tapi apa artinya maju dan modern? Tapi kultur dan budaya kita berubah, Indonesia dituntut 4.0, sekarang ada 5G, teknologi dimana-mana, apa artinya buat rakyat kita cari kerja? Kita bicara juga yang namanya Indonesia sejahtera secara ekonomi, tapi kenyataannya yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, dimana kesejahteraan kita," ujar Erick, Selasa (15/6/2021).
Mantan Bos Inter Milan itu menegaskan, pemerintah melalui BUMN harus mengambil peran utama untuk mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat. Dimana, BUMN harus menjadi lokomotif penyeimbangan perekonomian nasional.
Bahkan, motor penggerak untuk korporasi swasta dan pemerintah daerah. Artinya, program-program perseroan negara baik berdimensi bisnis dan pelayanan publik mampu memberi kesejahteraan yang seimbang. "Buat apa kita punya banyak BUMN, tetapi tadi, mematikan persaingan kepada daerah ataupun pengusaha swasta," katanya.
Dia mengakui, pandemi Covid-19 memberi pukulan berarti bagi kinerja perusahaan negara. Tercatat, 90 persen BUMN yang terdampak pandemi. Meski begitu, krisis kesehatan dan ekonomi tidak menjadi alasan manajemen perusahaan berdiam diri. Namun, menjadikan pandemi sebagai momentum untuk mengambil langkah pembaharuan.
"Tidak beda sama swasta dan BUMN, 90 persen (BUMN) terdampak karena Covid-19, kalau kita lihat labanya menurun, tetapi justru itu menjadi bagian yang tepat pada saat ini bahwa BUMN ini sudah saatnya kita upgrade. Buat apa 143 BUMN, toh devidenhya cuman dari 10 BUMN," kata dia.
(nng)
tulis komentar anda