Tengoklah Capaian PLN! Jelas Beda dengan Garuda Indonesia
Jum'at, 09 Juli 2021 - 21:15 WIB
JAKARTA - Utang PLN yang sebesar Rp500 triliun sejatinya tak perlu dipersoalkan terlalu berlebihan. Apalagi, sampai-sampai mengkhawatirkannya bisa bernasib seperti Garuda Indonesia .
Meski punya utang, keuangan PLN masih terbilang kuat. Selain itu asetnya pun terus membengkak.
"Saya kira masih aman. Saya melihat ini bukan menjadi satu masalah. PLN pasti paham apa yang mereka lakukan dan pasti mengerti kondisi keuangan mereka," kata Mamit Setiawan Direktur Executive Energi Watch, kepada MNC Portal, Jumat (9/7/201).
Baca juga:Mendagri Ingatkan Pemda yang Tak Laksanakan PPKM Darurat Terancam Pidana
Soal aset, PLN tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) dengan aset terbesar. Dengan nilai Rp1.589 triliun aset PLN mengalahkan empat bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Bahkan aset PLN melampui Pertamina. Jumlah aset PLN tadi naik Rp275 triliun dibandingkan 2015 yang sebesar Rp1.314 triliun.
Selain itu, kinerja keuangan PLN pun masih tergolong oke, tak seperti halnya Garuda Indonesia. Dalam laporan yang sudah diaudit, PLN membukukan keuntungan Rp6 triliun sepanjang 2020.
Keuntungan PLN, antara lain, didapat dari operasional yang lebih efisien. Berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), PLN bisa menekan biaya operasi Rp 32 triliun sepanjang 2020.
Kinerja keuangan PLN jelas bertolak belakang dengan capaian Garuda Indonesia. PLN, katakanlah sejak tahun 2016, selalu menorehkan keuntungan. Tahun 2016 untung Rp10,5 triliun, 2017 untung Rp4,42 triliun, 2018 untung Rp11,6 triliun, dan tahun 2019 untung Rp4,32 triliun.
“Modalnya tidak negatif seperti Garuda. PLN juga mampu membayar kewajiban utang jangka pendek tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik dibandingkan Garuda,” kata Feby Tumiwa, pengamat energi, belum lama ini.
Baca juga:Viral Video Ibu Hamil Positif COVID-19 Ditolak Puskesmas Situ Udik, Bupati Bogor Murka
Bandingkan dengan kinerja Garuda Indonesia yang untungnya timbul tenggelam dengan kerugian. Tahun 2016 untung Rp124 miliar, tahun 2017 rugi Rp2,98 triliun, tahun 2018 rugi Rp2,45 triliun, tahun 2019 untung Rp97,72 miliar, dan tahun 2020 rugi Rp35 triliun (belum diaudit).
Yang perlu dicatat adalah PLN memiliki "captive market". Artinya, dalam kondisi apa pun, termasuk pandemi Covid, perseroan akan tetap memiliki "pembeli" listriknya. Hingga tahun lalu, PLN memiliki sebanyak 79 juta pelanggan.
Meski punya utang, keuangan PLN masih terbilang kuat. Selain itu asetnya pun terus membengkak.
"Saya kira masih aman. Saya melihat ini bukan menjadi satu masalah. PLN pasti paham apa yang mereka lakukan dan pasti mengerti kondisi keuangan mereka," kata Mamit Setiawan Direktur Executive Energi Watch, kepada MNC Portal, Jumat (9/7/201).
Baca juga:Mendagri Ingatkan Pemda yang Tak Laksanakan PPKM Darurat Terancam Pidana
Soal aset, PLN tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) dengan aset terbesar. Dengan nilai Rp1.589 triliun aset PLN mengalahkan empat bank BUMN, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Bahkan aset PLN melampui Pertamina. Jumlah aset PLN tadi naik Rp275 triliun dibandingkan 2015 yang sebesar Rp1.314 triliun.
Selain itu, kinerja keuangan PLN pun masih tergolong oke, tak seperti halnya Garuda Indonesia. Dalam laporan yang sudah diaudit, PLN membukukan keuntungan Rp6 triliun sepanjang 2020.
Keuntungan PLN, antara lain, didapat dari operasional yang lebih efisien. Berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), PLN bisa menekan biaya operasi Rp 32 triliun sepanjang 2020.
Kinerja keuangan PLN jelas bertolak belakang dengan capaian Garuda Indonesia. PLN, katakanlah sejak tahun 2016, selalu menorehkan keuntungan. Tahun 2016 untung Rp10,5 triliun, 2017 untung Rp4,42 triliun, 2018 untung Rp11,6 triliun, dan tahun 2019 untung Rp4,32 triliun.
“Modalnya tidak negatif seperti Garuda. PLN juga mampu membayar kewajiban utang jangka pendek tanpa harus minta talangan pemerintah. PLN juga melakukan pengelolaan utang yang lebih baik dibandingkan Garuda,” kata Feby Tumiwa, pengamat energi, belum lama ini.
Baca juga:Viral Video Ibu Hamil Positif COVID-19 Ditolak Puskesmas Situ Udik, Bupati Bogor Murka
Bandingkan dengan kinerja Garuda Indonesia yang untungnya timbul tenggelam dengan kerugian. Tahun 2016 untung Rp124 miliar, tahun 2017 rugi Rp2,98 triliun, tahun 2018 rugi Rp2,45 triliun, tahun 2019 untung Rp97,72 miliar, dan tahun 2020 rugi Rp35 triliun (belum diaudit).
Yang perlu dicatat adalah PLN memiliki "captive market". Artinya, dalam kondisi apa pun, termasuk pandemi Covid, perseroan akan tetap memiliki "pembeli" listriknya. Hingga tahun lalu, PLN memiliki sebanyak 79 juta pelanggan.
(uka)
tulis komentar anda