Transisi Lancar, Produksi Blok Rokan Diyakini Dapat Dipertahankan
Kamis, 22 Juli 2021 - 20:25 WIB
JAKARTA - Berkat proses alih transisi yang lancar, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yakin mampu menjaga tingkat produksi Blok Rokan di Provinsi Riau. Namun, untuk itu dibutuhkan dukungan semua pihak.
"Transisi yang panjang ini dapat dilakukan secara seamless dan tidak ada kendala," ujar Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman dalam diskusi bertajuk "Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan" di Jakarta, Kamis (22/7/2021).
Dalam diskusi tersebut Fatar menjelaskan, mengingat kontribusi Blok Rokan yang sangat besar, pemerintah bersama SKK Migas memberikan perhatian besar dalam proses peralihan blok ini dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR. Dia mengatakan, untuk memastikan produksi blok ini tetap optimal, telah ditandangani Head of Agreement (HoA) antara SKK Migas dan CPI pada 28 September 2020.
HoA tersebut menjamin ketersediaan dana ASR (Abandonment and Site Restoration) oleh serta investasi oleh CPI untuk menjaga produksi dari blok tersebut sebelum diambilalih Pertamina. Dalam HoA tersebut antara lain ditargetkan program pemboran pada masa alih kelola sebanyak 192 sumur.
Meski dalam perkembangannya target pemboran itu belum tercapai, kata dia, SKK Migas telah berkoordinasi dengan PHR agar menggenjot pemboran sumur sehingga target produksi dan lifting 2021 dapat dicapai.
Fatar menegaskan, strategi dalam pengelolaan blok Rokan pascatransisi untuk jangka pendek pada 2021 adalah mempertahankan produksi dan transisi yang sukses ke PHR. Selanjutnya, periode 2022-2025 adalah upaya peningkatan produksi dengan investasi yang signifikan. "Jangka panjangnya pada 2026 adalah produksi yang tinggi sesuai long term plan (LTP) PHR Rokan," tuturnya.
Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin menyampaikan apresiasinya atas dukungan SKK Migas sehingga proses alih kelola berjalan lancar. Dengan dukungan tersebut, kata dia, PHR siap melanjutkan pengelolaan Blok Riokan sehingga produksi tetap terjaga.
"Pengeboran adalah salah satu upaya menjaga produksi. Dari target 192 sumur tadi, yang tidak bisa direalisasikan oleh existing operator akan dilanjutkan oleh PHR, termasuk sumur-sumur yang direncanakan oleh PHR. Kami perkirakan dengan asumsi 70 sumur belum bisa diselesaikan saat alih kelola, jumlah sumur yang bisa dibor sampai Desember 2021 akan mencapai sekitar 164 sumur," ujarnya.
"Transisi yang panjang ini dapat dilakukan secara seamless dan tidak ada kendala," ujar Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman dalam diskusi bertajuk "Menjaga Keandalan Operasi Wilayah Rokan" di Jakarta, Kamis (22/7/2021).
Dalam diskusi tersebut Fatar menjelaskan, mengingat kontribusi Blok Rokan yang sangat besar, pemerintah bersama SKK Migas memberikan perhatian besar dalam proses peralihan blok ini dari Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PHR. Dia mengatakan, untuk memastikan produksi blok ini tetap optimal, telah ditandangani Head of Agreement (HoA) antara SKK Migas dan CPI pada 28 September 2020.
HoA tersebut menjamin ketersediaan dana ASR (Abandonment and Site Restoration) oleh serta investasi oleh CPI untuk menjaga produksi dari blok tersebut sebelum diambilalih Pertamina. Dalam HoA tersebut antara lain ditargetkan program pemboran pada masa alih kelola sebanyak 192 sumur.
Meski dalam perkembangannya target pemboran itu belum tercapai, kata dia, SKK Migas telah berkoordinasi dengan PHR agar menggenjot pemboran sumur sehingga target produksi dan lifting 2021 dapat dicapai.
Fatar menegaskan, strategi dalam pengelolaan blok Rokan pascatransisi untuk jangka pendek pada 2021 adalah mempertahankan produksi dan transisi yang sukses ke PHR. Selanjutnya, periode 2022-2025 adalah upaya peningkatan produksi dengan investasi yang signifikan. "Jangka panjangnya pada 2026 adalah produksi yang tinggi sesuai long term plan (LTP) PHR Rokan," tuturnya.
Direktur Utama PHR Jaffee Arizon Suardin menyampaikan apresiasinya atas dukungan SKK Migas sehingga proses alih kelola berjalan lancar. Dengan dukungan tersebut, kata dia, PHR siap melanjutkan pengelolaan Blok Riokan sehingga produksi tetap terjaga.
"Pengeboran adalah salah satu upaya menjaga produksi. Dari target 192 sumur tadi, yang tidak bisa direalisasikan oleh existing operator akan dilanjutkan oleh PHR, termasuk sumur-sumur yang direncanakan oleh PHR. Kami perkirakan dengan asumsi 70 sumur belum bisa diselesaikan saat alih kelola, jumlah sumur yang bisa dibor sampai Desember 2021 akan mencapai sekitar 164 sumur," ujarnya.
tulis komentar anda