Proses Alih Kelola Berjalan Lancar, PHR Harus All Out Jaga Produksi Blok Rokan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Proses transisi alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) ke PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) , anak usaha PT Pertamina Hulu Energi, pada 8 Agustus 2021 terbilang lancar. Meski, masih ada beberapa proses yang memerlukan diskusi lebih lanjut.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, kondusifnya proses tersebut diyakini akan membuat estafet pengelolaan Blok Rokan berjalan baik. "Harapannya proses yang lancar tersebut berdampak terhadap lancarnya juga proses produksi Blok Rokan pasca diambil alih," ujar Komaidi Notonegoro dalam keterangan tertulis, Selasa (13/7/201).
Komaidi mengatakan, proses produksi pasca pengambilalihan oleh PHR semestinya akan berjalan lancar mengingat hampir tidak ada perubahan infrastruktur selain manajemen. "Karyawan dan fasilitas produksi pun masih relatif sama dengan sebelumnya," katanya.
Diketahui, dalam proses alih kelola Blok Rokan dari CPI, PHR menyiapkan sembilan program transisi, yaitu bidang transisi pemboran, kontrak barang dan jasa, human capital, SOP, perizinan dan environment, serta IT dan petroteknikal. Kemudian, data transfer, pembangkit listrik, chemical & EOR, dan pasokan gas.
Ke depan, lanjut dia, tantangan PHR adalah mempertahankan volume produksi. Apalagi secara umum blok migas habis masa kontrak sudah mengalami penurunan produksi yang signifikan. "Pekerjaan rumah umumnya hanya untuk mempertahankan produksi. Jika bisa menaikkan produksi, itu bonus," ujarnya.
Saat mulai alih kelola, kata dia, internal PHR harus memahami bahwa Blok Rokan adalah salah satu kontributor utama dalam produksi minyak nasional hingga 25%. Di masa silam, Blok Rokan bahkan memiliki kontribusi terbesar bagi produksi minyak Indonesia, lebih dari 400.000-an barel per hari.
"Seiring usia lapangan yang mature dan adanya penurunan alamiah, produksi Blok Rokan kini turun di level 160.000-an barel per hari. Secara otomatis kinerja Blok Rokan akan menjadi perhatian publik dan para stakeholder pengambil kebijakan," tandasnya.
Karena itu, tegas dia, manajemen PHR harus siap dalam banyak hal. Tidak hanya masalah teknis bisnis, tetapi juga aspek-aspek lain yang kemungkinan akan menyertainya. "Salah satunya adalah diperbandingkan dengan lapangan alih kelola lainnya yang dilakukan Pertamina," tuturnya.
Terkait dengan itu, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin menyampaikan bahwa hingga saat ini PHR telah menyiapkan segala kebutuhan agar proses alih kelola ini berjalan lancar dan tanpa kendala. Dia menegaskan, PHR menerapkan upaya maksimal agar dalam proses transisi ini semua berjalan lancar dan yang terpenting bisa langsung tune in dengan tim eksisting.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, kondusifnya proses tersebut diyakini akan membuat estafet pengelolaan Blok Rokan berjalan baik. "Harapannya proses yang lancar tersebut berdampak terhadap lancarnya juga proses produksi Blok Rokan pasca diambil alih," ujar Komaidi Notonegoro dalam keterangan tertulis, Selasa (13/7/201).
Komaidi mengatakan, proses produksi pasca pengambilalihan oleh PHR semestinya akan berjalan lancar mengingat hampir tidak ada perubahan infrastruktur selain manajemen. "Karyawan dan fasilitas produksi pun masih relatif sama dengan sebelumnya," katanya.
Diketahui, dalam proses alih kelola Blok Rokan dari CPI, PHR menyiapkan sembilan program transisi, yaitu bidang transisi pemboran, kontrak barang dan jasa, human capital, SOP, perizinan dan environment, serta IT dan petroteknikal. Kemudian, data transfer, pembangkit listrik, chemical & EOR, dan pasokan gas.
Ke depan, lanjut dia, tantangan PHR adalah mempertahankan volume produksi. Apalagi secara umum blok migas habis masa kontrak sudah mengalami penurunan produksi yang signifikan. "Pekerjaan rumah umumnya hanya untuk mempertahankan produksi. Jika bisa menaikkan produksi, itu bonus," ujarnya.
Saat mulai alih kelola, kata dia, internal PHR harus memahami bahwa Blok Rokan adalah salah satu kontributor utama dalam produksi minyak nasional hingga 25%. Di masa silam, Blok Rokan bahkan memiliki kontribusi terbesar bagi produksi minyak Indonesia, lebih dari 400.000-an barel per hari.
"Seiring usia lapangan yang mature dan adanya penurunan alamiah, produksi Blok Rokan kini turun di level 160.000-an barel per hari. Secara otomatis kinerja Blok Rokan akan menjadi perhatian publik dan para stakeholder pengambil kebijakan," tandasnya.
Karena itu, tegas dia, manajemen PHR harus siap dalam banyak hal. Tidak hanya masalah teknis bisnis, tetapi juga aspek-aspek lain yang kemungkinan akan menyertainya. "Salah satunya adalah diperbandingkan dengan lapangan alih kelola lainnya yang dilakukan Pertamina," tuturnya.
Terkait dengan itu, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin menyampaikan bahwa hingga saat ini PHR telah menyiapkan segala kebutuhan agar proses alih kelola ini berjalan lancar dan tanpa kendala. Dia menegaskan, PHR menerapkan upaya maksimal agar dalam proses transisi ini semua berjalan lancar dan yang terpenting bisa langsung tune in dengan tim eksisting.