Laba Bersih Tumbuh 12,8%, BNI Terus Perkuat Fundamental Bisnis
Senin, 16 Agustus 2021 - 12:26 WIB
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperkuat fundamental bisnisnya melalui BNI Corporate Transformation yang mulai menunjukkan hasil positif. Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp5 triliun atau meningkat 12,8% secara tahunan (year on year/YoY) pada semester I/2021.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan, laporan keuangan posisi semester pertama 2021 yang telah diaudit menunjukkan BNI menghasilkan pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2% secara tahunan (YoY) atau mencapai Rp19,3 triliun. "Ini merupakan dampak dari pertumbuhan kredit sebesar 4,5% secara YoY, sehingga total kredit BNI mencapai Rp569,7 triliun pada posisi Juni 2021," jelas Royke dalam konferensi pers di Jakarta (16/8/2021).
Seiring peningkatan perolehan laba bersih sebesar 12,8% secara tahunan menjadi sebesar Rp5,0 triliun, BNI juga memperkuat pencadangan menjadi 215,3% sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan. BNI juga mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen Business Banking maupun Consumer Banking.
Royke menambahkan, kinerja lain juga menghasilkan Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang terus tumbuh dalam 5 kuartal terakhir, dimana pada Semester pertama 2021 mencapai puncaknya dengan pertumbuhan 24,4% (YoY) atau sebesar Rp16,1 triliun. PPOP juga didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Non Bunga sebesar 19,2% secara YoY atau Rp6,8 Triliun, yang dihasilkan dari Fee Based Income yang kuat, baik dari: (i) Pengelolaan Rekening dan Kartu Debit, (ii) ATM dan kanal layanan elektronik, (iii) Trade Finance, serta (iv) Marketable Securities.
BNI juga melaporkan kredit pada Segmen Business Banking mencapai Rp475,6 triliun atau tumbuh 3,5% secara YoY. Pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6% YoY dengan baki debet mencapai Rp91 Triliun, diikuti Corporate Private sebesar 7,9% YoY dengan Baki Debet mencapai Rp179,1 triliun.
Adapun kredit pada segmen Consumer Banking mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4% secara YoY atau mencapai Rp92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6% secara YoY atau sebesar Rp32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3% YoY atau Rp47,6 triliun. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB nasional.
Lebih lanjut, pendapatan Fee Based Income yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4% YoY atau mencapai Rp1 triliun. Begitu juga dengan Fee Based Income yang bersumber dari layanan Trade Finance, tumbuh 20,4% YoY atau mencapai Rp732 miliar.
BNI memastikan bahwa kredit yang disalurkan secara selektif hanya pada debitur berkualitas tersebut ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5% YoY atau sebesar Rp646,6 triliun, dimana dana murah atau CASA yang terhimpun semakin kuat. Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp450,1 triliun atau tumbuh 11,5% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0% YoY atau mencapai Rp875,1 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan, laporan keuangan posisi semester pertama 2021 yang telah diaudit menunjukkan BNI menghasilkan pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2% secara tahunan (YoY) atau mencapai Rp19,3 triliun. "Ini merupakan dampak dari pertumbuhan kredit sebesar 4,5% secara YoY, sehingga total kredit BNI mencapai Rp569,7 triliun pada posisi Juni 2021," jelas Royke dalam konferensi pers di Jakarta (16/8/2021).
Seiring peningkatan perolehan laba bersih sebesar 12,8% secara tahunan menjadi sebesar Rp5,0 triliun, BNI juga memperkuat pencadangan menjadi 215,3% sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan. BNI juga mencatatkan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen Business Banking maupun Consumer Banking.
Royke menambahkan, kinerja lain juga menghasilkan Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang terus tumbuh dalam 5 kuartal terakhir, dimana pada Semester pertama 2021 mencapai puncaknya dengan pertumbuhan 24,4% (YoY) atau sebesar Rp16,1 triliun. PPOP juga didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Non Bunga sebesar 19,2% secara YoY atau Rp6,8 Triliun, yang dihasilkan dari Fee Based Income yang kuat, baik dari: (i) Pengelolaan Rekening dan Kartu Debit, (ii) ATM dan kanal layanan elektronik, (iii) Trade Finance, serta (iv) Marketable Securities.
BNI juga melaporkan kredit pada Segmen Business Banking mencapai Rp475,6 triliun atau tumbuh 3,5% secara YoY. Pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6% YoY dengan baki debet mencapai Rp91 Triliun, diikuti Corporate Private sebesar 7,9% YoY dengan Baki Debet mencapai Rp179,1 triliun.
Adapun kredit pada segmen Consumer Banking mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4% secara YoY atau mencapai Rp92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6% secara YoY atau sebesar Rp32,7 triliun, dan disusul oleh kredit pemilikan rumah yang tumbuh 6,3% YoY atau Rp47,6 triliun. Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB nasional.
Lebih lanjut, pendapatan Fee Based Income yang bersumber dari surat berharga tercatat tumbuh 115,4% YoY atau mencapai Rp1 triliun. Begitu juga dengan Fee Based Income yang bersumber dari layanan Trade Finance, tumbuh 20,4% YoY atau mencapai Rp732 miliar.
BNI memastikan bahwa kredit yang disalurkan secara selektif hanya pada debitur berkualitas tersebut ditopang oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh 4,5% YoY atau sebesar Rp646,6 triliun, dimana dana murah atau CASA yang terhimpun semakin kuat. Rasio CASA pada Juni 2021 tercatat mencapai 69,6% atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini, yaitu sebesar Rp450,1 triliun atau tumbuh 11,5% YoY dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan DPK ini menjadi penyangga pertumbuhan aset sebesar 5,0% YoY atau mencapai Rp875,1 triliun.
tulis komentar anda