Pengusaha Sawit: Dihajar Kiri Kanan Namun Tetap Butuh, Artinya Benci Tapi Rindu
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 22:11 WIB
JAKARTA - Sejumlah sektor industri di Indonesia lumpuh akibat pandemi Covid-19 . Namun, ternyata masih ada sektor industri yang mampu bertahan bahkan mampu menopang perekonomian nasional, yakni industri perkebunan kelapa sawit .
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengatakan, di tengah pandemi, industri kelapa sawit berperan menjaga agar neraca perdagangan RI tetap positif. Tahun 2020, neraca perdagangan RI tercatat surplus USD21,7 miliar atau meningkat dibandingkan tahun 2019 yang sebesar USD20,2 miliar, sementara devisa dari sawit mencapai USD22,97 miliar.
“Selama pandemi Covid-19 setelah Mei 2020, kontribusi sawit terhadap nilai ekspor nasional meningkat dari 11-13% menjadi 17-18%. Tidak hanya itu, sawit juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja di hulu hingga hilir, sumber bahan baku biofuel, bahkan pendukung program kesehatan. Minyak sawit tidak hanya digunakan perusahaan-perusahaan lokal, tetapi juga perusahaan multinasional seperti Coca Cola, Kraft, P&G, Nestle, dan lainnya,” ujarnya dalam Webinar, dikutip Jumat (20/8/2021).
“Walaupun sawit itu dihajar kanan kiri, ternyata mereka juga tidak bisa lepas dari sawit. Jadi artinya, mereka benci, tapi rindu. Mereka tidak bisa meninggalkan sawit,” tambah Eddy.
Sejalan dengan itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Manurung menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19 kondisi ekonomi petani sawit pada 11 provinsi perwakilan APKASINDO di Indonesia sangat baik, khususnya selama dua bulan terakhir. Kondisi ini terjadi karena harga tandan buah segar (TBS) sawit berada di atas level Rp2.500 per kg.
“Dengan cara mendampingi petani sawitlah, kami bisa ikut mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Kami menyadari bahwa kelapa sawit sangat memberikan bantuan secara ekonomi kepada negara, multiplier effect, aspek ekologi, dan aspek sosial. Kami juga telah membuktikan bahwa petani kelapa sawit Indonesia adalah kelompok tani yang masuk kepada kategori sustainable,” ungkap Gulat.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), MP Tumanggor menjelaskan, terdapat dua hal yang mendorong Indonesia untuk menggunakan B30 sebagai sumber energi terbarukan yakni kewajiban menurunkan pemanasan global dan menurunkan impor solar.
Menurutnya, tidak hanya sebagai sumber energi terbarukan saja, melainkan penggunaan biofuel di Indonesia juga berperan menciptakan lapangan kerja dan menjaga stabilisasi harga sawit.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengatakan, di tengah pandemi, industri kelapa sawit berperan menjaga agar neraca perdagangan RI tetap positif. Tahun 2020, neraca perdagangan RI tercatat surplus USD21,7 miliar atau meningkat dibandingkan tahun 2019 yang sebesar USD20,2 miliar, sementara devisa dari sawit mencapai USD22,97 miliar.
“Selama pandemi Covid-19 setelah Mei 2020, kontribusi sawit terhadap nilai ekspor nasional meningkat dari 11-13% menjadi 17-18%. Tidak hanya itu, sawit juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja di hulu hingga hilir, sumber bahan baku biofuel, bahkan pendukung program kesehatan. Minyak sawit tidak hanya digunakan perusahaan-perusahaan lokal, tetapi juga perusahaan multinasional seperti Coca Cola, Kraft, P&G, Nestle, dan lainnya,” ujarnya dalam Webinar, dikutip Jumat (20/8/2021).
“Walaupun sawit itu dihajar kanan kiri, ternyata mereka juga tidak bisa lepas dari sawit. Jadi artinya, mereka benci, tapi rindu. Mereka tidak bisa meninggalkan sawit,” tambah Eddy.
Sejalan dengan itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Manurung menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19 kondisi ekonomi petani sawit pada 11 provinsi perwakilan APKASINDO di Indonesia sangat baik, khususnya selama dua bulan terakhir. Kondisi ini terjadi karena harga tandan buah segar (TBS) sawit berada di atas level Rp2.500 per kg.
“Dengan cara mendampingi petani sawitlah, kami bisa ikut mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Kami menyadari bahwa kelapa sawit sangat memberikan bantuan secara ekonomi kepada negara, multiplier effect, aspek ekologi, dan aspek sosial. Kami juga telah membuktikan bahwa petani kelapa sawit Indonesia adalah kelompok tani yang masuk kepada kategori sustainable,” ungkap Gulat.
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI), MP Tumanggor menjelaskan, terdapat dua hal yang mendorong Indonesia untuk menggunakan B30 sebagai sumber energi terbarukan yakni kewajiban menurunkan pemanasan global dan menurunkan impor solar.
Menurutnya, tidak hanya sebagai sumber energi terbarukan saja, melainkan penggunaan biofuel di Indonesia juga berperan menciptakan lapangan kerja dan menjaga stabilisasi harga sawit.
Lihat Juga :
tulis komentar anda