Ekonomi Hijau Jadi Fokus Utama Investasi, Bahlil Beberkan Alasannya
Selasa, 24 Agustus 2021 - 12:18 WIB
JAKARTA - Gagasan green economy (ekonomi hijau) terus digaungkan pemerintah seiring reformasi regulasi di bidang investasi dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Sebuah gagasan yang diklaim mampu meningkatkan kesejahteraan dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia meyakini Indonesia mampu berkontribusi kepada dunia di sektor energi hijau. Hilirisasi green energi, kata dia, menjadi prioritas utama Kementerian Investasi yang dinilai sejalan dengan arah kebijakan negara saat ini.
"Karena itu, arah kebijakan negara di Kementerian Investasi di sektor apa saja yang menjadi prioritas sekarang adalah sektor hilirisasi, di mana, terjadi industri-industri yang berbasis pada energi hijau," ujar Bahlil dalam gelaran Indonesia Investment 2021, Selasa (24/8/2021).
Alasan Indonesia menjadikan green energi sebagai fokus utama dalam arah kebijakan investasinya karena sumber daya alam (SDA) di sektor energi yang melimpah, di mana ketersediaan atau cadangan nikel dunia terbesar berada di Indonesia dengan persentase sebanyak 24-25 persen, kemudian kobalt, mangan (nanganese), dan lithium.
Bahlil mencatat, sumber energi tersebut akan dimanfaatkan negara dalam produksi kendaraan mobil listrik berbasis baterai atau Electric Vehicle (EV). Untuk pabrik baterai sel (battery cell) kendaraan listrik mulai dibangun sejak akhir Juli kemarin dan akan mulai beroperasi dan berproduksi pada 2023 mendatang.
Pabrik battery cell tersebut merupakan proyek investasi antara konsorsium asal Korea Selatan LG dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), di mana pada tahap pertama, kapasitas produksinya akan mencapai 10 giga watt per hour.
"Saya yakinkan bahwa ketika industri baterai dibangun di Indonesia, maka keyakinan saya bahwa akan memberikan nilai tambah dan melahirkan biaya produksi yang sangat efisien," tuturnya.
Alasan lain adalah Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Tercatat, ada 12,000 MW yang berada di Kayan, Kalimantan Utara. Kemudian, 23,000 MW untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
"Dan sekarang Indonesia lagi membanbung kawasan industri hijau di kawasan Kalimantan Utara dan membangun kawasan Industri yang dekat dengan lokasinya di Jawa Tengah yaitu Batang," paparnya.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia meyakini Indonesia mampu berkontribusi kepada dunia di sektor energi hijau. Hilirisasi green energi, kata dia, menjadi prioritas utama Kementerian Investasi yang dinilai sejalan dengan arah kebijakan negara saat ini.
"Karena itu, arah kebijakan negara di Kementerian Investasi di sektor apa saja yang menjadi prioritas sekarang adalah sektor hilirisasi, di mana, terjadi industri-industri yang berbasis pada energi hijau," ujar Bahlil dalam gelaran Indonesia Investment 2021, Selasa (24/8/2021).
Alasan Indonesia menjadikan green energi sebagai fokus utama dalam arah kebijakan investasinya karena sumber daya alam (SDA) di sektor energi yang melimpah, di mana ketersediaan atau cadangan nikel dunia terbesar berada di Indonesia dengan persentase sebanyak 24-25 persen, kemudian kobalt, mangan (nanganese), dan lithium.
Bahlil mencatat, sumber energi tersebut akan dimanfaatkan negara dalam produksi kendaraan mobil listrik berbasis baterai atau Electric Vehicle (EV). Untuk pabrik baterai sel (battery cell) kendaraan listrik mulai dibangun sejak akhir Juli kemarin dan akan mulai beroperasi dan berproduksi pada 2023 mendatang.
Pabrik battery cell tersebut merupakan proyek investasi antara konsorsium asal Korea Selatan LG dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), di mana pada tahap pertama, kapasitas produksinya akan mencapai 10 giga watt per hour.
"Saya yakinkan bahwa ketika industri baterai dibangun di Indonesia, maka keyakinan saya bahwa akan memberikan nilai tambah dan melahirkan biaya produksi yang sangat efisien," tuturnya.
Alasan lain adalah Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Tercatat, ada 12,000 MW yang berada di Kayan, Kalimantan Utara. Kemudian, 23,000 MW untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
"Dan sekarang Indonesia lagi membanbung kawasan industri hijau di kawasan Kalimantan Utara dan membangun kawasan Industri yang dekat dengan lokasinya di Jawa Tengah yaitu Batang," paparnya.
(ind)
tulis komentar anda