Penggunaan Internet Meningkat, Gojek Pastikan Keamanan Sistem Tetap Aman
Jum'at, 29 Mei 2020 - 23:43 WIB
Adjunct Researcher CfDS, Tony Seno Hartono menjelaskan pengetahuan yang minim mengenai keamanan daring, memperbesar potensi kejahatan penipuan berteknik memanipulasi psikologis (magis). Teknik ini sifatnya sederhana, tidak perlu meretas sistem namun dampaknya luar biasa.
"Kami mengamati selama masa pandemi penipuan jenis ini tetap ada dan cenderung meningkat," ujar Tony.
Teknik manipulasi psikologis, kata Tony, merupakan teknik lama yang menyasar pengguna yang kurang waspada dalam bertransaksi daring dan memancing korban untuk memberikan informasi pribadi seperti nomor rekening, nomor kartu ATM bahkan bisa sampai password dan nama ibu kandung. Pada umumnya pelaku menggunakan iming-iming atau mengatasnamakan lembaga resmi.
"Sekarang mereka biasanya mengatasnamakan aplikasi tertentu atau lembaga tertentu, kalau dulu modusnya mama minta pulsa atau saudara sedang sakit," ungkap Tony.
Direktur Jenderal APTIKA, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Pangerapan menjelaskan data yang diterima Kominfo selama pandemi menunjukkan peningkatan penggunaan akses internet dan pemanfaatan teknologi informasi menunjang aktivitas harian masyarakat. Kominfo memperkirakan pemanfaatan internet akan terus meningkat seiring memasuki tatanan kehidupan baru pasca Covid-19.
Penggunaan platform digital tidak hanya membantu mempermudah komunikasi masyarakat tetapi juga membantu UMKM untuk terus dapat mempertahankan usahanya dalam masa pandemi ini. Sehingga, kepercayaan publik kepada platform digital penting untuk dijaga dan ditingkatkan.
"Kami telah bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi isu keamanan platform digital. Masyarakat juga dapat cek hoaks melalui situs resmi Kominfo. Kami terus menerus mengimbau masyarakat untuk menjaga kerahasiaan data pribadinya. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi dan mendukung langkah Gojek yang telah berkomitmen mendukung keamanan daring masyarakat, bahkan sebelum masa pandemi," terang Semuel.
"Kami mengamati selama masa pandemi penipuan jenis ini tetap ada dan cenderung meningkat," ujar Tony.
Teknik manipulasi psikologis, kata Tony, merupakan teknik lama yang menyasar pengguna yang kurang waspada dalam bertransaksi daring dan memancing korban untuk memberikan informasi pribadi seperti nomor rekening, nomor kartu ATM bahkan bisa sampai password dan nama ibu kandung. Pada umumnya pelaku menggunakan iming-iming atau mengatasnamakan lembaga resmi.
"Sekarang mereka biasanya mengatasnamakan aplikasi tertentu atau lembaga tertentu, kalau dulu modusnya mama minta pulsa atau saudara sedang sakit," ungkap Tony.
Direktur Jenderal APTIKA, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Pangerapan menjelaskan data yang diterima Kominfo selama pandemi menunjukkan peningkatan penggunaan akses internet dan pemanfaatan teknologi informasi menunjang aktivitas harian masyarakat. Kominfo memperkirakan pemanfaatan internet akan terus meningkat seiring memasuki tatanan kehidupan baru pasca Covid-19.
Penggunaan platform digital tidak hanya membantu mempermudah komunikasi masyarakat tetapi juga membantu UMKM untuk terus dapat mempertahankan usahanya dalam masa pandemi ini. Sehingga, kepercayaan publik kepada platform digital penting untuk dijaga dan ditingkatkan.
"Kami telah bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi isu keamanan platform digital. Masyarakat juga dapat cek hoaks melalui situs resmi Kominfo. Kami terus menerus mengimbau masyarakat untuk menjaga kerahasiaan data pribadinya. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi dan mendukung langkah Gojek yang telah berkomitmen mendukung keamanan daring masyarakat, bahkan sebelum masa pandemi," terang Semuel.
(bon)
tulis komentar anda