IHSG Pekan Depan Diramal Masih Kokoh, Ini Faktor Pendorongnya
Minggu, 26 September 2021 - 13:01 WIB
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (24/9/2021) naik tipis 2,1 poin atau 0,03% ke level 6.144. Selama sepekan, indeks tercatat menguat 0,19% dibanding penutupan akhir pekan sebelumnya yang berada di posisi 6.133.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan, secara fundamental, kenaikan tipis IHSG didorong oleh beberapa sentimen positif. Pertama, meredanya kekhawatiran investor terhadap potensi gagal bayar utang raksasa properti China Evergrande.
"Kedua, kepastian dari bank sentral Amerika Serikat The Fed yang mengindikasikan tidak akan terburu-buru untuk menarik kebijakan moneter akomodatif," kata Mino, Minggu (26/9/2021).
Kemudian yang ketiga, sentimen positif datang dari kenaikan harga batubara ke level tertingginya di sepanjang sejarah. "Ketiga hal tersebut memacu optimisme terhadap proses pemulihan ekonomi yang lebih baik lagi ke depannya," tuturnya.
Adapun proyeksi IHSG pada pekan depan menurut Mino akan melanjutkan penguatan atau reli dengan support di level 6.050 dan resistance di 6.240. Sentimennya terkait dengan rilis data ketenagakerjaan, manufaktur, dan PCE di Amerika Serikat, harga komoditas, kebijakan PPKM, serta perkembangan kasus Covid-19 dan tingkat vaksinasi di Indonesia.
Sebagai catatan IHSG sepekan lalu, dimulai perdagangan Senin (20/9/2021) indeks ditutup melemah -0,93% ke 6.076 dengan net foreign sell mencapai Rp242,90 miliar.
IHSG ditutup melemah hampir di semua sektor, dipimpin oleh sektor teknologi -2,55%, diikuti dengan sektor industri dasar -1,78%. Pelemahan IHSG dikarenakan adanya sentimen negatif akibat kecemasan investor akan gagal bayarnya raksasa properti Evergrande dari China.
Selain itu, pembelian bersih atau net-buy yang dicatatkan investor asing didorong oleh perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia yang terus menurun, dengan tingkat vaksinasi yang terus bertambah sehingga diharapkan akan menggeliatkan kembali aktivitas ekonomi.
Meski IHSG hanya naik tipis pada Jumat lalu, investor asing membukukan aksi beli dengan nilai bersih Rp1,59 triliun di seluruh pasar. Jumlah tersebut setara 66,5% dibanding total net buy asing selama sepekan yang mencapai Rp2,39 triliun di seluruh pasar.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino mengatakan, secara fundamental, kenaikan tipis IHSG didorong oleh beberapa sentimen positif. Pertama, meredanya kekhawatiran investor terhadap potensi gagal bayar utang raksasa properti China Evergrande.
"Kedua, kepastian dari bank sentral Amerika Serikat The Fed yang mengindikasikan tidak akan terburu-buru untuk menarik kebijakan moneter akomodatif," kata Mino, Minggu (26/9/2021).
Kemudian yang ketiga, sentimen positif datang dari kenaikan harga batubara ke level tertingginya di sepanjang sejarah. "Ketiga hal tersebut memacu optimisme terhadap proses pemulihan ekonomi yang lebih baik lagi ke depannya," tuturnya.
Adapun proyeksi IHSG pada pekan depan menurut Mino akan melanjutkan penguatan atau reli dengan support di level 6.050 dan resistance di 6.240. Sentimennya terkait dengan rilis data ketenagakerjaan, manufaktur, dan PCE di Amerika Serikat, harga komoditas, kebijakan PPKM, serta perkembangan kasus Covid-19 dan tingkat vaksinasi di Indonesia.
Sebagai catatan IHSG sepekan lalu, dimulai perdagangan Senin (20/9/2021) indeks ditutup melemah -0,93% ke 6.076 dengan net foreign sell mencapai Rp242,90 miliar.
IHSG ditutup melemah hampir di semua sektor, dipimpin oleh sektor teknologi -2,55%, diikuti dengan sektor industri dasar -1,78%. Pelemahan IHSG dikarenakan adanya sentimen negatif akibat kecemasan investor akan gagal bayarnya raksasa properti Evergrande dari China.
Selain itu, pembelian bersih atau net-buy yang dicatatkan investor asing didorong oleh perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia yang terus menurun, dengan tingkat vaksinasi yang terus bertambah sehingga diharapkan akan menggeliatkan kembali aktivitas ekonomi.
Meski IHSG hanya naik tipis pada Jumat lalu, investor asing membukukan aksi beli dengan nilai bersih Rp1,59 triliun di seluruh pasar. Jumlah tersebut setara 66,5% dibanding total net buy asing selama sepekan yang mencapai Rp2,39 triliun di seluruh pasar.
(ind)
tulis komentar anda